Tiga Puluh Lima

196 28 44
                                    

1411 kata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1411 kata.
Akhir2 ini pada panjang ya partnya, wkwk...

Oh, mau promo dikit, hihi.
Spin-off kisah Zita-Reinaldi jaman sebelum jadian bisa dibaca di book terpisah, ya.
Judulnya, "Five Second Violation", cek aja di list ceritaku.

Ringan kok, gak akan sepusing cerita ini. Kiranya kalian sudi mampir...

Makasih 💗

...

Adifa merasa deja vu saat membuka pintu dan mendapati Zita tengah berdiri di teras rumahnya.

"Hai," sapa Zita tampak canggung.

"Oh, hai," balas Adifa seraya mengedarkan pandang. Tak menemukan keberadaan Theo yang biasanya menemani gadis itu. "Tumben sendiri."

"Theo sakit. Katanya, mukanya nggak presentable buat keluar rumah."

Alis Adifa terangkat.

"He fought with someone," jelas Zita sambil mengangkat bahu.

Adifa mempersilakan Zita masuk, tak bertanya lebih jauh soal Theo karena bukan urusannya. "Terus lo ke sini sendiri? Gue rasa sepupu lo nggak segampang itu biarin lo pergi sendiri walau dia lagi sakit."

"Dia pesenin ojol," jelas Zita seraya berjalan masuk, mengikuti Adifa, menuju pintu di ujung rumah. "Lagian dia bisa ngelacak keberadaan gue kalau ternyata gue pergi ke tempat lain."

Adifa mengangguk paham meski masih merasa aneh, terutama tentang sikap Theo yang tiba-tiba bisa selonggar itu membiarkan Zita pergi sendiri.

"Lo sendirian?" tanya Zita, tak melihat keberadaan Ridan di rumah itu.

"Ridan lagi keluar. Kayaknya ke rumah temen lo."

"Temen? Siapa?"

"Moza."

"Oh," ucap Zita sambil berkerut dahi.

Adifa memperhatikan ekspresi Zita sesaat, lalu membukakan pintu menuju ke lantai bawah. "Kita lanjut latihan kemarin."

"Hm? Oh, oke," jawab Zita seraya membuntut langkah Adifa menuruni anak tangga ke ruang latihan yang ada di bawah sana.

Adifa meminta Zita melakukan pemanasan terlebih dahulu sementara dirinya mengambil sepasang hand wrap dan sarung tinju yang tersimpan dalam lemari di pojok ruangan.

"Kita mau latihan apa?" tanya Zita saat Adifa menyerahkan peralatan yang baru diambilnya pada gadis itu.

"Punch me," jawab Adifa sambil melakukan pemanasan selagi Zita melilitkan hand wrap di kedua tangannya. "Gue mau tahu udah sekuat apa pukulan lo."

Zita mengangguk saja. Begitu selesai bersiap-siap, ia memasang kuda-kuda dengan kedua kepalan tangan yang sudah berbalut sarung tinju kini bersiap di depan dada.

My True Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang