|SW 44| Jatuh Dari Tangga

Mulai dari awal
                                    

"Kenapa kamu pada akhirnya terima pernikahan kita?" tanya Anindya lagi pada Arsa.

"Gak akan ada alasan kalau hati sudah berbicara bukan? Mau satu bulan sama kamu, ternyata aku menemukan banyak hal yang buat rasa ini timbul. Ya, walau pada dasarnya rasa ini belum terlalu besar untuk dirasakan," balas Arsa pada Anindya.

"Kamu juga pasti sama, kan?" tanya Arsa lagi pada Anindya yang kemudian menganggukan kepalanya ragu.

"Apa yang kamu temui dari aku?" tanya Anindya lagi pada Arsa.

"Kenapa jadi wartawan tiba-tiba? Segitu gak percayanya kalau aku udah berubah?" tanya Arsa pada Anindya saat ini.

"Bukan gak percaya tahu, tapi aneh aja kalau kamu berubah tiba-tiba kaya gitu. Kaya ----"

Cup.

Arsa selalu menemukan cara untuk membungkam mulut Anindya yang ingin melanjutkan kata-katanya. Bahkan mata Anindya membulat sempurna saat Arsa tiba-tiba mencium bibirnya. Arsa saat ini tahu betapa lemahnya ia jika Arsa bersikap seperti ini pada dirinya.

"Bianca mungkin orang lama, tapi kamu istri aku. Jadi aku usahakan untuk prioritaskan kamu dulu sebelum dia. Kasih aku waktu untuk membuktikan segalanya Nin," tutur Arsa menatap serius kepada Anindya yang bahkan hanya bisa terdiam ditempatnya.

"Jangan ngelamun terus tahu," ucap Arsa seraya mengacak-acak rambut Anindya gemas.

Saat Arsa sedang berbincang santai dengan Anindya, pintu mobil pun terbuka sempurna. Siapa lagi jika bukan Rio pelaku. Rio dengan wajah kesalnya menatap Arsa yang bahkan menatapnya tanpa ekspresi.

"Sudah siap baksonya, bos. Aman situasinya gak ada orang sama sekali. Tukang bakso juga udah gue suap biar gak beberkan ke media," jelas Rio memberi tahu Arsa.

"Bagus. Makasih banyak friend," balas Arsa tersenyum singkat sebelum pada akhirnya menatap Rio dengan ekspresi dinginnya.

"Mau makan lagi?" tanya Anindya tak percaya. Pasalnya beberapa menit lalu mereka baru saja makan nasi goreng dan kuwetiau goreng. Apakah Arsa sengaja melakukan ini pada dirinya?

"Iya, dong. Aku gak mau mama atau bunda ngira aku gak bisa jaga kamu. Ayo makan biar pipi kamu berisi. Kasihan kalau kamu kurus," ajak Arsa seraya menyodorkan tangannya untuk membantu Anindya turun dari mobilnya.

"Gaya Lo Sa, belaga jadi suami idaman aja. Padahal mah sering nyakitin Anindya," tutur Rio saat melihat sahabatnya itu berperilaku sok romantis pada istrinya.

"Lo bisa gak ----"

"Bener kata kak Rio, kok. Makasih kak Rio sudah mewakili Anindya," potong Anindya yang setuju atas perkataan Rio pada Arsa.

"Kok gitu, sih," sahut Arsa yang cemberut saat Anindya memihak Rio dibandingkan dirinya.

Anindya tak menjawab. Anindya terlihat menerima uluran tangan yang diberikan oleh Arsa, lalu berjalan masuk ke warung bakso kaki lima tepatnya di pinggir jalan. Ya, kondisi warung yang tertutup dan pintu masuk yang terhalang oleh mobil mereka bisa dipastikan situasinya akan aman-aman saja. Anindya bahkan tanpa ragu duduk di samping Arsa, sementara Rio ada di hadapan mereka berdua. Mereka yang baru saja masuk tentu disambut oleh tiga mangkuk bakso dan tiga es teh yang ada di atas meja. Melihat dan mencium aromanya saja membuat Anindya tak bisa hanya sekedar menatapnya.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang