Dua Puluh Sembilan

437 80 125
                                    

Theo duduk di kursi belajarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Theo duduk di kursi belajarnya. Dikeluarkannya bungkus rokok dan plastik berisi pil yang sempat Reinaldi berikan padanya. Ia buka bungkus rokok dan menemukan secarik kertas yang terlipat kecil di dalamnya. Ia menarik kertas itu dan mulai membaca apa yang tertulis di sana.

Sorry karena gue nggak bisa ngomong secara langsung.

Tanpa salam pembuka, surat tulisan tangan Reinaldi langsung berisi permintaan maaf.

Gue bener-bener minta maaf atas apa yang gue lakukan ke Zita. Gue nggak bermaksud kayak gitu. Otak gue kacau karena pengaruh obat.

Mata Theo menyipit, lalu melirik plastik berisi pil putih dan merah muda yang berada di dekat tangannya.

Sorry juga karena gue nggak kasih penjelasan dan malah terkesan menghindar.

Gue lagi diawasi. Dia ngancam bakal bunuh keluarga gue kalau bertindak macem-macem. Gue sempet coba hubungi lo tapi gagal. Kayaknya telepon rumah dan hape gue disadap. Gue sempat coba temuin lo, tapi di tengah jalan gue dicegat dan dihajar sama beberapa orang.

Rentetan kata yang tertulis menjawab pertanyaan Theo tentang bekas lebam yang menghias wajah Reinaldi. Dia?

Bokap juga hampir kecelakaan karena kabel rem mobilnya dipotong. Kayaknya dia sengaja ngelakuin ini buat menunjukkan kalau ancemannya bukan main-main.

Gue bener-bener dibuat nggak bisa ngapa-ngapain. 

Dia marah karena gue udah buat Zita dapat serangan panik, tapi dia juga bilang bakal buat Zita menderita sebagai balasan atas semua kesalahannya. Gue nggak tahu maksudnya apa, tapi yang jelas ucapannya bukan ancaman kosong.

Sorry, hanya sebatas ini yang bisa gue kasih tahu. Gue cuma mau memperingatkan lo karena lo sahabat gue, itu pun kalau lo masih menganggap gue sahabat.

Pesan gue, jangan percaya semua orang yang ada di dekat lo. Jangan percaya siapa pun. Gue harap lo bisa jagain Zita. Gue nggak mau dia kenapa-napa. Gue benar-benar menyesali kesalahan gue. Titip permintaan maaf gue ke Zita. Gue sayang dia.

Theo meletakkan surat itu dibarengi dengan embusan napas berat. Kedua sikunya bertumpu di atas meja dengan kedua tangan meremas kepala karena permasalahan yang terasa semakin rumit. Padahal dirinya sudah mendorong Zita untuk mengakhiri hubungannya dengan Reinaldi setahun lepas, agar lelaki itu tak terseret dalam pusaran kekacauan yang dibuat Mila.

"Gue mungkin lancang karena ikut campur urusan pribadi lo," ucap Theo pada Zita yang tengah terbaring di atas brankar. "Tapi gue harap lo segera putusin Rei, Ta."

Zita menatapnya dengan pandangan menuntut penjelasan.

"Gue tahu pasti berat, tapi lihat apa yang lo dapat dari Mila," jelas Theo sambil melirik balutan kasa di tangan Zita. "Rei juga akan kesulitan kalau sampai keseret masalah yang Mila buat."

My True Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang