|SW 55| Permintaan Arsa

Start from the beginning
                                    

"Cara Lo gila anjir," bisik Rio yang mau tak mau menghadapi media yang banyak demi Arsa. Sialan Arsa, bisa-bisanya menghadapi banyak orang seperti ini tanpa pengawalan dari para bodyguard nya.

Arsa tak menjawab. Pria itu justru melambaikan tangannya pada media, lalu tersenyum seolah baik-baik saja. Bahkan sesekali ia menyapa para media yang terus mengikuti dirinya. Sampai pada akhirnya salah satu media memberikan ia pertanyaan. Pertanyaan yang membuat Arsa pada akhirnya berhenti ditempatnya.

"Satu statement saja Arsa. Kenapa tiba-tiba ada di sini? Bahkan kami tidak menyangka kalau kamu ada di apartemen ini," tanya salah satu media yang memberikan pertanyaan, mewakili media yang terus memfotonya.

"Gue tinggal di sini. Wajar kalau keluar dari lobi, kan?" Arsa menjawab dengan tatapan tenangnya. Bisa ia lihat wajah para media dibuat terkejut dengan fakta yang bahkan tidak bisa dicari tahu oleh mereka yang sangat giat mencari informasi tentang dirinya.

"Pada kecolongan, ya. Kaget, ya?" goda Arsa dengan senyumannya.

"Apa kamu mengetahui Anindya juga tinggal di kawasan apartemen ini?" tanya media yang lainnya.

"Jangan buat kesalahan," bisik Rio yang sudah khawatir saat pertanyaan itu diberikan. Pasalnya bisa saja Arsa mengatakan hal yang pada akhirnya membuat ia bermasalah dengan agensi.

"Anindya siapa? Pasalnya banyak sekali artis yang tinggal di sini. Jadi saya gak tahu siapa dia. Lagian kalau pun dia tinggal di kawasan ini, itu bukan urusan saya bukan? Sekian, ya. Saya buru-buru soalnya," balas Arsa lalu kembali melanjutkan langkah kakinya.

"Mohon beri jalan," pinta Rio yang terus menjaga Arsa saat para media terus memfoto bahkan terus memberikan pertanyaan karena kurang puas dan penasaran atas fakta terbaru dari Arsa.

Hingga pada akhirnya, Rio harus menghela napas lega saat Arsa selamat dari kejaran para media. Rio bahkan menenggak habis botol Aqua karena kehausan berteriak dan kewalahan menjaga Arsa.

"Anjir Lo hampir buat gue kehilangan napas. Tingkah laku Lo bener-bener, ya," celoteh Rio kesal pada tingkah Arsa yang diluar dugaannya saat ini.

"Baru juga sekali kaya gitu. Udah ----"

"Sekali Lo bilang? Berkali-kali lah, iya. Harusnya Lo kasih bonus ke gue karena tanpa gue, kaki tangan Lo pasti pada lecet karena sentuhan fans atau media," potong Rio membuat Arsa menatapnya penuh selidik.

"Gue tahu, sih," ucap Arsa pada akhirnya.

"Tahu soal apa? Jangan mengalihkan pembicaraan kaya gini," balas Rio pada Arsa.

"Tahu alasan Lo kaya gini. Lo pura-pura jadi korban, untuk dapat bonus dadakan dari gue, kan?" tanya Arsa dengan tatapan penuh selidiknya.

Sedetik kemudian Rio tersenyum ditempatnya. Ia bahkan memukul bahu Arsa pelan. "Tepat sasaran sekali, bung. Tentu gue minta bonus. Hitung-hitung obat biar gue bisa tidur tenang."

"Tidur tenang? Mau mati Lo?" tanya Arsa membuat Rio kembali di buat kesal.

"Lo doain gue mati?" tanya Rio tak percaya.

"Lah, kan, Lo sendiri yang bilang tadi. Seharusnya Lo bilang gini. Bonus itu mau gue pake buat senang-senang biar gue bisa tidur nyenyak tanpa kepikiran apa pun. Kalau Lo bilang gitu, gue mah, paham. Tapi kalau Lo bilang tidur dengan tenang mengarah ke sana, dong? Bener lah kata-kata gue," jelas Arsa seraya menatap Rio yang bahkan kesal setengah mati atas penjelasan Arsa.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Where stories live. Discover now