That Night (8)

502 82 188
                                    

Menurut hasil pengamatan Ridan, setiap dua minggu sekali Galen akan datang mengunjungi club malam kebanggaannya, Ascension

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menurut hasil pengamatan Ridan, setiap dua minggu sekali Galen akan datang mengunjungi club malam kebanggaannya, Ascension. Setelah dua minggu menunggu, hari yang mereka nanti akhirnya tiba.

Mila cukup beruntung karena selama kurun waktu itu, ia dapat menguasai kesadaran secara penuh. Sepertinya, foto Galen yang tak sengaja dilihat Zita benar-benar membawa dampak besar hingga core-nya itu sama sekali tak memunculkan diri.

Meski begitu, Mila tetap merasa cemas. Ia takut, segala persiapannya selama beberapa hari terakhir akan menjadi malapetaka karena Zita tiba-tiba fronting di saat yang tidak tepat.

Mila menatap bayangan dirinya di cermin besar di kamarnya—kamarnya di rumah Adifa. "Sedikit lagi, Ta," katanya pada sosok dirinya itu. "Please, biarin gue melakukan apa yang harus gue lakukan. Setelah itu, gue janji nggak akan ganggu hidup lo lagi."

Sebenarnya, ia tak yakin dengan apa yang ia janjikan. Hatinya berkeras tak ingin menghilang. Momen yang ia lewati selama dua minggu bersama Adifa dan Ridan, membuatnya ingin tetap tinggal. Di tempat itu, ia merasa dibutuhkan. Ia tak dianggap sebagai bayangan hitam menakutkan seperti yang biasa ia rasakan. Yang jelas, dirinya yang sejatinya ada secara nyata, jadi merasa lebih nyata.

Mila menghela napas. Diambilnya kertas berisi tulisan yang ia letakkan di atas nakas, melipatnya menjadi beberapa kali lipatan, lalu memasukkannya ke kantong dalam jaket trucker hitam yang ia gantung di dalam lemari.

Setelah mengunci kembali pintu lemari, Mila beranjak menuju ke halaman depan. Di sana, Adifa sudah menunggunya dalam posisi berdiri, menyandarkan sebagian badan pada body motor yang terparkir di belakangnya.

"Ayo!" ajak Mila seraya berjalan mendekat.

Adifa menatap Mila yang keluar menggunakan turtleneck hitam lengan panjang dan short pants berbahan jeans. "Lo yakin?"

Mila menyampirkan hoodie hitam yang dipegangnya ke atas motor. "Soal?"

"Ya soal rencana ini," jelas Adifa.

Mila menatap Adifa sambil menjepit karet rambut di bibirnya selagi kedua tangannya sibuk mengumpulkan geraian rambut untuk diikat ke belakang.

"Gue masih bisa pakai rencana awal yang pernah gue susun sama Ridan. Lo nggak perlu terlibat." Adifa mendorongnya untuk mengubah keputusan.

"So, waktu yang gue lewati selama dua minggu di sini untuk mengamati ini dan itu, mempelajari ini dan itu, bahkan berkali-kali mendapatkan bantingan waktu sparring sama lo, hanya berakhir menjadi hal yang sia-sia?" balas Mila. Gadis itu lantas tersenyum miring. "Kenapa? Lo nggak percaya sama gue atau justru khawatir sama gue?"

"Gue nggak mau dapat beban aja kalau ternyata lo kenapa-kenapa," sanggah Adifa.

"Gue udah bilang dari awal, lo nggak perlu peduliin gue. Kalau terjadi apa-apa, just go. Tinggalin gue, nggak perlu noleh ke belakang."

My True Me (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang