32. Dia benar-benar pergi

172 26 5
                                    

*****

"cinta tidak harus memiliki"

Aku menyeka air mata yang luruh di pipiku, sesak yang kurasakan semakin menjadi-jadi seakan paru-paru telah hancur. "mau sebesar apapun cinta diantara kami..tetap saja...lagipula ini bukan akhir dari segalanya, cepat atau lambat semua perasaan ini akan hila-"

"bullshit! persetan dengan yang namanya cinta harus memiliki, semua orang itu harus punya cinta Sakura. Ini hanya tentang seberapa kuat lagi kau berjuang dan bertahan, tapi ego kau lebih memilih untuk terluka. Jangan cari alasan lagi, sumpah aku tidak ngerti jalan pikiran lu!" hardik Hotaru.

 Dia ikut berdiri menghadap, wajahnya merah padam karena emosi yang tertahan. Utakata terlihat menghampiri kami dengan langkah lebar, dia menggenggam tangan Hotaru lalu beralih menatapku. "sudah cukup Hotaru, biarkan mereka" 

"tap--"

"Hotaru" ucap Utakata penuh penekanan. 

"jangan bahas ini lagi, jangan ikut campur. Aku mohon." kataku dengan kepala tertunduk. 

Helaan nafas keluar dari lelaki jangkung itu, aku bisa merasakan tatapan tajamnya yang mengarah padaku.

"baiklah, Sakura kita tidak akan ikut campur, maaf yang sebelumnya" katanya. 

 Dia menarik tangan Hotaru menjauh dariku dengan tatapan kecewa, aku hanya bisa menatap punggung mereka dengan rasa bersalah. Hati dan pikiranku benar-benar berlawanan, aku membenarkan semua ucapan mereka tetapi hal itu terus kutampik agar tidak mempengaruhi pikiranku.

"..tapi.." Utakata berhenti di langkahnya yang kesepuluh, dia tidak menoleh namun mengucapkan kata yang membuat nafasku tercekat.

"jangan menyesal jika Naruto benar-benar pergi"

*******

Langit gelap yang bertabur bintang kini menghiasi angkasa, cahaya lembut dari bulan menerpa benda-benda di bawahnya termasuk diriku. Kerik jangkrik yang bersahutan menghiasi heningnya malam, lampu-lampu jalanan menerangi setiap jalan-jalan setapak di sepanjang tempat ini.

Entah berapa lama aku berada di luar rumah bersama Konohamaru, bangku taman ini seolah lem yang terus menahanku tetap disini. Merenung dan berpikir, seolah hanya itu yang bisa kulakukan dengan rasa sesak dan panas yang menjalar di hatiku.

"makan dulu"

 Aku menatap sebungkus roti yang tersohor ke arahku, namun ku abaikan meskipun aku benar-benar kelaparan. Konohamaru yang kesal langsung mengambil paksa tanganku dan meletakkan makanan itu sembari menggerutu "gadis yang datang bulan memang merepotkan."

 Yah yang dikatakan Konohamaru benar adanya, masa bulanan ini benar-benar sangat membuatku terbawa perasaan tepat disaat masalah yang datang. Aku tidak begitu mengerti, bagaimana urusan perasaan biasa membuatku gegana ini.

"menyakiti diri sendiri itu termasuk dosa" 

Aku menoleh kepada Konohamaru yang baru saja menyeletuk, dia mengunyah rotinya dengan santai tanpa melirik. 

"aku tidak paham tentang perasaan semacam itu, tapi aku pikir ucapan ibu dengan kakak cantik yang tadi betul. Ini memang bukan akhir segalanya, masih ada waktu dan kesempatan lain untuk bisa merasakan itu lagi, tapi.." dia menjeda cukup lama dan beralih menatapku lekat.

My Fox (Completed)Where stories live. Discover now