|SW 22| Baik atau Buruk?

Start from the beginning
                                    

"Apa, sih? Bikin kaget aja," tanya Anindya yang terkejut ditempatnya.

"Anjir! Lo bakal bikin heboh, sih, sebagai artis pendatang baru paling populer," tutur Kanaya seraya memberikan ponselnya yang kemudian diterima oleh Anindya.

Anindya pun terkejut saat melihatnya. Baru saja Butterfly Entertainment memperkenalkan dirinya sebagai artis mereka, jutaan like bahkan menghampiri postingan wajahnya. Ia kemudian membuka kolom komentar yang rata-rata memuji kecantikannya. Bahkan jumlah komentar pun tidak main-main. Lebih dari seratus ribu komentar ia dapatkan saat pengenalan dirinya. Luar biasa. Bahkan ia pun tak percaya mereka akan menyambut kedatangannya.

"Ini real gak, sih? Bisa aja agensi pakai buser buat naikin branding gue," tanya Anindya seraya membalikkan ponsel milik Kanaya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ini real gak, sih? Bisa aja agensi pakai buser buat naikin branding gue," tanya Anindya seraya membalikkan ponsel milik Kanaya.

"Setahu gue, butterfly entertainment followers nya real, sih. Sama kaya agensinya sih, Arsa. Dua agensi kaya gini gak mungkin sewa like dan komentar bayaran," jelas Kanaya dengan analisisnya.

"Widih, jadi artis beneran, nih. Doa aja semoga malam ini banyak endors atau tawaran yang masuk," ucap Kanaya lagi seraya menyenggol lengan Anindya yang tersipu malu di sana.

"Apaan, sih. Sebelum jadi artis dan sibuk mari kita selesaikan laporan kita," ajak Anindya kembali pada realitanya sebagai mahasiswa kedokteran.

Kanaya dan Anindya tampak fokus mengerjakan laporan masing-masing. Mereka seolah tidak peduli dengan komen dan like lagi. Anindya berulangkali mengecek apakah laporan yang ia kerjakan sudah benar atau belum sekarang.

"Lo ambil kasus apa?" tanya Kanaya pada Anindya yang sibuk memikirkan analisis kasusnya.

"Yang gue temui dari subjek sih, skizofrenia paranoid. Gue juga lihat di PPDGJ-III pedomannya pun sama dengan apa yang gue temui di lapangan," jelas Anindya pada Kanaya.

"Emang apa yang paling menonjol dari hasil asesmen Lo?" tanya Kanaya lagi.

"Paling menonjol waham curiganya, sih. Bahkan gue cek di remiknya pun sama diagnosis nya. Dia masuk ke sini karena ngira keluarganya dan lingkungannya membicarakan dirinya tapi ke hal yang negatif," balas Anindya lagi.

"Kalau Lo ambil apa?" tanya Anindya pada sahabatnya.

"Halusinasi. Pasien gue ini masih remaja. Masih kelas dua SMA tapi terus menerus mendapatkan bisikan untuk mati, bahkan dia pernah cerita mau loncat dari asrama sekolah karena dapat bisikan suruh mati aja dari pada hidupnya gak berguna," jelas Kanaya membuat Anindya bertanya lagi karena penasaran.

"Lo udah galih latar belakang keluarganya?" tanya Anindya lagi.

"Udah, tapi gue harus bangun rappo lagi, nih, sama dia. Pasalnya dia nangis atau enggak mau bercerita kalau gue ungkit masalah keluarga," jawab Kanaya dengan kendalanya.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Where stories live. Discover now