18. Hidup Itu Live Drama

2.4K 300 13
                                    

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

HollllaaaaaaaaaKisah Shita bisa kalian ikuti di Website Wacaku, KaryaKarsa, dan juga KBm ya

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.



Hollllaaaaaaaaa
Kisah Shita bisa kalian ikuti di Website Wacaku, KaryaKarsa, dan juga KBm ya. Disana update beberapa Part lebih cepat.
Happy reading semuanya

"Jadi penyebab kon putus sama areke itu jelase apa, sih?"

Mendapati pertanyaan dari Farah saat jam istirahat berlangsung sontak saja membuatku memutar bola mataku malas, ditengah suara derit mesin pumping yang digunakan Farah hingga membuat dadanya mengggembung, sepertinya mencecarku seperti ini adalah asi booster yang menyenangkan untuk Ibu dua anak ini.

Aku enggan untuk menjawab tapi Farah adalah manusia dengan rasa ingin tahu sama tingginya seperti anak-anak yang diajarnya.

"Kan sudah aku bilang, sudah cerita juga kan aku putus sama dia itu tiba-tiba begitu saja. Nggak ada angin nggak ada hujan, nggak ada pertengkaran atau apapun tiba-tiba saja dia menemuiku dan bilang kalau dia mau menikah. Udah begitu saja, nggak ada penjelasan apapun."

"Dih, kok aneh?"

"Ya memang gitu!"

"Terus siapa yang jadi selingkuhan? Kau, kah? Atau itu emaknya si Bunga? Aneh banget kalau dipikir-pikir, padahal mah mukanya Bapaknya si Bunga modelan kek orang bener loh!"

Aku menghela nafas panjang, bukan cuma Farah yang penasaran akan hal ini tapi aku pun juga. Sungguh aku sebenarnya penasaran siapa yang menjadi selingkuhan Rama sebenarnya, aku atau Mamanya Bunga, tapi percayalah, saat Rama bersamaku, dia benar-benar treat me Like a princess, jadi perasaan nggak terima tiba-tiba ditinggal nikah itu nyeseknya berasa dicekik. Ada begitu banyak mimpi indah yang aku bangun bersamanya, tapi tiba-tiba saja mimpi itu lenyap begitu saja.

"Bukan modelan kek orang bener sih, tapi emang Bapak yang bener, nyatanya itu Bapak-Bapak kece badai oke banget ngerawat anaknya, si Bunga dikuncirin, bajunya rapi, mana di bawain bekel lagi, kelihatan banget itu sesemantan kon telaten banget ngurus anak. Si MaMas Ruslan aja kalau di titipin Arlan sebentar saja udahlah, bukan Bapak jaga anak, tapi anak yang jaga Bapak."

Aku melirik Farah, endingnya ini Mamak malah curhat masalah rumah tangganya, realita yang sangat related dengan apa yang aku temui di dalam rumah tangga Mbak Risa dan Mas Aska, Mas Aska bukan seornag patriarki yang tidak mau tahu urusan rumah dan mengurus anak, tapi setiap kali dititipi Aira sudah pasti Kakak iparku itu yang ujung-ujung di jagain oleh Aira, rupanya dimana-mana kebanyakan laki-laki sama saja, tapi sedikit banyak aku pun membenarkan apa yang Farah katakan. Bunga tampak rapi, tidak terlihat sama sekali jika dia tumbuh tanpa ibunya.

Ya Tuhan, Utari. Hal buruk apa yang sudah terjadi kepadanya sampai-sampai kamu mengabaikan seorang anak yang bahkan rela menahan rindunya demi dirimu?

"Dahlah, pusing sendiri aku mikirinnya." Sikap Farah yang frustrasi tersebut membuatku tersenyum masam, pusing kan kau juga mikirinnya, batinku dalam hati. "Tahu nggak sih Ta, selama ini tuh aku ngiranya kamu tuh cuma lebay doang, perkara cuma di putusin saja gamonnya bertahun-tahun tapi setelah lihat gimana orang yang bikin kamu gamon, aku paham deh. Bukan perkara itu Pak Tentara good looking macam Zoro, tapi sikapnya yang good baik ke anaknya, aku bisa bayangin gimana sikapnya dulu ke kamu. Aku jadi penasaran deh kenapa dia bisa cerai sama Bininya? Siapa yang ceraiin? bapaknya atau emaknya si Bunga!?"

"Tauuuuu......" ucapku sembari mengangkat bahuku acuh, dibalik rasa enggan yang terlihat sekarang, ada rasa ingin tahu yang mati-matian aku pendam. Tidak, apapun yang terjadi pada Rama sekarang bukan urusanmu lagi, Shita. Kalimat itulah yang terus-menerus aku gaungkan di dalam kepalaku. Sudah cukup masalalu antara Rama dan Shita, kisah kami sudah selesai 7 tahun yang lalu. Kini yang tersisa hanyalah hubungan profesional antara Guru dan wali murid dari siswa yang diajar.

"Atau jangan-jangan si Bapak Duda itu gamon dari kamu Ta, makanya rumah tangga mereka nggak harmonis dan si emaknya Bunga ujung-ujungnya minta cerai yang bikin rumah tangga mereka akhirnya kandas."

"Udahlah, Rah. Jangan dibahas lagi, nggak ada yang namanya gamon buat orang yang memilih pergi!"

"Tapi mikir nggak sih Ta kamu ini, bisa jadi Bapaknya Bunga tiba-tiba nikah itu bukan karena selingkuh tapi karena di jodohin sama keluarganya. Sampai akhir pun dia pengen merjuangin kamu biar dapat restu tapi akhirnya gagal makanya dia baru ngasih tahu kamu soal dia mau nikah di waktu terakhir."

"Ngawur!" Kutonyor kepala Farah yang bercerita dengan berapi-api tersebut, "kayaknya dulu nilai bahasa Indonesiamu bagus ya Rah, mengarang bebasnya ajib sekali, TOP banget udah layak banget jadi script writer. Stop berpikiran yang macam-macam, dunia nggak sesinetron itu, tahu!"

"Ckkk, dibilangin juga!" Ucap Farah bersungut-sungut tidak terima aku menolak karangannya yang menurutku terlalu menggelikan. "Hidup itu memang live drama tahu nggak sih, Ta. Nih, hidup kamu saja udah ngelebihin sinetron itu sendiri, tapi ngomong-ngomong Ta, setelah tahu kalau Mantanmu itu sekarang duda, kamu ada nggak niatan buat balikan sama dia? Selain itu anaknya ngebet banget mau jadiin kamu Maminya, aku lihat pandangan mata Mas Duda ke kamu juga daleeeemm banget. Kayaknya emang bener bukan kamu yang gagal moveon Ta, tapi Bapaknya si Bunga yang nggak bisa moveon dari kamu."

Bukan isi kalimat Farah yang membuatku mengernyit, tapi cara berbicara Farah yang sangat ekspresif begitu menggelikan untukku, reflek untuk kedua kalinya aku menoyor Ibu dua anak tersebut agar tersadar.

"Hisssss, mending diem nggak usah mikir yang aneh-aneh. Antara aku dan Bapaknya Bunga sudah berakhir lama bertahun-tahun yang lalu, Farah. Jadi jangan berbicara seperti barusan, orang bisa salah mengira terhadapku."

Aku tersenyum kecil, berharap Farah akan paham jika aku sudah tidak ingin memperpanjang obrolan kami tentang masalalu yang sudah lama selesai ini, yang belum hilang adalah rasa kecewanya, bukan kisahnya, dan itu adalah hal yang sangat berbeda.

"Oke, oke aku paham, tapi apapun itu, entah itu Mas Duda atau Si Om anak kambing, atau siapapun itu, sebagai teman aku berharap jika satu waktu nanti kamu akan menemukan cinta sejatimu, Shita. Seornag yang akan menjadi partner terbaikmu dalam menghabiskan sisa usiamu."

Aku mengangguk pelan, mengaminkan doa baik yang baru saja terucap oleh Farah sebelum perempuan cantik tersebut berlalu pergi meninggalkan aku yang menunduk kembali untuk memeriksa tugas menggambar yang tadi pagi aku berikan ke anak kelasku. Perlu diingat, menggambar untuk anak kecil bukan hanya menyajikan keindahan dalam bentuk seni, tapi kami juga harus melihat jika-jika ada yang lain dari anak yang kami didik, yang tersirat dari gambarnya. Anak kecil yang masih belum fasih berbicara akan lebih bisa mengekspresikannya melalui gambar.

Tapi baru saja aku memeriksa sampai pada nama Mira, sebuah toelan aku dapatkan di bahuku, aku sempat mengira jika itu adalah ulah Farah yang menggodaku dan membuatku bersiap mengeluarkan  kata mutiara sampai ternyata saat aku berbalik aku mendapati sosok mungil berkuncir dua yang mengerjap menatapku dengan mata indahnya, di tangannya ada lunch box yang terulur ke arahku.

"Miss, Bunga mau makan sama Miss."

Kisah Yang Belum UsaiWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu