Tiga Belas

657 104 198
                                    

Masih sangat pagi saat Theo menghentikan motor dual-sport kebanggaannya di depan pagar kosan Zita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Masih sangat pagi saat Theo menghentikan motor dual-sport kebanggaannya di depan pagar kosan Zita. Sang gadis sepupu lantas turun dari boncengan, melepas helm dan meletakkannya di jok motor sebelum berjalan ke arah pagar setinggi dada itu.

"Lo kenal sama Ridan?" tanya Theo yang masih duduk di atas motor seraya melepas helm fullfacenya.

Mendengar pertanyaan itu, Zita memilih diam. Ia justru berpura-pura sibuk membuka kunci slot pagar yang sebenarnya sangat mudah untuk di geser.

"Gue denger dia sok kenal sama lo," lanjut Theo, sadar jika Zita sedang mencoba mengulur waktu dalam menjawab pertanyaannya.

"Denger dari siapa?" Zita mendorong pintu pagar lebih lebar agar cukup untuk ia lewati lalu berbalik dan menatap Theo.

"Rei."

Satu nama yang kembali membuat Zita terdiam. Ia seharusnya tak lupa jika Reinaldi adalah sahabat Theo. Tiga serangkai ditambah Iddar yang hampir setiap saat selalu bersama. Pertemuannya dengan Ridan dua hari lepas, jelas akan sampai ke telinga Theo melalui Reinaldi.

"Kata Rei, dia lihat Ridan deketin lo," sambung Theo yang masih belum mau mengakhiri pembahasan soal si mahasiswa baru. "Dia tanya gue, apa lo kenal sama Ridan?"

"Itu bukan urusannya Reinaldi."

"Tapi gue juga punya pertanyaan yang sama."

Pada akhirnya, Zita menyerah. Ia menghela napas dan memandang Theo yang kini sedang berdiri dengan menyandarkan pantat di body motor. Tangannya bersedekap di dada dengan pandangan mengintimidasi.

"Jadi?" Theo menuntut penjelasan. Sepupunya itu jelas bukan orang yang mudah dibohongi. Jadi mengelak pun tak akan membebaskan Zita dari tatapan tajam penuh tanya lelaki itu.

"Bukan gue," jawab Zita. "Ridan ngenalin gue, tapi bukan gue. You know who I mean. Ridan ... nyari Mila."

Zita mengambil jeda sebelum melanjutkan. Theo masih diam menunggu tanpa menunjukkan reaksi apapun.

"Waktu Ridan tiba-tiba nyerocos seolah dia kenal gue, saat itu juga gue tahu siapa yang dia cari. Beruntung Rei ada di sana. Jadi gue bisa kabur," jelas Zita secara singkat. "Dan kemarin di kantin, dia mencoba memastikan sekali lagi, kalau gue bukan Mila."

"Dan dia percaya?"

Zita mengerutkan bibir lalu mengendikkan bahu. "I hope so."

Jawaban itu sukses membuat Theo merubah ekspresinya. Dahi lelaki itu mengernyit dan tampak tak menyukai jawaban tak pasti yang Zita berikan.

"Gue sempat belajar dari tante tentang ciri-ciri orang berbohong," lanjut Zita yang merasa akan terus diawasi jika tidak segera memberi jawaban memuaskan. "Jadi gue tahu, gimana caranya menghindari kesalahan saat bohongin Ridan. Gue nggak yakin, tapi gue rasa, Ridan percaya sama apa yang gue bilang kalau gue adalah Zita, bukan Mila. Toh, gue juga nggak sepenuhnya bohong. Gue memang nggak kenal sama dia."

My True Me (END)Where stories live. Discover now