|SW 39| Tentang Rindu

Start from the beginning
                                    

"Maaf bisa kasih jalan," pinta Rio yang berusaha menjaga Arsa dari media yang terus memberikan pertanyaan pada Arsa.

"Anjir, capek banget. Media lebih rusuh dibandingkan fans gue," ucap Arsa yang membuka jas dan dasinya saat memasuki mobilnya. Ia menghela napas lega karena berhasil masuk tanpa cidera, walau matanya sakit dan lelah karena ulah media.

"Gue bilang juga apa. Semakin Lo banyak ulah, semakin banyak masalah. Sekarang Lo sendiri yang ngerasain," balas Rio yang baru saja duduk ditempatnya.

"Ke apartemen Citra pak," pinta Arsa membuat Rio menolehkan kepalanya cepat.

"Lo seminggu ini rutin banget, ya, ke sana. Lo bisa-bisa dapat berita baru karena kepergok media lagi," ucap Rio mengkhawatirkan Arsa saat ini.

"Kok Lo yang ribet, sih? Makanya Lo nikah biar tahu rasanya punya istri. Wajar kali gue ke sana terus, orang di sana ada istri gue. Gue kangen makanya ke sana terus. Lo, mah mana ngerti rasa kangen sama istri. Makanya hidup itu berdua jangan sendiri," balas Arsa dengan kata-kata yang sewot membuat Rio tercengang ditempatnya. Bisa-bisanya Arsa sewot dan menghina dirinya seperti itu.

"Gue juga jomblo gara-gara Lo anjir," sahut Rio merasa tak terima.

"Dih, Lo aja yang gak doyan perempuan," balas Arsa membuat Rio ingin menjitak kepala Arsa saat ini juga.

"Gimana gue mau punya bini, sa? Pacar aja gak punya. Waktu untuk tidur aja cuman beberapa jam, mana sempat untuk pacaran. Emang paling bener gue nikah karena perjodohan aja, deh," jelas Rio mencurahkan isi hatinya pada Arsa yang kemudian menolehkan kepalanya.

"Nikah karena perjodohan gak enak," sahut Arsa atas pernyataan Rio pada dirinya.

"Awalnya doang gak enak, tapi terbukti Lo sebagai testimoni ketagihan terus buat ketemu istri. Gue pernah dengar orang yang bilangnya gak ada rasa, tapi hampir tiap hari gak absen untuk ketemu istrinya. Bahkan rela gak syuting dan kena denda cuman buat jaga istrinya. Kalau gak ada rasa gak mungkin kaya gitu, kan, ya?" Rio terlihat menggoda Arsa yang terus menghina dirinya karena jomblo.

"Ngomong lagi gue timpuk Lo," sahut Arsa seraya memalingkan wajahnya.

"Lah, gue bilang, kan, testimoni. Kalau yang satunya, mah, cerita teman gue. Emang Lo teman gue? Kan, bukan. Lo saat ini rekan kerja gue. Gue gak ada -----"

"Diem Lo anjir," potong Arsa cepat seolah tak suka Rio menggoda dirinya seperti itu.

"Sudah sampai pak," ucap sopir pribadi Arsa membuat Arsa turun dari mobil dengan masker meninggalkan Rio yang hanya bisa menatapnya.

"Dasar Arsa. Udah mulai bucin tapi gak mau ngaku juga," tutur Rio melihat Arsa yang sudah meninggalkan parkiran untuk menemui istrinya.

Entah kenapa dalam hati yang paling dalam, ada niatan untuk dirinya menemui Anindya. Padahal kalau di pikir-pikir ia hanya ingin melihat wajahnya saja kemudian pulang, tapi kenapa saat di depan pintu seperti ini hatinya menghangat? Seolah-olah senang bertemu dengan Anindya. Arsa tanpa basa basi menekan password apartemen mereka, lalu berjalan masuk dan melihat ruang tamu mereka kosong. Apakah Anindya berada di dapur? Namun ketika ia ke dapur Anindya tak berada di sana, Arsa yang tak melihat Anindya memutuskan untuk berjalan masuk ke kamar Anindya. Saat itu lah ia menemukan Anindya tengah duduk di sofa dan menonton televisi seraya memakan buah.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Where stories live. Discover now