|SW 50| Kepergok Jalan

Start from the beginning
                                    

"Arsa!" jerit Anindya tak percaya.

"Udah gue bilang berapa kali, jauh-jauh dari hidup gue!" seru Arsa seraya mencengkram kerah baju milik Angga.

Angga yang mendapatkan hantaman di pipinya hanya tersenyum sinis saja. Ia tak akan membalas saat Arsa memukulnya. Bahkan ketika tatapan tajam dan penuh kebencian itu menusuk retina matanya, Angga tetap diam tanpa tindakan apa pun untuk membalas perbuatan Arsa. Namun matanya kemudian melirik Anindya yang bahkan tampak ketakutan karena ulah Arsa yang secara tiba-tiba.

"Gue penasaran sejauh mana Lo cinta sama Anindya. Itu aja yang mau gue pastikan," ucap Angga seraya membalas tatapan tajam milik Arsa.

"Dari dulu gue selalu penasaran, apa sebenarnya kekuatan Lo? Apa Lo bisa menjaga orang-orang yang ada di sekitar Lo? Gue cuman mau pastikan itu aja, gimana caranya anak haram menjaga orang yang dia cinta," ucap Angga lagi membuat Arsa semakin emosi saat mendengar nya.

"Gue bukan anak haram!" Arsa menatap tajam. Bahkan kata-katanya terlihat menggebu-gebu saat Angga membicarakan masa lalu.

"Merebut kebahagiaan orang karena hamil duluan apa ------"

Bugh.

Belum sempat Angga melanjutkan kata-katanya, suara hantaman yang begitu keras membuat Angga tersungkur jatuh dihadapan Anindya. Tentu saja Rio yang ada di sana segera memisahkannya. Rio sekuat tenaga menahan Arsa yang seolah ingin menghabisi kakaknya.

"Istighfar. Dia kakak Lo anjir. Lo gak bisa pukul dia terus menerus," ucap Rio menahan Arsa yang sulit mengontrol emosinya.

"Gue gak peduli! Gue sakit hati banget sama Angga! Sialan!" jerit Arsa terus memaki Angga yang terlihat mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

"Kakak gak apa-apa?" Anindya mendekati Angga. Ia menatap Angga begitu khawatir dan merasa bersalah karena ulah suaminya. Bahkan Anindya membantu Angga untuk berdiri. Ia melihat ada luka lebam di pipi dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah saat ini.

"Lo gak perlu khawatir sama Angga. Jangan buat gue emosi lagi," ucap Arsa merasa tak suka karena Anindya begitu peduli dengan Angga.

Anindya tak menjawab apa-apa. Ia terus membantu Angga. Bahkan Anindya terlihat mengambil sebuah tisu dari tasnya, kemudian mengelap darah itu menggunakan tisu yang ia punya. Arsa yang melihatnya pun semakin panas saja. Secara tiba-tiba bahkan pria itu mendekat dan menarik tangannya dengan kuat, hingga Anindya ingin terjatuh karena kehilangan keseimbangannya.

"Gue bilang jangan bantu dia!" sentak Arsa membawa Anindya di sisinya.

"Lepas, gak," pinta Anindya seraya menatap Arsa tanpa rasa takut.

"Lo ngelawan gue? Demi Angga? Lo selingkuh sama dia?" Arsa terus memberikan pertanyaan tak terduga akibat cemburu Anindya dekat dengan kakaknya.

"Harus banget maki gue di depan banyak orang kaya gini?" tanya Anindya menatap tak suka pada Arsa.

"Gue gak peduli. Lo yang buat gue kaya gini. Maksud Lo apa coba jalan sama Angga di saat suami lagi kerja? Lo mikir gak gimana perasaan gue saat ini? Ada otak gak?" tanya Arsa dengan kata-kata toxic nya.

Anindya yang mendengar hal tersebut berusaha melepaskan tangan Arsa. Cengkraman yang begitu kuat di tangannya membuat ia kesakitan ditempatnya. Jujur hal yang ia benci dari Arsa adalah saat pria itu memaki dirinya di hadapan orang lain. Bahkan masalah yang harusnya dibicarakan dengan baik dan hanya berdua, kini orang lain mendengarkan juga. Arsa benar-benar tak bisa memahami bagaimana perasaan orang lain, apa lagi perasaan istrinya sendiri.

"Lo gak apa-apa?" tanya Angga saat Arsa belum melepaskan tangan Anindya, walau Anindya terlihat meringis kesakitan di hadapannya.

"Gak apa-apa kak. Kakak pulang aja kak. Maaf udah buat kakak banyak luka. Maaf sekali lagi kak," jawab Anindya merasa tak enak hati.

"Lo gak seharusnya minta maaf sama dia," sahut Arsa menatap Anindya yang bahkan tak melihatnya.

"Sa, lepasin dulu, lah tangan Lo. Anindya kelihatan kesakitan, tuh. Jangan kaya gitu lah," tutur Rio merasa kasihan pada Anindya yang berusaha menahan rasa sakitnya saat ini.

"Gak usah bacot. Diam aja Lo," timpal Arsa atas permintaan Rio.

Melihat Arsa yang terus mencengkram tangan Anindya karena keberadaannya, membuat Angga merasa kasihan. Apakah hal seperti ini sering dilakukan oleh Arsa pada Anindya? Kalau iya biarkan ia yang membahagiakan Anindya. Kenapa mamanya harus menikahkan Anindya dengan Arsa? Bukan dengan dirinya. Melihat bagaimana Arsa mendapatkan seorang istri yang begitu sempurna membuat ia merasa tak terima.

"Jangan terlalu overprotektif. Jangan pisahkan kehidupan orang dengan orang-orang terdekatnya. Pikiran negatif yang ada hanya akan membuat Lo semakin buruk di mata orang lain," ucap Angga sebelum pada akhirnya memasuki mobil.

Saat Angga melajukan mobilnya, Arsa melepaskan tangan Anindya. Anindya pun melihat pergelangan tangannya yang memerah, bahkan rasanya perih karena Arsa yang mencengkram tangannya. Sebenarnya apa yang membuat Arsa begitu marah? Melihat bagaimana hubungan mereka seperti ini saat bertemu membuat ia bertanya-tanya sebenarnya ada hal apa yang berhubungan dengan mereka berdua.

"Lo gak boleh buat gue cemburu. Lo cuman boleh jalan sama gue. Lo gak -----"

"Lo egois," potong Anindya cepat seraya menatap Arsa dengan mata yang berkaca-kaca saat ini.

"Lo maki gue di hadapan Angga dan Kak Rio. Lo sadar? Lo juga melakukan hal yang sama. Istri meniru apa yang suaminya lakukan pada dirinya. Emang gue pernah, ya? Pukul Bianca? Hanya karena gue jalan sama dia, bukan berati gue ada apa-apa sama dia!" teriak Anindya marah di hadapan Arsa yang bahkan menatap dirinya tajam.

"Lo ngelawan? Harusnya Lo sadar posis ---"

"Kalau Lo ngomong soal posisi, harusnya Lo juga sadar diri. Posisi Lo di sini udah punya istri. Apa pernah selama ini Lo jaga perasaan gue? Enggak pernah! Lo selalu bilang Bianca Bianca dan Bianca. Lo gak pernah mikirin perasaan gue sedikit pun. Harusnya Lo tanya sebelum bertindak. Angga banyak bantu gue buat meraih kontrak perjanjian kita. Harusnya lo gak kaya gitu sama dia. Karena tanpa Angga, gue bukan apa-apa. Tanpa dia bahkan gue masih dianggap sampah. Harusnya Lo tanya dulu sebelum pukul dia!"

Anindya menjelaskan dengan amarahnya. Bahkan suaranya meninggi dengan air mata yang menetes saat ini. Rasa kesal yang ia pendam dalam hati membuat ia tak bisa menahannya lagi. Arsa benar-benar menguji kesabarannya saat ini. Ia pikir Arsa sudah berubah, tapi ia rasa belum saatnya Arsa berubah. Bahkan ia menyesal karena telah percaya dan memberikan semuanya disaat cinta Arsa pada dirinya masih belum bisa diketahui ada atau tidaknya.

"Udah ngomong nya? Udah puas Lo bela Angga?" tanya Arsa pada Anindya.

Rio yang mendengar pembicaraan mereka hanya bisa menjauh. Ia mengamati bagaimana egoisnya Arsa ingin dimengerti tapi tidak mau mengerti bagaimana perasaan Anindya.

"Gue capek. Kalau Lo ke sini buat berantem sama gue, mending Lo gak usah balik. Lo bisa hidup sepuasnya sama Bianca. Karena mau gimana pun kejadiannya, rasa suka Lo sama Bianca tetap sama," ucap Anindya seraya pergi meninggalkan Arsa yang bahkan mengepalkan tangannya kuat-kuat saat ini.

#TBC

GIMANA PART KALI INI GUYS?

YOK KASIH KATA-KATA MUTIARA UNTUK ARSA 💜🥰

TETAP DI TIM YANG SAMA GUYS?

GIVE ME 900 KOMEN

SAMPAI BERTEMU DI PART SELANJUTNYA 💜

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Where stories live. Discover now