|SW 24| Sedikit Rasa?

Start from the beginning
                                    

"Arsa demi apa pun, gue -----"

"Buka mata Lo," tutur Arsa saat melihat Anindya ketakutan ditempatnya dengan mata yang terpejam.

Anindya membuka matanya. Pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah Arsa yang berdiri di hadapannya dengan tangan yang memegang remote televisi.

"Gue ambil ini," ucap Arsa seraya mengangkat remote itu tinggi-tinggi.

"Sialan!" seru Anindya yang membenarkan rambutnya seolah salting karena salah kira.

"Kenapa? Lo berharap gue apa-apa in?" Pertanyaan Arsa yang terlalu frontal membuat Anindya tidak bisa menyembunyikan wajah malunya.

"Tahu, ah. Gue mau tidur."

Menahan malunya, Anindya berjalan menuju salah satu pintu yang ia yakini adalah tempat tidur. Ya, karena Arsa telah memberikan izin pada dirinya, itu berarti ia bisa tidur malam ini di apartemen milik Arsa. Benar saja saat membuka pintu, Anindya pun dibuat takjub. Aroma maskulin yang tercium, susunan yang begitu rapi hingga ukuran tempat tidur yang begitu luas membuat dirinya dibuat tak percaya saat ini.

Kamar tidur Arsa berbeda sekali dengan kondisi ruang tamunya yang serba hitam dan putih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kamar tidur Arsa berbeda sekali dengan kondisi ruang tamunya yang serba hitam dan putih. Kamar Arsa didominasi oleh warna putih, dengan kasur yang berwarna putih, selimut yang begitu tebal, lalu beberapa ornamen yang membuat dirinya semakin terpukau. Oh, iya satu lagi ada televisi menghadap kasur yang membuat dirinya bisa menonton nya setiap malam. Luar biasa.

"Kaya juga ternyata," tutur Anindya memuji kerja keras Arsa.

Anindya pun membaringkan tubuhnya di atas kasur milik Arsa. Ia menatap langit-langit lalu memegang dadanya yang berdebar kencang saat ini. Perilaku Arsa yang tidak bisa ditebak membuat jantungnya berdebar lebih kencang. Ia harap bukan ia yang jatuh cinta duluan. Karena jatuh duluan akan lebih sakit jika tidak mendapatkan balasan.

"Mending tidur aja, lah. Gak baik terus menerus mikirin Arsa yang perilakunya gak bisa ditebak," tutur Anindya yang mulai memejamkan matanya.

Ditengah Anindya yang sibuk dengan alam mimpinya, Arsa pun sibuk mengecek jadwalnya. Televisi yang menyala hanya formalitas karena saat ini ia tengah menelpon seseorang yang akan membantunya nanti.

"Gue gak mau tahu, gimana pun caranya lo harus bisa bikin gue sama Anindya kerja sama. Lo paham, kan, Yo?" tanya Arsa pada Rio yang saat ini tengah ia ajak diskusi.

"Tumben. Kesambet apa Lo? Biarin dia kerja keras sendiri. Lagian bukannya Lo gak maksa dia buat jadi artis, ya? Ngapain Lo yang repot?"

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Where stories live. Discover now