"Gue bisa ambil sendiri," ucap Arsa sewot, saat Anindya akan memberikan dirinya minum.

Anindya menghentikan tangannya. Ia menaruh gelas berisi air tersebut di hadapannya, karena Arsa tidak mau menerimanya.

"Arsa ke kamar dulu, ma. Mama jangan lupa minum vitamin. Tidur yang banyak karena di sana papa sudah ada yang jaga. Istirahat yang cukup ma," ucap Arsa berdiri mencium kening mamanya.

"Iya sayang. Kamu juga jangan terlalu capek kerjanya. Istirahat sana," balas Vera yang juga menyayangi anaknya.

Arsa hanya menganggukkan kepalanya. Ia bahkan sempat melirik Anindya yang tengah makan, sebelum naik untuk istirahat di kamar mereka.

"Maaf, ma. Sepertinya mas Arsa marah sama Anin. Anin boleh ke kamar?" tanya Anindya pada mama mertuanya.

"Silahkan nak. Bicara pelan-pelan, ya. Arsa sulit di ajak ngobrol kalau lagi emosi," tutur Vera membuat Anindya mengangguk.

Tanpa menghabiskan nasi gorengnya, Anindya berjalan menuju kamarnya. Saat membuka pintu, hal yang pertama kali ia lihat adalah Arsa yang menatap dirinya tajam saat ini.

"Gue dengar-dengar Lo masuk butterfly entertainment. Bener?" tanya Arsa to the point.

"Dari mana Lo tahu? Lo sewa orang buat ngikutin gue?" tanya Anindya yang justru bertanya balik pada Arsa.

"Gak usah banyak omong. Jawab dulu pertanyaan gue!" sentak Arsa dengan emosinya.

Anindya tersentak ditempatnya. Suara Arsa yang tiba-tiba meninggi membuat ia hanya bisa melihatnya saat ini. Kenapa Arsa begitu marah? Apakah karena ia masuk agensi besar dengan cara yang mudah, lalu ia takut taruhan nya kalah?

"Lo jual apa?" tanya Arsa memandang Anindya.

"Ha? Maksudnya?" Anindya menatap Arsa tak mengerti.

"Lo jual apa? Sampai-sampai Ibrani terima Lo sebagai artis mereka?" tanya Arsa. "Lo jual badan Lo? Atau Lo rela di pegang-pegang?"

"Lo kalau ngomong hati-hati ya. Selama ini gue tahan-tahan karena Lo suami gue. Mulut Lo pedes banget kalau ngomong. Gue masuk sana lewat kak Dinda. Gue gak jual apa pun dari tubuh gue," sahut Anindya seraya menunjuk Arsa.

Anindya terpancing emosi kala Arsa mengatakan hal demikian pada dirinya. Semiskin-miskinnya ia tak akan rela ia menjadi orang yang merendahkan harga dirinya. Keluarganya selalu memegang teguh ketaatan dalam beragama. Ia bisa membedakan mana yang benar dan yang salah dalam hidupnya. Bisa-bisanya Arsa menuduh dirinya melakukan perbuatan hina seperti itu.

"Ah, ternyata lo licik juga, ya. Lo manfaatin kakak ipar Lo demi keuntungan pribadi," cibir Arsa.

"Keuntungan pernikahan kita. Dari awal gue udah jelasin. Gue lakukan tantangan ini buat pernikahan kita bukan untuk kepentingan pribadi," timpal Anindya dengan tangan yang memegang tali tasnya erat.

Arsa tertawa renyah ditempatnya. Tawa yang membuat Anindya merinding ditempatnya.

"Karena satu sisi yang mau memperjuangkan gue gak salah ngomong, dong? Ternyata Lo licik juga ya. Rela bohongi semua orang demi keuntungan pribadi. Tapi gimana, ya, kalau pada akhirnya mereka tahu? Salah maksudnya bukan mereka. Agensi dan keluarga Dinda tahu Lo bohongi mereka. Menurut Lo gimana reaksi mereka?" tanya Arsa memberikan pertanyaan pada Anindya.

Secret Wife| Ketika Menikah Tanpa Cinta Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα