|SW 46| Tamu Tak Terduga

Start from the beginning
                                    

"Ya, udah kalau gitu saya mau cari makan dulu," ucap sopir taksi tersebut seraya keluar dari dalam mobilnya untuk mencari makanan.

"Maaf, ya, Nin," ucap Rio seraya menyampirkan jaket yang ia gunakan untuk menutupi badan Anindya yang terlihat kedinginan. Rio bahkan menaikan suhu AC di mobil agar Anindya tidak merasakan kedinginan.

Segitu perhatian nya Rio pada perempuan, tapi kenapa Rio tidak punya pacar? Jawabannya adalah Rio sangat profesional. Baginya Arsa adalah orang yang telah membantunya. Bisa dibilang ia punya hutang Budi pada Arsa yang sudah sangat sangat membantu dirinya dan keluarganya. Awalnya mereka hanya sahabat kala SMA tapi sampai sekarang ia pastikan mereka akan bersahabat dan rekan kerja selamanya. Mungkin hal tersebut membuat Rio ingin memberikan hal yang terbaik untuk Arsa, ya mungkin salah satunya adalah menjaga Anindya untuk tetap sehat dikala Arsa menemani Bianca. Jujur sebagai seorang pria, ia melihat Anindya begitu sempurna, bahkan jauh lebih sempurna secara fisik jika dibandingkan oleh Bianca. Tapi ia tidak akan jatuh cinta pada Anindya, karena Anindya adalah istri dari sahabatnya. Ia bukan sahabat yang memakan sahabatnya sendiri.

Saat menjaga Anindya, Rio ternyata dilanda rasa ngantuk. Ia pun akhirnya memutuskan untuk tertidur dengan posisi yang menjaga jarak dengan Anindya saat ini. Ia menjadikan jendela sebagai bantal dengan tubuh yang membelakangi Anindya saat ini. Ya, malam terasa begitu dingin saat dihabiskan di dalam mobil. Jalan raya yang sudah sepi, sopir taksi yang tak kunjung kembali membuat keadaan taksi hening tak ada interaksi. Semakin malam dan semakin gelap menjadi pertanda bahwa kehidupan kota sudah tamat saat ini.

🌟🌟🌟🌟

Suara burung berkicau tampak terdengar oleh salah satu indera yang menyadari malam telah berganti oleh fajar. Sayu-sayu ia mendengar beberapa mobil terhenti seolah makin dekat saat ini. Menyadari keributan yang ditimbulkan, Anindya membuka matanya. Tentu saja pemandangan yang ia temui pertama kali adalah gedung rumah sakit. Anindya tampak terkejut, ia segera menolehkan kepalanya hingga menemukan kak Rio berada di sampingnya. Ya, ia melihat Kak Rio tengah tertidur sedikit menjauh darinya. Ketika matanya lurus ke depan, ia melihat sopir taksi tengah tertidur di stir mobilnya. Apa ini? Jangan bilang kak Rio menyewa taksi ini hingga ia terbangun dari tidurnya? Kalau benar adanya, ia pastikan ia menyesal tidur di dalam mobil. Terlebih lagi jaket yang menutupi badannya sudah bisa ia pastikan milik kak Rio yang tampak kedinginan di sampingnya.

"Anindya, bisa-bisanya tidur di dalam mobil orang. Mana kaya kebo lagi," ucap Anindya merutuki dirinya sendiri. Untung saja hari ini hari Minggu. Ia bisa leluasa, tapi tidak bisa bebas saat dirinya merasa bersalah. Ia bahkan melihat jam yang melingkar indah di tangannya, saat itu ia menemukan jam sudah menunjukkan pukul 05.30 pagi. Anindya pun memutuskan untuk menaruh jaket itu di badan kak Rio, lalu keluar dari mobil secara perlahan-lahan.

"Kira-kira udah ada bubur belum, ya," ucap Anindya yang berjalan keluar dari halaman rumah sakit untuk mencari bubur ayam.

"Nah, itu dia ketemu." Anindya segera melangkahkan kakinya saat menemukan gerobak bubur ayam baru saja membuka warungnya.

"Pak udah bisa beli belum?" tanya Anindya pada penjual bubur ayam tersebut.

"Tunggu sebentar ya, mbak. Masih siap-siap dan baru datang," balas penjual tersebut membuat Anindya meraih kursi plastik dan duduk seraya menunggu penjual itu siap.

Anindya melihat situasi sekitar. Jalan yang begitu sepi, udara yang begitu segar namun dingin membuat Anindya tampak tersenyum saat ini. Jarang sekali ia keluar pagi-pagi begini. Anindya kemudian meraih ponselnya. Ia melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Riko dan Arsa. Kenapa mereka menghubungi dirinya? Saat mengetahui panggilan tak terjawab milik Arsa begitu banyak membuat Anindya mengirimkan pesan padanya.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Where stories live. Discover now