Tiga

833 147 162
                                    

Jam kuliah selanjutnya masih sejam lagi, jadi Zita memutuskan untuk duduk di kursi kantin sambil menikmati semangkok bakso panas di siang yang tak kalah panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam kuliah selanjutnya masih sejam lagi, jadi Zita memutuskan untuk duduk di kursi kantin sambil menikmati semangkok bakso panas di siang yang tak kalah panas. Sedangkan Moza dan Kayla, duduk pada sisi yang lain, sedang asyik dengan bakmi ayam dan segelas es teh yang tampak menyegarkan.

Saat hendak mengambil es jeruk yang berada di samping mangkok baksonya, gelas minumnya lebih dulu diserobot oleh seseorang.

"Hah ... leganya," ungkap Theo usai menenggak habis minuman Zita, efek kelelahan setelah bermain basket di lapangan outdoor pada cuaca yang terik.

PLAK!

"Akh ...," keluh Theo sambil mengusap belakang kepala yang baru saja mendapat geplakan cukup keras dari Zita. Theo melirik sengit yang dibalas pelototan. "Santai kali. Sori. sori. Gue udah pesen minum, kok. Cuma keburu dehidrasi kalau nungguin bu kantin. Jadi minum punya lo dulu, nanti punya gue buat lo! Bentar!"

Theo yang berambut curtain dicat coklat terang itu lantas berdiri dan pergi ke arah kerumunan di depan salah satu stan kantin. Tak berapa lama ia kembali dengan dua gelas es jeruk dan memberikan salah satunya pada Zita. Gadis itu masih mencebik bibir karena kesal. Sedangkan Theo hanya nyengir tak berdosa.

"Lo kemaren bolos kemana?" tanya Kayla pada Theo yang kemarin tidak menampakkan diri di kelas.

"Kurang tidur," jawab Theo enteng yang justru mendapat tatapan menuntut penjelasan. "Main PS, online match sampek subuh. Jadi ya udah, gue lanjut tidur aja."

Tiga teman yang mendengarkan lantas menggeleng tak habis pikir. Ini sudah kesekian kalinya Theo bolos dengan alasan yang sama. PS addict.

"Oh ya, Ta!" celetuk Theo sambil mengambil sesuatu dari saku celananya. Ia memberikan botol polos tanpa label pada Zita dan membisikkan sesuatu pada gadis itu.

"Apa, sih, bisik-bisik?" kepo Kayla.

"Gue cuma bilang, ini vitamin mahal, jangan dibagi sama si uler." Theo menjawab dengan melirik sinis pada Kayla.

Zita meletakkannya di meja dan menatap datar pada botol polos itu. "Thanks."

Theo adalah sepupu Zita. Siska—Mama Theo, seorang dokter spKJ—adalah adik dari Andri, papa Zita. Zita sudah tinggal bersama keluarga Theo sejak SMP, tapi sejak beberapa bulan terakhir ia memilih untuk tinggal sendiri dengan menyewa sebuah kamar kos.

Bukan karena keluarga Theo terlalu mengekang atau sejenisnya. Zita hanya merasa ingin mencoba suasana baru. Seperti kata Siska, Zita perlu berada di tempat yang ramai untuk menyesuaikan diri, berbaur dengan banyak orang untuk menghilangkan kecemasannya. Jadi tinggal di kosan yang ramai tentu lebih baik daripada tinggal di rumah sang Tante yang sering sepi karena penghuninya sibuk dengan aktivitas atau perkerjaan masing-masing.

"Enak, ya, jadi keponakan dokter. Bisa dapet vitamin gratis. Gue minta dong! Biar always strong gitu," celoteh Kayla. Menyadari kilatan di mata Kayla dengan cepat Zita mengambil botol itu dan memasukkan ke dalam tas. Melihat aksi Zita, Kayla mencebik lalu menatap memelas pada Theo. "Yoo ... gue mau dong kalau dikasih vitamin gratis kayak Zita."

My True Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang