8. Rumah Sakit

307 40 2
                                    

01.30

TIK TOK

Jam dinding berdentum tak keruan, seiring dengan ketukan oleh jari kekar di meja coklat itu. Aku menunduk saat mata itu menatap kami satu per satu seakan sosok yang sedang melipat kedua tangannya ini ingin memakan kami hidup-hidup.

"jadi siapa yang akan menjelaskan kronologi kejadian ini, hm?" tanya Polisi itu pada kami, seketika tiga cecenguk sialan itu serempak menatapku tajam.

Kami mengalami kecelakaan tadi, hanya kecelakaan kecil yang tidak merenggut korban jiwa. Mobil yang kami kendarai menabrak pohon beringin tempat polisi yang saat ini mengintrogasi kami berempat buang air kecil, dia sedang jaga malam sekitaran situ, untung saja bukan di jalan raya kami menabrak.

Sebelumnya kami berempat ditahan karena polisi itu pikir kami adalah sekelompok anak-anak pecandu narkoba yang gila dan mabuk, apalagi ditemukannya celuritku tadi.

Kini Shikmaru kepalanya diperban menatapku dengan tatapan membunuh, beda lagi dengan Kiba yang tangannya dibidai karena cedara berat dan bekas gigitanku tadi saat ini menatapku dendam dan juga Sai ada gips di lehernya serta perban di pipinya menatapku benci. Sejak di klinik terdekat tadi, tatapan mereka semua seakan ingin memakanku hidup-hidup.

Ini semua bukan sepenuhnya salahku kan? merekanya saja yang berlebihan mereka ingin membawaku ke rumah sakit, tapi caranya seperti penculikan. Dan oh Tuhan, berapa biaya perbaikan mobil mewah itu yah.

Kenapa juga mereka ingin membawaku kesana, padahal aku masih sehat. Seingatku aku juga tidak punya kenalan yang sedang sakit atau jangan-jangan mereka ingin membawaku ke rumah sakit jiwa?!

"masih kecil sudah membawa celurit, mau jadi apa kalian, huh?! dasar anak nakal!" maki polisi paruh baya itu. Dari nametag yang tertera, dia bernama Raikage.

"bukan ak- mereka yang sal--arghhh...sa-sakit pak uhhhh.."
Seketika Raikage menjewer keras telingaku.

"mau alasan apa kau? Ini celurit pasti kamu mau gunakan membegal kan?" tudingnya menangkat celuritku.

Apa aku bisa lebih sial daripada ini?

Sai, Shikamaru dan Kiba menahan tawa melihatku dijewer, awas saja mereka.

"gadis gila ini yang salah, coba saja dia tidak menjambak rambutku. Aku tidak akan menabrak!" sosor Sai menatapku penuh kebencian.

Shikamaru kemudian menimpali "benar, dan gadis ini pula pemilik dari benda tajaam itu. Dia menyumpal mulutku dengan kakinya yang dia tidak cuci selama setahun!"

BLETAK

Sai dan Shikamaru dijitak oleh Raikage, mereka terlihat menahan makian sembari menatapku sinis.

"aku heran kalian bertiga- eh maksudku kalian berlima, sdah jadi langganan tetapku, tapi kenapa sekarang kalian melibatkan bocah lain lagi?!" omelnya.

Eh tunggu dulu! ada yang terdengar aneh disini, mereka berlima? jadi langganan? apa maksudnya?

"Yoo bocah tolol, tumben kalian bertiga, biasanya berlima. Uye mana si rubah liar dan si bajingan tengik satunya lagi?" tanya polisi satunya lagi seperti mengerap. Dari nametagnya, dia bernama Bee.  Dia memainkan ponselnya sepertinya, sebelum menempelkannya di telinga, dia sepertinya tengah menghubungi seseorang.

"Utakata sedang menjaga Naruto di rumah sak---hmmmph "

Mulut Kiba dibekap oleh tangan besar Sai sebelum ucapannya selesai, anehnya si Shikamaru itu melirikku seakan-akan meminta Kiba untuk diam.

"Naruto-senpai masuk rumah sakit?" tanyaku dengan suara tercekat.

"cih mulutmu ember sekali sialan!" decih Sai pada Kiba.

My Fox (Completed)Where stories live. Discover now