31. Kabar serius

Mulai dari awal
                                    

"Udah lebih baik?"

Rena menghela napas. "Baru kali ini gue jumpa sama orang kayak lo dan Dean, Sa. Kenapa lo masih peduli sementara kita sebelumnya aja nggak pernah dekat? Gue merasa berhutang budi dengan lo."

Essa tersenyum. "Nggak perlu, lo bisa kembali sekolah aja udah buat gue senang."

Rena menggeleng cepat. "Kasih tau gue, apa yang harus gue lakuin buat balas semua ini? Tolong, Sa. Gue merasa bersalah kalau nggak ngelakuin apa-apa."

Essa terdiam sejenak. Melihat wajah Rena yang menatapnya cemas dan penuh harap. Apa yang Dean ucapkan mungkin memang benar adanya. Gadis ini juga membutuhkan sebuah dukungan dari orang lain.

"Oke, kalau lo memang mau balas semua bantuan ini. Lo harus mau temenan sama gue. Perbanyak senyum, dan harus ceria ke depannya. Bisa, kan?"

Rena terdiam. Ia menggigit bibir bawahnya. Mata gadis itu memerah menahan air yang hendak keluar dari kelopak indah itu. Kembali ia memeluk Essa dengan erat. Ada rasa bahagia yang bahkan tak dapat lagi diungkapkan dengan kata-kata.

"Gue nggak tau mau ngomong apa, makasih sebanyak-banyaknya, Sa."




°°°°°°°°°°°°°°







Hari yang terik membuat Dean menyipitkan kedua matanya. Dilihatnya Essa yang berada tak jauh darinya itu hendak memakai helm. Mereka akan menuju ke tempat yang sama karena sebelumnya telah diberitahu oleh Garel untuk berkumpul di markas.

"Essa, gue mau ngomong sebentar."

Essa hanya melirik sekilas kepada Dean yang menghampirinya. Ia segera merapikan rambut untuk bersiap memakai helmnya.

"Yaudah, ngomong aja."

Dean mendengus kesal. Ia segera menahan tangan Essa yang bersiap untuk memakaikan helm tersebut ke kepalanya. Hal itu membuat atensi Essa beralih sepenuhnya kepada Dean.

"Kenapa sih? Kan gue bilang tadi ngomong aja!" Sentak Essa sedikit emosi.

"Lo kira sopan begitu? Tata krama lo di mana?"

Suara Dean yang tegas dan datar membuat Essa sedikit menciut. Gadis itu menghela napas pelan. Ia memalingkan pandangan ke arah lain sembari menelan ludahnya kasar.

"Maaf, lo mau ngomong apa?"

Dean tersenyum tipis mendengar suara Essa yang merendah.

"Sa, gue tau nggak seharusnya gue menyudutkan lo kemarin. Gue salah, gue mau minta maaf sama lo. Gue tau, lo pasti sakit hati dengar ucapan gue. Gue minta maaf, Sa. Tolong jangan musuhin gue kayak begini, kita udah lama temenan. Gue nggak mau kalau kita jauhan cuma karena hal itu. Maaf, ya?"

Essa meneguk ludahnya. Napasnya sedikit tak beraturan. Ucapan lembut Dean membuatnya seketika tak dapat berkutik. Alhasil, ia mengangguk cepat sebagai jawaban.

"Iya." Essa menjawab cepat.

"Jawaban lo iya doang?"

Gadis itu mengernyitkan kedua alisnya. "Terus lo mau apa?"

"Nggak ada jawaban yang lebih panjang, gitu? Gue udah pengakuan kesalahan loh. Seharusnya lo puji gue karena ucapan gue barusan."

Black MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang