Ch. 40

190 37 2
                                    

Seharusnya Suzy tidak perlu kaget lagi saat membuka mata yang ia lihat ada dada bidang Sehun. Seharusnya ia sudah mulai terbiasa dengan itu.

Akan tetapi kenapa ia masih saja berdegub kencang seperti ini?! Sial, hampir saja Suzy berteriak nyaring jika tidak sadar bahwa ia adalah orang yang seharusnya diteriaki di sini.

Satu lengan Sehun masih melingkar erat di pinggangnya,  sedangkan yang satu lagi masih menjadi bantalan untuk kepala Suzy.

"Masih terlalu pagi, apa yang kau pikirkan?" Suara Sehun dipagi hari benar-benar luar biasa.

Menggeleng pelan, Suzy rasanya enggan sekali untuk beranjak bangun dari tempat tidur. Malas.

"Bangun! Nanti kita terlambat." Menepuk pelan punggung Sehun, dengan jarak sedekat Suzy masih dapat mencium aroma parfum pria itu. Padahal sudah semalam berlalu, bagaimana bisa?

"Aku atasannya, siapa yang berani memarahiku?" Memang, sifat alami manusia itu nampaknya adalah menyombongkan diri ya. Sehun ini adalah salah satu contoh hidupnya.

"Aku yang dimarahi! Aku juga budak koorparat jika kau lupa!" Sinis Suzy. Mendorong kuat dada Sehun hingga ia dapat terlepas dan bisa menghirup udara bebas.

Mengangguk pasrah, Sehun membiarkan Suzy melakukan apapun yang ia inginkan. Menahan satu tangan wanita itu dan menyodorkan wajahnya sendiri.

"Apa ini, Presdir?" Suzy tidak terbiasa dengan panggilan nama yang ia lakukan semalam. Rasanya panggilan Presdir itu sudah benar-benar pas.

"Morning kissku." Tuntut Sehun. Menyodorkan wajahnya dengan mata yang masih tertutup.

Suzy ingin menolak! Sungguh! Tapi dari genggaman tangan Sehun, nampaknya pergi sebelum pria itu mendapatkan apa yang ia mau hanyalah dongeng belaka.

Membuka sebelah matanya, Sehun melihat Suzy yang masih terdiam dengan wajah penuh pikiran. Sejujurnya ia hanya menggoda Suzy, tak le-

Cup.

-bih?

Tersenyum lebar, Sehun menjatuhkan kembali tubuhnya di atas ranjang. Terkekeh pelan dengan dengan darah yang berdesir hangat.

"Jika dia dengan suka rela memberinya, maka tidak akan mungkin aku tolak bukan? Rugi sekali aku nanti."

Meraih ponselnya, Sehun pikir ia masih ada waktu sekitar lima belas menit lagi untuk kembali tidur.

"Sial, aku seperti remaja labil."

**

"Oh? Mie hitam korea? Apa yang kau lakukan di sini?" Suzy menatap Suho dari atas hingga bawah, memastikan bahwa pria ini merupakan manusia sungguhan dan bukan jadi-jadian.

"Presdir Siwon memintaku untuk bertukar job denganmu. Sehun tidak memberi tahu?" Suho duduk seperti tuan rumah. Berputar-putar dengan kursi kerja milik Suzy dimana sang empunya masih terdiam seperti orang bodoh.

"Tidak?" Suzy juga tidak yakin, selama libur akhir pekan kemarin rasanya Sehun tidak pernah membahas masalah pekerjaan dengan Suzy.

Suho mengangkat bahunya tak peduli, urusan mereka berdua itu. Suho tidak peduli. Jika mereka bertengkar juga bukan urusan Suho.

Membawa dirinya untuk duduk di atas sofa, Suzy masih belum bersiap. Apa benar ia akan bertukar dengan Suho? Jika iya, apa gunanya ia siap-siap nanti.

"Aku lihat dari reaksimu, sepertinya hubungan kalian sudah membaik bukan?" Menaik-turunkan alisnya, Suho mendekat dengan mendorong kursinya agar bisa berhadapan dengan Suzy.

"Hubungan kami baik-baik saja."

**

"Tiba-tiba?!" Sehun tak terima. Enak saja! Beberapa bulan kemarin saat ia setengah mati meminta agar Suho tetap bekerja padanya, si tua bangka ini menolak dengan keras. Sekarang saat ia dan Suzy sudah paham bagaimana cara kerja masing-masing, si pak tua ini ingin mengambil orangnya?

"Berkelahi saja kita, Dad."

Dahi Siwon berkerut heran. Reaksi yang ia dapat agaknya sedikit berbeda dengan yang ia bayangkan. "Bukannya seharusnya kau senang?" Tanya Siwon.

"Senang apanya?" Sinis Sehun. Melepas jas abu-abu miliknya dan menyampirkan kain itu pada kursi kerja kebesarannya.

"Kemarin kau ingin sekali bersama Suho. Sekarang sudah aku berikan, kenapa kau yang tidak mau?" Siwon mulai berpikir yang tidak-tidak, apa mereka berkelahi? Perang dingin mungkin?

"Sudah muak aku melihatnya, kemarin saja aku berjuang mati-matian dia tidak melirik sedikit pun padaku. Saat aku sudah berpindah hati dengan tidak tahu malunya dia ingin kembali? Bawa saja kepalanya biar aku penggal." Nada bicara Sehun memang tidak menggebu-gebu, hanya saja dari kedataran itu Siwon rasa anak bungsunya ini bersungguh-sungguh.

Mati sudah Suho seminggu ini ia tukar di sini.

"Sudah terlanjut, aku bawa Suzy ya. Bye anak pungut!"

**

"Sejujurnya tidak ada yang perlu kau kerjakan di sini. Tidak ada masalah yang serius." Yifan memutar kursi kerjanya untuk menghadap Suzy. Memperhatikan raut bingung gadis itu yang membuat Yifan ingin tertawa saja rasanya.

"Bagaimana, Presdir?" Suzy memastikan. Lantas untuk apa ia ke sini jika memang tidak ada yang perlu dilakukan? Kerjaannya juga memang tidak banyak di sana, hanya saja ini lingkungan baru dan Suzy sedikit canggung jujur saja.

Yifan berdiri, bangkit dari kursi, dan berdiri tepat di depan Suzy. "Untuk masalah pekerjaan, pagi ini sudah tidak ada. Tapi untuk masalah lain ada beberapa pertanyaan yang ingin aku ajukan."

Jantung Suzy berdegub kencang, tatapan Yifan yang ini membuat dia tidak nyaman. Apa ia sudah melakukan kesalahan sehingga tatapan yang biasanya Ramah itu kini telah hilang?

"Ini sedikit berbau privasi memang, hanya saja ini juga bersangkutan dengan anak-anakku." Mempersilakan Suzy duduk di atas sofa, Yifan juga melakukan hal yang sama.

"Apa ada masalah, Presdir?" Tanya Suzy. Anak-anak? Siapa anak-anak yang Yifan maksud ini?

"Aku tahu bahwa Jasper dan adik-adiknya menyukaimu berada di sisi mereka. Yang aku baru tahu adalah kau sudah beberapa kali menginap di rumah adikku dan tentu itu sedikit memberi harapan lebih pada mereka." Yifan jujur saja ia tak masalah dengan itu. Bukan urusannya juga ini.

"Aku hanya ingin mengatakan, jika kau hanya kasihan atau merasa tak enak pada mereka. Lebih baik hentikan. Aku tidak ingin mereka sakit hati untuk yang kedua kalinya."

Suzy tahu maksud Yifan mengatakan ini karena ia begitu menyayangi keluarganya, hanya saja entah kenapa Suzy merasa tidak enak hati dan sedikit tersinggung kali ini.

"Aku tidak bermaksud untuk merasa kasihan atau bagaimana, aku juga benar-benar tulus pada mereka. Untuk masalah menginap itu memang kesalahanku karena bermalam di rumah atasan. Tapi aku dapat menjamin bahwa tidak ada yang terjadi antara aku dan Presdir Oh Sehun." Menggenggam erat tangannya untuk beberapa saat, Suzy merasa tenggorokannya tercekik hanya karena beberapa kata yang ia ucapkan.

Sedikit tidak terima dengan apa sudah terlontar dari mulutnya.

"Terima kasih, aku menghargainya. Hanya jika kau merasa ragu atau kasihan, aku mohon dengan nama pribadi untuk mulai menjaga jarak dengan mereka."

"Aku... sepertinya aku memang tidak seharusnya masuk begitu dalam pada perasaanku sendiri."








Awokawok

Last Hopeحيث تعيش القصص. اكتشف الآن