15. Tingkah Omnya Dylan dan Bunga

2.5K 338 31
                                    

"Miss Shita........"

Baru saja aku memarkirkan motorku, suara panggilan riang dari seorang yang sudah aku hafal terdengar menyambutku. Jika biasanya aku akan mendapati Dylan tanpa baju seragamnya, maka kali ini laki-laki kecil yang sudah menunjukkan bakat-bakat tampan incaran para perempuan masa depan tersebut sudah sangat rapi, tidak hanya memakai seragamnya, bahkan rambutnya pun tersisir klimis.

Selayaknya anak kecil yang selalu ingin show off atas pencapaiannya, Dylan pun nyengir saat menghampiriku, dibelakangnya tampak Fadlan, si Om, tentara yang merangkap menjadi sopir pribadi Dylan tersebut mengikuti membawa tas Tobot dan juga tas berisi kotak bekal berwarna biru, astaga, saat berurusan dengan keponakan tersayang, sosok Fadlan yang gagah pun tampak hilang harga dirinya, dan itu adalah pemandangan yang menggelikan.

"Dylan pakai seragam dong, Miss. Udah nggak kayak kambing lagi kan, Miss?"

Sontak saja aku tertawa, kuhampiri Dylan dan aku bawa laki-laki kecil ini ke dalam pelukanku yang disambutnya dengan riang, "duuuh Pinternya Dylan sekarang, nah kalau kayak gini kan Dylan kelihatan gantengnya. Sayang banget Miss sama Dylan kalau pinter kayak gini."
Kulepaskan pelukanku dan aku rapikan pakaian Dylan, dengan seragam Tk perpaduan kemeja pink dan celana biru dengan dasi kecilnya ini membuatnya semakin menggemaskan.

"Harusnya Om-nya Dylan dipeluk juga nggak sih? Soalnya kan Om-nya Dylan yang ganteng ini yang udah susah payah bujukin ini anak kambing biar mau pakai seragam."

Celetukan dari Fadlan yang bersikap sok cool berdiri menjulang di hadapanku ini membuatku terkekeh, dasar si Playboy satu ini, nggak bisa nglewatin kesempatan dikit saja, ada celah langsung gaspol godain.

"Kalau Omnya Dylan jarak usianya dari Miss 20 tahun nggak apa-apa sih kalau pengen di peluk, sayangnya jaraknya Miss sama Omnya Dylan cuma 2 tahun, apalagi hati Miss Shita cuma segede upil, nggak sanggup Miss kalau harus bersaing sama fansnya Omnya Dylan yang muda-muda."

"Miss Shita nggak asyik, aaah. Harusnya kan iya sayang, begitu!" Mendapati jawabanku yang penuh dengan selorohan sontak membuat Fadlan mendengus kecil, wajahnya masam campuran antara keki dan kesal karena aku yang tidak pernah menganggap serius ucapannya. Ya bagaimana aku akan menganggapnya serius jika antara aku dan dirinya meski berpijak di tempat yang sama namun dunianya sungguh berbeda. Belajar dari pengalaman yang sudah berlalu, lebih baik aku sadar diri daripada di sadarkan dengan kenyataan. Itu sebabnya dari awal mengeluarkan flirtingnya sejak 7 bulan yang lalu disaat Dylan masuk sekolah, aku tidak pernah menganggapnya serius.

"Udahlah Om ngambeknya. Udah nggak pantes, tahu! Udah gede juga, malu dong sama keponakan Om yang ganteng ini kalau ngambek, ya nggak Dylan?" Dengan polosnya Dylan mengangguk, dan itu membuat Fadlan semakin masam.

"Udahlah kalau Dylan sama Miss, Om pasti kalah. Kalau gitu Om pamit sajalah. Nih, tas sama bekalnya, dimakan, di habisin ya. Titip ya keponakan saya ya Miss, calon Tantenya Dylan yang paling cantik."

Kuterima semua perabotan Dylan dari Omnya dan hanya aku tanggapi sekilas godaannya yang lagi-lagi tidak menyia-nyiakan kesempatan sedikut pun itu dengan senyuman kecil, namun rupanya interaksi yang sudah sangat biasa antara aku dan Om-nya Dylan ini di dengar oleh rekan pengajarku yang lain, siapa lagi orangnya kalau bukan Farah, dan bisa kalian tebak, Farah adalah manusia paling ember sedunia karena seakan dia lupa jika dia seornag pengajar, tanpa beban sama sekali dia ceng-cengin kami.

"Duileeeh Om Fadlan, ngasih tuh seperangkat alat sholat kek di pelaminan! Ini mah cuma ngasih perabotan keponakannya mulu tiap hari, kalau kek gini sampai Lebaran kuda ya cuma di senyumin doang, nggak di iyain itu ajakan buat jadi Tantenya Dylan."

Dicengcengin Farah seperti itu, Fadlan hanya bisa nyengir sendiri, "Miss Farah mah bisaan saja, saya mah kalau Miss Shitanya mau, hayuk sajalah saya, nunggu Miss Shita siap saja sayanya. Kalau sudah siap bilang ya Miss." Mata itu berkedip menggodaku yang langsung membuat Farah berseru heboh, mendapati dukungan dari rekanku, entah mendapatkan ide dari mana, tiba-tiba saja Fadlan mengulurkan tangannya ke arahku, hal yang tidak pernah dia lakukan dan kini membuatku keheranan, alisku terangkat tinggi bertanya-tanya yang langsung membuat Fadlan paham tanya tersirat ku, "Trial dulu jadi Tantenya Dylan, Miss. Dimulai dari salam dulu, nih Abang berangkat dinas mau ngejaga negeri kita tercinta biar Miss aman sejahtera ngajar keponakan kita tercinta."

"Ceileeeeh, Bisaan aja Omnya Dylan, terima tuh Miss Shita salamnya."

Astaga, receh sekali pria satu ini, tidak ingin mempermalukannya, kuraih tangan pria yang lebih muda dua tahun dariku ini dan menyalaminya, bukan karena perintah Farah saja, tapi karena aku menghargai sikap baik Fadlan, jangan berpikiran salam yang macam-macam karena hanya benar-benar bersalaman.

"Harusnya salamnya tuh sampai cium tangan, Miss Shita!"

Kembali Farah mengeluarkan celetukannya, namun kali ini seolah Fadlan sudah bisa melihat raut wajahku yang mulai jengah dengan cengcengan rekanku ini, pria berseragam tersebut benar-benar berbalik pergi usai melambaikan tangannya.

"Kalau aku masih gadis terus yang deketin modelan Omnya Dylan itu mah aku langsung gaspol terus pepet sampai pelaminan, Ta." Dengan penuh minat Farah menatap ke mobil Fadlan yang berputar berbalik pergi, wajah ibu dua anak tersebut begitu sumringah sama sekali tidak ada tanda-tanda tadi pagi dia habis ngereog karena ngurus bayi dan toddler. Aaah soal pria tampan radar Farah memang patut diacungi jempol, "Nggak ada yang namanya gagal moveon segala. Emangnya waktu salaman sama Tentara seganteng itu nggak ada perasaan-perasaan kesetrum tanda-tanda cinta gitu?"

"Nggak ada, biasa saja tuh!" Ucapku sambil lalu usai mengantarkan Dylan ke kelasnya, tidak, aku sama sekali tidak berbohong, bukan maksudku sombong tapi memang tidak ada perasaan gimana-gimana saat bersalaman dengan Fadlan, ya biasa saja gitu. Sayangnya kejujuranku ini justru ditanggapi cibiran oleh Farah saat kami berjalan menuju gerbang, menunggu murid yang datang untuk mengambil alih jika ada murid yang rewel tidak mau ditinggal orangtuanya.

"Mati rasa, Kon! Jadi penasaran aku tuh sama mantan pacar yang sudah bikin kamu moveon, Ta. Kayak apa sih manusianya sampai modelan Om-nya Dylan saja kamu acuhin. Ckckck paling mentok, modelan kayak Mas Ruslan." Reflek aku menoleh ke arahnya, kali ini giliranku yang mencibir Farah.

"Ckckck, gitu-gitu Mas Ruslan juga nanam saham di perutmu jadi dua bocah yang sekarnag bikin kamu pusing tiap hari."

Balasanku yang telak pada Farah membuat Farah hanya bisa meringis, meskipun suaminya seringkali di sebutnya sendiri tidak tampan, tapi jangan coba-coba mengatai suami Farah karena rekanku itu bisa ngereog tidak karuan.

"Itumah bikinnya waktu aku khilaf, Ta. Hehehehe." Nyengir lagi ini manusia, melihat kelakuan Farah aku hanya bisa memutar bola mataku lelah, "tapi sumpah deh, aku penasaran sama mantan pacarmu yang sampai bikin kamu halusinasi, macam mana sih orangnya?"

Aku tidak tahu kenapa dengan jalannya takdirku belakangan ini, segala sesuatu yang terjadi benar-benar diluar dugaan, karena kebetulan saja, usai Farah bertanya dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, sebuah mobil SUV hitam yang pemiliknya kemarin membuatku menangis seperti anak kecil di hadapan Mbak Risa, berhenti tepat di depan gerbang.

Reflek, aku ingin melarikan diri dari tempatku sekarang karena aku ingin menghindari Rama dan juga Bunga, anaknya, untuk menjaga hatiku sendiri yang masih terasa nyeri, tapi belum sempat langkah kakiku membawaku pergi, sosok kecil Bunga sudah berlari cepat ke arahku dan langsung menubrukku, memeluk pinggangku dengan erat, jika seperti ini, mana bisa aku tega memintanya untuk pergi.

Demi Tuhan, aku tidak sejahat itu. Namun sayangnya gerak lambatku ini pun sepertinya membuatku terkena masalah, karena dengan polosnya anak dari mantan pacarku ini justru mendongak menatapku dengan mata bonekanya lengkap dengan pertanyaan yang membuatku ingin tenggelam ke dasar Samudera.

"Miss, kata Papa, Miss Shita dulu pacarnya Papa ya, Miss? Kalau begitu sekarang pacarannya dilanjut saja Miss, Papa Bunga Duda loh, Miss!"

Kisah Yang Belum UsaiWhere stories live. Discover now