Princess-nya Papa

2.7K 332 16
                                    

"Tuhkan, sudah Papa bilang kita nggak akan terlambat, Bunga."

Perlahan mobil SUV warna hitam tersebut melambat saat memasuki komplek gedung sekolah Pelita Harapan, sekolah elite di kawasan pusat kota Surabaya tersebut memang menggabungkan tingkat sekolah dari playground hingga SMA, bukan tanpa alasan Rama memilih sekolah elite ini untuk putri semata wayangnya tersebut meskipun uang bulannya cukup menguras kantong, Rama yang merasa gagal karena tidak bisa mewujudkan keluarga yang hangat untuk putrinya setidaknya ingin memberikan pendidikan terbaik untuk putrinya yang berusia 6 tahun tersebut.

"Iya-iya, Papa. Kan disini Bunga murid baru, Pa. Bunga pengennya main dulu sama temen-temen biar cepet kenal begitu."

Mengalah setiap kali berdebat dengan putrinya, Rama buru-buru mengangguk. Tidak ada yang berani melawan ucapan Rama selain Bunga, segera setelah mobil berhenti, Rama buru-buru membuka pintu mobil untuk putrinya, kedua tangannya tersebut terulur hendak membawa princess-nya tersebut ke dalam gendongannya, kebiasaan Rama yang tidak pernah menghilang, namun Bunga melewati Papanya begitu saja. "Bunga bukan anak kecil lagi, Papa. Bunga nggak usah digendong. Malu tahu Pa dilihatin temen-temen Bunga."

Mendengar kata-kata yang diucapkan oleh putri kecilnya tersebut membuat Rama tertawa, Rama lupa jika anaknya bukan lagi anak kecil yang kemana-mana minta di gendong olehnya hingga menyadari saat melihat tangannya yang tidak di sambut masih terangkat, rasa geli yang dirasakan Rama membuatnya semakin tertawa.

Sebegitu cepatnya waktu berlalu, Rama masih ingat dengan jelas bagaimana dua tahun yang lalu putri kecilnya tersebut menangis histeris mengejar Ibunya yang pergi meninggalkan rumah membawa koper dan barang-barangnya, tidak peduli seberapa keras tangis yang Bunga keluarkan untuk menahan langkah Ibunya, Utari mantap melangkah, disaat itulah Rama berjanji pada dirinya sendiri jika apapun akan Rama lakukan untuk menebus tangis yang pernah Bunga keluarkan. Waktu sudah lama berlalu, Bunga pun perlahan sudah terbiasa tanpa ada hadir Ibunya, namun perlakuan Rama masih tetap sama. Bunga, putri kecilnya adalah segalanya bagi Rama yang membuat Rama treatment Like a princess kepadanya.

"Oke, oke Princessnya, Papa. Tapi walaupun udah gede tetep salim yang baik ke Papa."

Memasang wajah sedih Rama mengulurkan tangannya pada putri kecilnya yang langsung di sambut dengan ciuman hangat, tidak hanya berhenti sampai tangan Rama saja yang diberi salam oleh Bunga, dengan tangan kecilnya Bunga memberi isyarat kepada Rama agar Papanya yang tinggi menjulang tersebut menunduk, menurut, Rama bukan hanya membungkuk agar sejajar dengan Bunga namun Rama bahkan setengah berlutut di hadapan Putri kecilnya yang selalu penuh dengan kejutan tersebut, dan benar saja saat akhirnya Rama sejajar dengan Bunga, sebuah dekapan hangat di dapatkan Rama, tidak hanya sebuah pelukan dari buah hatinya, ciuman pipi kanan kiri pun tidak ketinggalan yang membuat senyuman Rama terus mengembang.

"Selamat pagi Papa, hati-hati ya Pa nanti kerjanya."

Pesan dari ucapan manis Bunga tersebut seketika dibalas anggukan oleh Rama, ya, Rama akan berhati-hati menjalani hidupnya karena Rama ingin mengantarkan Bunga sampai putri kecilnya tersebut dewasa.

Bunga memang anak Rama dengan Utari, tapi sikap hangat Bunga yang selalu ceria layaknya sinar matahari pagi ini membuat Rama teringat pada sosok Shita.

Aaah, mungkin karena hal itulah, pagi hari itu, usai Rama melajukan mobilnya keluar dari halaman sekolah, Rama melihat sosok yang selama ini tidak pernah enyah dari dalam kepalanya dan menempati tempat paling istimewa di hatinya. Sosok yang sangat dicintai oleh Rama hingga mengunci seluruh hati Rama dengan namanya.
Untuk beberapa saat Rama mengerjapkan matanya berulangkali, khawatir jika dirinya hanya berhalusinasi namun nyatanya sosok Shita benar-benar nyata di hadapannya.

Sosok Shita Prameswari, perempuan cantik dengan rambut panjang dan senyuman indah itu masih sama seperti yang diingat oleh Rama, namun yang membedakan adalah kini sosok itu tidak lagi sendirian dalam lukanya, bodohnya Rama berharap apa dia terhadap wanita yang sudah dia tinggalkan 7 tahun lalu? Siapa dirinya yang berharap jika Shita masih sendiri, mendapati Shita dengan seorang pria berseragam sama dengan yang dipakai Rama, wanita yang pernah dibuat Rama menangis tersebut bersama seornag anak kecil yang lebih muda dari Bunga membuat dada Rama berdenyut nyeri.

Waktu berlalu sudah begitu lama, namun nyatanya cinta Rama untuk Shita masih utuh ditempatnya, perasaan cinta dan rasa tidak rela yang terlalu besar hingga Rama memilih untuk berpura-pura tidak melihat saat mobilnya melintas karena Rama tidak sanggup bersikap baik-baik saja sementara hatinya masih menggaungkan nama Shita dengan lantangnya.

Rama, banyak hal terjadi pada dirinya selama 7 tahun ini, bukan waktu yang sebentar untuknya mencoba membuka hati kepada perempuan yang pernah menjadi istrinya, namun di sudut terdalam hatinya, cinta itu utuh untuk sosok yang kini tertinggal di belakang sana.

Shita Prameswari.

Kisah Yang Belum UsaiWhere stories live. Discover now