Rama Side: 7 Tahun yang lalu

2.2K 308 10
                                    

"Bang, bisa nggak sih kamu nggak bikin Ibu sakit kayak gini?"

Baru sampai diluar ruangan, Utari langsung menyalahkan Rama. Perempuan yang kini menjalani intership tersebut tanpa sungkan sama sekali memperlihatkan rasa tidak sukanya kepada sikap Rama.

"Ram, jangan bikin Ibu tambah sakit." Kalimat pelan dari Ayahnyalajh yang akhirnya membuat perhatian Rama teralihkan. "Apapun yang Ibu lakukan, itu karena Ibu benar-benar menyayangimu. Kamu pasti tahu kan bagaimana pengorbanan Ibumu sampai bisa memilikimu? Kamu lahir disaat kami menunggu 13 tahun dalam pernikahan, jadi Ayah minta tolong, benar-benar minta tolong, penuhi permintaan Ibumu ini, Rama. Bisa jadi permintaannya ini adalah permintaan terakhir Ibumu. Apa kamu mau Ibumu meninggalkan dunia ini dengan membawa kekecewaan atas dirimu?"

Rama benar-benar sampai ditahap dia benar-benar putus asa dengan keadaan yang menghimpitnya, disatu sisi Rama sangat mencintai Shita, segala hal Rama lakukan untuk memperjuangkan restu agar Shita diterima oleh keluarganya, namun ujung-ujungnya perdebatan tentang ketidaksetujuan ini sampai pada titik dimana Darmini sakit karena putra satu-satunya terus memberontak.

Cinta yang terhalang bakti, itulah yang dirasakan Rama, perjuangannya agar kekasih di restui membawa ibunya ke ranjang rumah sakit, dan semua orang menyalahkan Rama. Hingga inilah yang dilakukan Rama yang membuat Rama merasa jika dia adalah pria paling buruk di dunia ini.

Rama tidak bisa melepaskan Shita begitu saja meski disaat yang bersamaan Rama pun mengurus pengajuan nikah bersama Utari. Mimpi indah yang Rama berikan kepada Shita nyatanya terwujud tanpa ada Shita di dalamnya karena kalah dengan bakti yang dituntut oleh orangtuanya.

Rama ingin sampai di detik akhir kebebasannya, Rama ingin menggenggam erat-erat Shita dan mengukir sebanyak mungkin kenangan indah yang akan disimpannya rapat-rapat, terlebih Rama ingin menjelaskan bagaimana keadaannya yang sejujurnya kepada Shita agar wanitanya tersebut tidak terlalu terluka, namun sayang, bahkan hal sederhana yang Rama rencanakan tidak berjalan semestinya.

Serangan jantung yang menimpa Ibunya barusan membuat segalanya berubah.

"Ayah harap kamu tidak mengecewakan Ibumu, Rama."

Kalimat perintah Ayahnya yang terdengar final tersebut bagai vonis mati untuk Rama, jika ada pria paling buruk di dunia ini, mungkin orang itu adalah Rama. Pria yang akan dibenci karena tidak bisa mempertahankan cinta yang dimiliki, pria yang akan menorehkan luka yang sangat besar untuk wanita yang pernah dia beri janji akan di bahagiakan.

Dengan lesu Rama menunduk, ketidakberdayaan menguasai Rama karena dia tidak memiliki kekuatan untuk memberontak dari orangtuanya. Cinta dan bakti yang dimiliki Rama sama besarnya hingga membuat Rama kesulitan untuk melangkah.

"Bang, lepaskan pacarmu. Dia bukan apa-apa dibandingkan orangtuamu. Orangtuamu lah yang sudah membuatmu menjadi manusia sesukses ini, sedangkan dia, dia cuma perempuan asing yang mungkin saja mendekatimu karena tergiur dengan seragam yang kamu kenakan."

Mendengar kalimat yang terucap dari Utari membuat Rama mendongak, sosok dihadapan Rama memang luar biasa cantik, bahkan kini dia pun menjadi seornag intership tempat dimana Ibunya Rama dirawat, tapi secantik apapun Utari, Rama tidak menginginkannya.

"Lihat aku Bang Rama. Dibandingkan pacarmu itu, aku lebih segalanya, segala hal yang aku miliki inilah yang membuat Ibumu merestuiku, bukan pacarmu itu! Kamu seharusnya paham, pilihan orangtua adalah yang paling benar dan tepat."

Dengan sikapnya yang arogan dan suka memandang rendah orang lain, bagaimana bisa Ibunya berpikir jika Rama akan bisa hidup bersama dengan Utari? Diantara berjuta orang yang ada di dunia ini, Rama benar-benar tidak habis pikir Ibunga memilih Utari untuk dirinya. Attitudenya benar-benar nol besar.

"Kamu berharap apa dari pernikahan yang dipaksakan ini, Ri? Aku sama sekali tidak mencintaimu. Dalam pandanganku, selain kamu anak dari komandanku, kamu hanyalah anak dari sahabat Ibuku. Hanya itu, tidak lebih."

Sederhana, tapi kalimat Rama sarat akan makna. Dan sebenarnya Utari sangat paham dengan makna yang tersirat tersebut, namun sayang Utari terlalu menginginkan Rama hingga tidak bisa menggunakan otak pintarnya.

Dengan senyuman yang terulas di bibirnya, Utari turut berlutut di hadapan Rama, seumur hidupnya Utari selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, begitupun sekarang ini. Rama, sama seperti namanya yang merupakan sosok tampan dalam pewayangan, Rama yang ada di hadapannya pun tampan dan berwibawa, sosok yang langsung bisa membuat Utari jatuh hati seketika. Dan nilai plus dari Rama adalah kesetiaannya kepada Shita yang dinilai Utari tidak ada cantik dan menariknya sama sekali.

"Bang, kamu tahukan pepatah orang tua, witing tresno jalaran soko kulino, aku yakin seiring dengan berjalannya waktu, kamu akan mencintaiku dan melupakan Shita begitu saja."

Utari, entah bagaimana jalan berpikirnya hingga hal fatal justru menjadi sebuah tantangan untuknya, Rama bahkan sampai tidak bisa berkata-kata menghadapi kegilaan dari perempuan yang ada dihadapannya. "Kamu gila, Utari!"

"Ya, aku memang gila, dan aku gila karenamu. Jadi sekarang segera putuskan, kamu ingin mengakhiri semuanya sendiri atau aku yang harus turun tangan memberikan undangan ini secara langsung kepada pacarmu yang jelek itu, sampai sekarnag aku bahkan heran kamu mau Sam......."

"Diam, Utari!" Kalimat Utari yang menjelekkan Shita tidak selesai karena detik berikutnya, Rama mencengkeram dagu Utari dengan kuat. Rama bukan seornag yang kasar, apalagi terhadap perempuan, tapi Utari sudah melewati batas, kalimat Utari yang menghina Shita sudah menyentuh titik tertinggi toleransi kesabaran Rama atas kegilaannya, bohong sekali jika Utari tidak takut melihat bagaimana murkanya Rama sekarang ini, sikap berani Utari langsung menciut hilang tidak berbekas. "Jangan pernah berani menghina Shita di hadapanku jika kamu tidak ingin melihatku murka! Ini adalah peringatan pertama dan aku harap ini adalah peringatan terakhir kalinya. Mengerti!"

Tanpa menunggu jawaban dari Utari, Rama melepaskan cengkeraman tersebut hingga Utari terdorong dari tempatnya berlutut, tidak ada lagi wajah ramah Rama kepada Utari yang tersisa hanya tatapan bengis penuh kebencian.

Dengan langkah lebarnya Rama meninggalkan Utari untuk pergi, ditengah perjalanannya untuk kembali ke Batalyon sebuah pesan dikirimkan Rama untuk Shita, sebuah pesan yang menginginkan pertemuan. Membayangkan bagaimana senyuman Shita besok saat menemuinya akan berubah menjadi kemarahan saat tahu apa tujuan Rama memintanya untuk bertemu membuat Rama begitu marah.

Terlalu marah hingga nyaris saja Rama kehilangan kendali atas mobil yang dibawanya, hampir saja Rama kehilangan nyawa karena nyaris menyerempet sebuah mobil box sebuah minimarket, dan saat Rama menepikan mobilnya, untuk pertama kalinya di dalam hidup Rama, dia menangis.

Ya, sosok tegas dan berwibawa seornag Rama Farid menangis karena ketidakberdayaannya berdiri diantara dua pilihan yang pada akhirnya akan disakiti dua-duanya. Bukan pandangan orang yang akan mengatakan jika dirinya adalah pria lemah yang tidak bisa memperjuangkan cintanya yang dipikirkan Rama, tapi bayang-bayang betapa hancurnya Shita karena ulahnya-lah yang membuat Rama merasa dirinya begitu buruk.

Tidak peduli seberapa baik Rama merangkai kata, pada akhirnya Shitalah yang akan terluka. Dan disaat itulah Rama memutuskan, dirinya akan disebut pria brengsek dan egois, namun setidaknya dengan membenci dirinya, Rama berharap jika kebencian Shita kepadanya akan membuat Shita lebih cepat beranjak.

"Benci aku sebesar yang kamu bisa, Ta. Benci aku hingga mengingatku pun kamu tidak sudi lagi."

"................"

"Tapi tolong, setelah itu tolong segeralah bangkit lagi dan mulailah hidup baru dengan pria yang sejuta kali lebih baik dariku yang pengecut ini."

Kisah Yang Belum UsaiWhere stories live. Discover now