Prolog

862 62 3
                                    

******

"Sakura kau mau makan dimana?"

Aku menoleh pada gadis yang biasa dipanggil Sadako itu, Hinata Hyuuga.

Saat ini kami berada di kantin yang selalu ramai di jam istirahat, ah sebenarnya aku tidak ingin berada disini karena aku membawa bento dari rumah. Tapi karena tawaran traktiran Hinata, dengan senang hati aku menyetujuinya. 

Suatu keberuntungan manusia miskin sepertiku bisa makan di kantin yang menyerupai restoran bintang kesekian ini, segala jenis makanan tersedia dengan harga yang membuatku berdecak wow. Bayangkan saja aku bisa makan sekali disini jika bisa menabung uang jajanku selama sebulan.

"SAKURA! HINATA! DISINI!"

Aku dan Hinata sontak menoleh ke asal suara itu tepatnya pada tiga gadis yang duduk di pojokan, kami segera menghampiri mereka.

"huh akhirnya dapat tempat juga.." gumamku lega sembari mendaratkan pantatku di kursi.

"Tch kalian terlalu lama di kamar mandi, jadinya kami meninggalkan kalian" ujar gadis yang duduk tepat di sampingku, Yamanaka Ino.

"maaf yah, aku sangat, sangat, kelaparan, sampai rasanya aku bisa terkena busung lapar" celetuk gadis cepol yang terlihat tomboy, Tenten.

"lain jangan begitu, melelahkan sekali mencari kalian" gerutu Hinata kesal.

"iya iya jangan merajuk Hinata yang imut" seru gadis pirang berkuncir empat menarik pipi Hinata gemas, Sabaku Temari.

Sampai saat ini aku masih tidak menyangka aku akan mendapatkan teman di sekolah ini, mengingat diriku hanya orang super biasa jika dibandingkan mereka dari keluarga kaya dan terpandang.

Saat ini aku sudah sangat lapar, selagi Hinata sedang kerasukan jin iprit, aku akan memesan makanan termahal di kantin ini. Biasanya si sadako itu paling pelit soal traktiran, yang paling penting adalah hari ini uang jajanku aman.

Glek

Air liurku hampir saja terjatuh saat hidangan steak yang tersaji begitu menggoda di depanku, sudah lama aku ingin makan ini. Dengan terburu-buru aku segera memotong stiknya kecil-kecil, aku berusaha untuk tetap elegan meskipun perutku bergemuruh hebat. Oh Tuhan aku hanya bisa melihat makanan ini di TV, sekarang ini benar-benar di depanku.

Brak

Suara gebrakan meja menghentikan aktivitasku dan orang-orang di kantin, seketika semua tatapan tertuju pada gerombolan laki-laki yang terkenal sebagai berandalan di sekolah ini datang dengan berjalan seperti mafia. Ah lihat saja pakaian yang tidak rapi, blazer mereka hanya disampirkan di bahu, dasi yang sengaja dipelorotkan, rambut mereka sebagian besar kebanyakan pirang dan acak-acakan, yang paling utama mereka membawa rokok, kuharap anggota osis ada disini dan melihat semua itu.

Siapa yang menyangka, masih ada berandalan seperti mereka di sekolah super elit ini. 

Mencoba tidak peduli, yang paling penting saat ini adalah steak sapi yang akan kumakan pertama kalinya dalam hidup.

"aa...." seruku membuka mulutku lebar untuk menyambut makanan yang akan menggoyangkan lidahku, tapi sebelum itu terjadi piring steak di hadapanku ini terangkat ke atas.

"eh?"

Dengan cepat aku menoleh ke piring steak yang dibawa oleh sesosok laki-laki bertubuh tinggi raksasa dengan rambut pirang. 

 Sialan, dia membawa steak idamanku ke meja depan tempat para orang populer berkumpul. Bajingan itu, ah aku benci orang kaya yang alih-alih membeli, malah mengambil milik orang yang tak punya uang sepertiku.

My Fox (Completed)Where stories live. Discover now