Ch. 55

150 34 3
                                    

"Selama aku pergi dari apart, Presdir Sehun membiarkan aku tinggal di rumahnya. Dia membebaskan aku untuk melakukan apapun di sana."

Penjelasan singkat Suzy tidak membantu apapun. Otak Jiyeon dan Baekhyun masih belum menangkap apa yang gadis ini coba katakan.

"Kalian sudah tinggal serumah?" Jiyeon dan wajah bodohnya yang sudah tidak tertolong lagi.

"Iya, Sehun menawarkan tinggal di apart miliknya, tapi aku tidak mau. Aku akan sendirian di sana, sedangkan aku butuh orang lain untuk meyakinkanku bahwa aku tidak sendirian di bumi yang kotor ini."

Baekhyun menunjuk dirinya sendiri dan Jiyeon secara bergantian. "Lalu kami ini apa? Monyet hutan yang jauh dari peradaban?"

Mengerjapkan matanya pelan, Suzy tidak ingin menjawab apapun. Wajah temannya ini memang seperti wajah monyet hutan. "Aku... aku hanya merasa senang berada ditempat yang sama dengan Sehun."

Baekhyun bersumpah bahwa ia dapat melihat rona merah yang muncul dari kedua pipi Suzy. Wajah tenang itu membuat Baekhyun tidak bisa berpikir jernih. "Kau jatuh cinta?"

"Itu masalahnya, Oh Sehun mengajukan lamaran pernikahan secara tidak langsung kepadaku kemarin. Tapi aku meminta waktu untuk memikirkan lagi apa yang sekiranya akan aku dapatkan jika aku menolak atau menerimanya." Suzy bukannya tidak ada pendirian, Suzy hanya tidak ingin Sehun menyesal dikemudian hari karena memilih untuk menikah dengan gadis sepertinya.

"Kau mau?" Pertanyaan Jiyeon langsung mendapatkan respon menakjubkan dari Baekhyun.

"Terima kasih sudah mewakili isi kepalaku." Bisik Baekhyun.

"Mau. Tapi aku merasa bahwa aku tidak pantas untuk Sehun. Dia terlalu tinggi untuk aku gapai." Melengkungkan bibirnya sedih, Suzy merasa serba salah sekarang.

"Akan aku sediakan tangga, jangan ragu. Akan aku buat kau bisa menggapai pria itu. Apa lagi?" Jiyeon bersungguh-sungguh, jika ada yang bisa membahagiakan temannya akan Jiyeon dukung sepenuh hati. Sesulit apapun akan Jiyeon usahakan. Jika jalannya penuh kerikil, akan Jiyeon aspal sendiri tanpa pikir panjang.

Melihat reaksi Baekhyun dan Jiyeon yang begitu mendukung dirinya, membuat Suzy merasa sangat bersyukur. Ia benar-benar memiliki teman yang bisa dia andalkan.

"Aku... bagaimana jika Papa Joongi tidak menyetujuinya? Aku takut jika harus bertemu dengan mereka lagi. Mereka pasti masih sangat kecewa padaku." Suzy masih tahu diri asal kalian tahu ya. Tidak mungkin ia melupakan orang tua angkatnya begitu saja. Suzy masih sangat mencintai mereka.

"Kau mau atau tidak. Aku bertanya pada dirimu. Kau mau atau tidak?" Jiyeon sebagai seorang perempuan dan sebagai calon ibu merasa ia harus memperjelas perkara ini dulu. Jika temannya ini mau, akan Jiyeon bantu hingga satu dunia mengatakan 'iya' untuk pernikahan Suzy nantinya.

Perkara mudah itu.

"Aku..."

**

Suzy menatap layar ponselnya yang sudah mati total. Ia tidak sempat mengisi daya tadi pagi dan juga ia lupa saat berada di perusahaan tadi.

Ini sudah pukul delapan dan ia belum memberikan kabar pada Sehun bahwa ia akan bertemu dengan Jiyeon dan Baekhyun beserta kemungkinan ia yang akan pulang terlambat.

"Apa aku naik taxi saja?" Bergumam pelan, Suzy masih menimbang-nimbang mana yang lebih baik.

Bus selanjutnya akan datang dalam waktu lima belas menit lagi, belum termasuk dalam perjalanan ia menuju halte terdekat dari rumah Sehun, berjalan masuk menuju kawasan perumahan, dan melewati halaman depan. Kurang lebih ia akan memasuki rumah paling cepat pukul sembilan lebih sedikit.

Last HopeWhere stories live. Discover now