Ch. 50

201 31 3
                                    

"Dad, apa kau tahu? Jasper hyung sudah punya pacar." Yeji yang masih memendam dendam langsung mengadukan kelakuan Jasper pada pria tercintanya.

Sehun terdiam untuk beberapa saat. Apa? Pacar? Jasper? "Ada yang mau menjadi kekasih Jasper? Aku pikir dia akan menjadi perjaka hingga mati." Sehun menjawab ala kadarnya. Melirik Jasper yang bahunya tengah ditepuk ringan oleh Lucas dan Xukun.

"Aku tidak seburuk itu aku rasa." Sinis Jasper. Kurang ajar sekali pria tua ini.

"Lalu kenapa dia tidak ada di sini?" Sehun bertanya penasaran. Tidak mungkin kekasih anaknya ini jelek bukan? Pasti selera Jasper bukan main.

"Aku sungguh terharu, kau mendahulukan kami dibanding kekasihmu? Sungguh suatu kehormatan bagiku. Sini aku cium." Xukun langsung menahan kepala Jasper sebelum pria itu berontak dan menghindar dari ciuman mautnya.

Yeji dan Hyunjin langsung mengeryit jijik. Menciun mereka saja Jasper tidak mau, ini Xukun langsung mencuri garis start dari mereka.

"Kekasih kepalamu! Jika aku memiliki kekasih sudah pasti kalian kenal dengannya." Hardik Jasper. Geli sekali dia geli. Mandi wajib Jasper setelah ini sungguh.

"Anak kedokteran itu bukan?!"

**

Suzy rasanya sungguh ingin tertawa melihat wajah penuh kesedihan milik Jasper.

"Kenapa Jasper hyung sudah boleh memiliki kekasih sedangkan aku belum?" Yeji tidak terima! Tidak adil sekali keluarganya ini. Yeji kesal!

Yifan mengeryitkan dahinya tidak mengerti. Ada bagian dari kata-kata Yeji yang membuatnya tidak mengerti. "Umurmu dan Jasper jauh lebih tua Jasper. Jelas Jasper sudah mengantongi ijin. Otaknya juga sudah berjalan lurus, tidak akan memikirkan hal yang tidak perlu lagi."

Mendapat pembelaan dari Yifan membuat Jasper langsung menyombongkan diri. Menepuk bangga dada kirinya dan mengolok Yeji yang sudah semakin tidak karuan. "Mau apa kau?" Sinis Jasper.

"Jadi benar anak kedokteran itu?" Xukun kembali bertanya. Senyum iblis tertampang jelas di wajah buruk rupanya.

"Diam kau! Berisik sekali." Sinis Jasper.

"Bawa kemari lain kali." Titah Sehun. Ia ingin melihat bagaimana Yeji nantinya akan tarik urat dengan calon kakak iparnya itu.

"Akan aku buat putus kalian!" Tekad Yeji.

"Nah, ayo makan. Urusan percintaan lain kali saja. Kalian masih kecil. Aku yang tidak rela melepas kalian." Yoona menengahi. Ia begitu mencintai cucunya dan bagaimana bisa ia melihat mereka mencintai orang lain nanti?

Yoona belum siap.

"Daddy juga belum boleh?" Hyunjin menunjuk Sehun dengan sumpit dagingnya. Sehun kan anak paling kecil, sama hal berarti?

"Daddy kalian ini segerakan saja. Dia butuh bantuan untuk mengurus dirinya sendiri dan kalian." Yoona tidak ambil pusing. Sehun sudah beda hitungan. Tidak terlalu peduli juga Yoona. Biarkan saja.

Menyenggol bahu Sehun, Jasper tersenyum penuh arti. "Langsung saja, Dad. Lampu hijau sudah kau kantongi." Jika belum juga, Jasper saja yang menikah dengan Suzy juga tidak apa.

"Temani aku untuk reservasi gedung." Menyodorkan kepalan tangannya yang langsung disambut dengan penuh semangat oleh Jasper.

"Tidak masalah. Aku carikan wedding organizer terbaik untukmu." Bisik Jasper.

**

Keluar dari kamar mandi, Suzy sudah mendapati Sehun yang tengah bersandar pada headboard ranjang seraya membaca satu bukul tebal.

Sial, mereka benar-benar sekamar.

"Sehun, tidak ada kasur lipat?" Tanya Suzy. Masih merasa tidak enak karena harus merepotkan Sehun sejauh ini.

Menggeleng, "untuk apa aku menyimpan benda itu? Ada banyak kamar di rumah ini. Jangan seperti orang susah, calon suamimu kaya raya ini."

Mengeryitkan dahinya, Suzy memutar malas bola mata. "Siapa juga yang ingin menjadi istrimu?" Gumam Suzy. Berjalan pelan menuju sisi ranjang yang lain dan berbaring kaku di atasnya. Simulasi mati Suzy nampaknya ini.

Kali ini Sehun yang tidak paham. Menutup bukunya dan menaruh benda tebal itu di atas nakas. "Kenapa sejauh itu?" Sehun tidak paham jujur saja.

"Lalu aku harus dimana?" Suzy menatap Sehun penuh tanda tanya. Aneh sekali pria ini. Suzy kan maunya langsung disuruh, tidak tahu saja Sehun jika gengsi Suzy setinggi langit.

Mendekat, Sehun merentangkan tangannya meminta pelukan. Ia suka kehangatan. Selama ini yang menjadi guling hidup untuk Sehun adalah Haowen. Dan sekarang Haowen sudah punya kamar sendiri. Mana mau lagi pria kecil itu.

"Cuddle?"

Menghela nafas pelan, Suzy beringsut maju. Sudah dapat Suzy tebak sedari awal Sehun ini memang manja. Melebihi Haowen malah. "Bayi besar siapa ini." Gumam Suzy.

Menyandarkan kepala Suzy pada dadanya, Sehun memeluk erat pinggang ramping kekurangan gizi itu. "Bagaimana mommy, baik bukan?" Sehun mulai menyandarkan dagunya di atas kepala Suzy seraya mengusap pelan bahu si kecil.

"Iya, baik. Aku jadi merindukan mama. Mama juga jarang bicara, tapi sekalinya buka suara papa langsung puasa bicara hingga satu minggu." Mamanya memang separah itu, Suzy akui.

"Sepertinya menarik jika mereka digabungkan bersama." Sehun mulai membayangkan. Lucu saja pasti. Ia dan daddynnya pasti langsung meminta pulang pada pangkuan Tuhan.

"Sehun." Suzy sudah mulai terbiasa memanggil Sehun tanpa aba-aba seperti sekarang. Setelah diolok Siwon dan Yifan tentu saja.

"Hm?"

"Kau belum mengenalku dengan baik. Kenapa menawarkan bantuan sebanyak ini?" Suzy tidak mengerti. Sehun hanya sebatas penasaran atau bagaimana? Jika ternyata nanti Suzy mulai bergantung pada pria ini dan Sehun pergi, Suzy harus bagaimana?

Terdiam beberapa saat, Sehun juga tidak paham jujur saja. "Anggap saja jika aku sudah jatuh cinta, otakku hilang atau pindah ke lutut. Tidak bisa aku jelaskan." Sehun menolak untuk berpikir keras malam-malam seperti ini. Otaknya juga butuh istirahat.

"Lalu bagaimana denganmu, bukannya kau kesal setengah mati padaku? Kenapa sekarang mau saja aku peluk?" Masih teringat dengan jelas bagaimana Suzy mengutuknya dulu ya. Sedikit kurang ajar tapi tak apa, Sehun suka yang kasar.

Memainkan jemarinya di dada Sehun tanpa sadar, Suzy berdengung pelan. "Aku hanya kesal dalam hal kerjaan. Selebihnya kau baik, jadi tidak ada alasan untukku tetap kesal padamu."

"Apa aku tampan?" Menunduk menatap Suzy, Sehun hanya bertanya tanpa tujuan apapun. Suzy nampaknya juga belum terlalu mengantuk, jadi tak apa jika Sehun tanyai terus-menerus.

"Tampan. Sejujurnya lebih tampan dari Myungsoo. Suaramu juga bagus, tidak berat, tidak lembut. Sesuai dengan ukuran tubuh dan bentuk wajah." Jelas Suzy. Semua yang ada pada Sehun sejujurnya sempurna. Dompetnya terlebih lagi.

Makin menenggelamkan Suzy ke dalam pelukannya. Sehun gemas, cara menjelaskan Suzy dan tatapannya itu membuat Sehun salah tingkah. Walau Suzy bukan orang pertama yang mengatakan dia tampan, tetap saja Sehun merasa malu sekarang.

Sepertinya Sehun sudah siap untuk masa pubertas keduanya.

"Bukan hanya wajahku saja yang tampan. Kau ingin tahu yang lain?" Sehun tersenyum lebar. Sekalian saja ia membanggakan diri. Sudah terlanjur salah tingkah juga Sehun ini.

"Apa? Dompet?" Tebak Suzy. Semua orang sepertinya sudah tahu mengenai hal itu.

Menggeleng jenaka. Sehun membawa satu tangan Suzy untuk ia letakan di atas perutnya. "Ini. Ini juga tampan. Kotak-kotak seperti roti panggang. Kau mau lihat?"

Bugh.

"Enyah kau, otak mesum!"

"Akh."




Dikasih hati minta empedu emang, kadang kek jamban juga Sehun ini.

Last HopeWhere stories live. Discover now