“Gue nggak ada waktu buat main-main. Jadi, kita selesaikan ini dengan cepat,” kata Galen pada Kamila yang tengah berdiri terengah sambil memegangi bahunya yang sempat terkena pukulan.

Galen bergerak cepat, melayangkan pukulan ke arah gadis itu. Kamila yang berniat menghindari serangan itu justru menciptakan celah. Galen memanfaatkan itu untuk menendang tungkai kaki Kamila hingga tubuh gadis itu limbung dan ambruk dengan posisi lutut membentur lantai.

Kesempatan itu langsung Galen pergunakan untuk menghantam kuat kepala Kamila dengan tongkatnya.

Gadis itu mengerang. Kulit kepalanya sobek hingga mengucurkan darah segar. Tak menunggu lama, Galen langsung menjambak rambutnya, menyeret tubuh Kamila turun ke lantai tempat tubuh Rudi berada.

Setelah mengumpulkan dua tubuh tak berdaya itu, Galen kembali naik ke lantai atas, mencari satu orang lagi yang mungkin masih bersembunyi di suatu tempat. Sayangnya, tak ada siapa pun yang ia temukan. Saat tiba di persimpangan lantas 6 ke lantai 5, ia melihat sebuah loker. Awalnya, ia mengabaikan keberadaan loker itu dan melewatinya begitu saja. Namun, tiba-tiba ada hal yang mendorongnya untuk kembali dan memeriksanya.

Dibukanya satu per satu dari tiga pintu loker yang ada. Begitu membuka pintu yang terakhir, mata Galen seketika terbelalak. Tongkat dalam genggamannya langsung terlepas. Kakinya melemas, hingga membuat tubuhnya merosot jatuh terduduk di lantai.

“Z-Zita.” Galen tergagap menatap anak kecil yang matanya terpejam dan wajah basah karena air mata tengah meringkuk di dalam kotak kecil itu.

Melihat lubang angin yang terdapat di pintu loker membuat napas Galen tercekat. Tubuhnya gemetar. Jantungnya berpacu dengan cepat. Ia mulai membuat prasangka dalam otaknya.

Apa Zitania melihat semua yang ia lakukan? Apa Zitania melihatnya sebagai sosok monster yang menakutkan?

Galen menggeleng. Zitania tak seharusnya melihatnya dalam keadaan seperti itu.

Galen lantas teringat data keluarga angkat Zitania tentang Andri yang memiliki satu anak perempuan berusia 16 tahun. Apa gadis yang ia serang tadi adalah anak perempuan itu?

Berbagai pikiran buruk mulai terlintas.

Apa Zitania akan dibuang ke jalanan jika Andri tahu bahwa dirinya--kakak kandung Zitania--telah membunuh putri semata wayangnya? Atau ... apakah Zitania akan balas disiksa sebagai timbal balik perbuatannya? Apa yang harus Galen lakukan jika itu benar terjadi? Lalu, bagaimana jika Zitania benar-benar melihat perbuatannya malam ini? Apa yang akan terjadi jika dirinya muncul di hadapan gadis itu? Apa Zitania bisa tetap menerimanya sebagai kakak atau justru berteriak ketakutan saat melihatnya?

Galen menatap tangannya yang penuh darah, lalu mengepalkannya dengan erat.

Zitania tak boleh mengenalnya. Zitania harus melupakannya. Zitania tak seharusnya menyimpan kenangan buruk.

“Kakak ....” Panggilan lirih itu membuat Galen mengangkat muka. Gadis kecil itu bergumam dengan mata terpejam.

Air mata Galen luruh tanpa bisa ia cegah. Itu adalah panggilan yang sangat ia rindukan. Dengan tubuh gemetar, Galen mendekat, mengulurkan tangannya, merengkuh tubuh kecil Zitania ke dalam pelukannya.

Sebenarnya, apa yang sudah ia lakukan?

Maria meminta mereka hidup dengan bahagia, tapi ia baru saja menghancurkan salah satu pondasi rumah yang telah memberikan Zitania kebahagiaan.

“Maaf, maafin kakak.” Galen berucap sambil menitikkan air mata. Ia memeluk erat tubuh Zitania. “Maaf. Maaf.”

Berulang kali Galen merapal penyesalan dan sebuah pemikiran muncul dalam benaknya.

My True Me (END)Место, где живут истории. Откройте их для себя