Empat Puluh Delapan

156 14 18
                                    

Kuusahakan paling lambat up 3 hari sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuusahakan paling lambat up 3 hari sekali.
Kalo 3 kali sehari, takut overdosis.

...

Theo berjalan keluar gedung olahraga dengan beban pikiran yang bertumpuk.

Selama ini, ia takut Zita tahu jika dirinya hanyalah anak angkat. Apalagi Theo sudah berpura-pura baik padahal pernah melecehkan Sherly. Ketakutan itu bertumpuk, takut Zita akan mengetahui semuanya dan meninggalkannya untuk mencari keluarga aslinya.

Selama ini, ia sudah berusaha menuruti perkataan Andri untuk menjaga Zita tetap di sampingnya. Namun, kenyataan jika Zita adalah adik kandung Galen membuat kepalanya terasa berat. Bagaimana bisa ia menjaga adik dari lelaki yang telah membunuh Kamila? Kakak sepupunya mati di tangan kakak kandung seorang adik yang sangat dilindunginya?

Dengan tangan gemetar, Theo mengangkat ponselnya, mencoba menghubungi Andri, merapal berbagai harapan jika yang ia dengan dari Iddar hanyalah kebohongan.

"Halo." Suara pria dewasa menjawab panggilannya dengan cepat.

"Apa benar nama asli Zita itu Zitania Misha Hazeline?" tanya Theo langsung. "Apa itu artinya Hazel--adik Galen yang kita cari-cari--adalah Zita?" Dada Theo terasa sesak. "Itu artinya, Kak Kamila mati karena ngelindungi adik dari pembunuhnya sendiri?"

Hening. Tak ada jawaban di seberang sana.

Mata Theo berair. Diamnya Andri seolah menjawab semua pertanyaannya.

"Kenapa Om bohongin aku?" tanya Theo lagi. "Pantes aku ngerasa aneh waktu Om bilang kalau Hazel ada di Mandala, padahal Om sendiri yang bilang kalau NoName belum dapat info apa pun soal Hazel." Theo tertawa getir, merasa dibodohi habis-habisan. "Ternyata yang Om maksud sebagai Hazel adalah Zita sendiri."

Teleponnya masih tersambung, tapi tetap tak ada sahutan yang terdengar.

"Terus, apa yang sedang kita lakukan sekarang?" tanya Theo sambil meremas rambutnya dengan sebelah tangan. "Selama ini kita nyari tahu siapa Hazel, tapi kalau Om udah tahu Hazel itu Zita, terus siapa yang sebenarnya Om cari? Apa rencana Om sebenarnya? Kenapa Om ngelibatin kita semua?"

Berbagai pikiran buruk perlahan menyusup dalam otak Theo.

"Sekarang aku jadi mikir, apa sejak awal Om sengaja ngebuat Zita tinggal di rumah kami biar Om bisa dengan mudah mengawasi pergerakan Zita? Om memanfaatkan Mila yang punya dendam ke Galen untuk membalaskan dendam Om sendiri atas kematian Kamila. Karena itu Om ngelarang aku terlibat sama Mila karena Om nggak mau rencana Om berantakan."

Theo tertawa sumbang.

"Om sengaja pengen Galen mati di tangan adiknya sendiri sebagai ganti karena anak Om mati gara-gara ngelindungin anak itu."

Terdengar helaan napas di ujung sana. "Om nggak akan menyangkal soal Zita adalah Hazel, tapi semua yang kamu tuduhkan itu nggak benar."

"Oh, ya? Ah! Aku ngerti sekarang." Theo tertawa miris. "Om nggak puas hanya dengan ngebunuh Galen, jadi Om ngincar Zita juga? Om ngerancang skenario seolah-olah Hazel ngincar Zita, jadi bisa bunuh dia tanpa ninggalin jejak?"

My True Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang