Ch. 46

193 37 5
                                    

Suzy tidak memiliki sedikit pun niatan untuk membuat Yifan dan Sehun bertengkar. Yang mengganggu pikirannya dua minggu ini secara gamblang Suzy ceritakan pada Sehun.

"Kau tidak mengatakan apapun perihal aku dan Suho yang akan ditukar lagi. Padahal sehari sebelumnya kita masih bersama. Tapi kau bersikap seakan-akan tidak tahu apapun." Masih terisak sedih, Suzy makin mengeratkan pelukannya pada leher Sehun.

"Yifan tidak mempermasalahkan jika aku dengan anak-anakmu, tapi Yifan tidak senang jika aku yang dekat denganmu. Kau seharusnya mencari wanita yang lebih baik." Isakan Suzy makin terdengar pilu. Nafasnya sudah terputus-putus karena isakan yang begitu rapat.

"Aku menolak bertemu dengan keluarga angkatku karena mereka sudah tahu bahwa Myungsoo akan memutuskan hubungannya denganku, tapi mereka hanya diam tidak memberi tahu apapun padaku. Mereka memaksa masuk ke dalam apartementku, padahal aku sudah mengatakan bahwa aku tidak ingin diganggu." Masih dengan posisinya, Suzy tak ingin beranjak sedikit pun.

"Jinyoung marah dan mengatakan bahwa aku tidak sadar posisiku sebagai orang luar yang masuk ke dalam keluarga mereka. Tuan Park dan istrinya tidak marah, tapi mereka pasti kecewa padaku. Aku tidak punya siapa-siapa lagi."

"Kepalaku penuh dengan mereka yang mengutukku sebagai pembawa sial, seharusnya mama tidak pernah melahirkanku. Seharusnya aku saja yang menjadi abu karena terbakar waktu itu. Seharusnya aku menyusul mereka. Hks." Suzy terisak kencang. Menyembunyikan wajahnya pada leher Sehun.

"Sakit, semuanya sakit."

Mengusap punggung Suzy dan mencium puncak kepalanya. Sehun menangkup kedua pipi Suzy. "Aku sama sekali tidak tahu soal kau dan Suho. Untuk Yifan, aku akan membenamkan kepalanya pada kolam ikan milik dad nanti. Kau bisa tinggal di rumahku atau jika kau butuh ruang sendiri, kau bisa tinggal di apartementku."

"Kau sama sekali tidak seperti apa yang mereka katakan. Tentu saja kau berharga. Jangan dengarkan mereka, kau benar-benar berharga untukku dan teman-temanmu. Jika kau mau aku bisa membuat Myungsoo itu berlutut memohon ampun padamu." Hibur Sehun. Itu hanya omong kosong sebenarnya, akan tetapi jika Suzy sungguhan mau ya Sehun bisa apa. Akan tetap ia lakukan itu, tenang saja.

"Jika kau tidak nyaman berada dekat denganku, aku akan memberikan kunci apartementku padamu. Berikut dengan kunci rumah, kau bisa pilih apa yang membuatmu nyaman."

**

Masuk ke dalam rumah dengan tampilan yang sudah sedikit acak-acakan. Sehun langsung menuju ruang keluarga. Berdiri di depan Yifan yang langsung mengeryit heran padanya.

"Apa?" Malas sekali Yifan dengan tingkah Sehun yang terkadang tidak jelas ini.

"Pilih. Tangan kiri atau tangan kanan?" Mengepalkan kedua tangannya di depan wajah Yifan. Sehun sudah setengah mati kesal.

Melihat ada tontonan gratis, anak-anak Sehun langsung duduk berjejer dengan memangku makanan masing-masing. "Simak. Simak baik-baik." Bisik Jasper.

Yifan langsung terenyuh. Baik sekali adiknya ini sekarang. "Kau memberi aku hadiah?" Tanya Yifan terharu.

Mengangguk. Sehun tersenyum lebar. "Iya. Satu rumah sakit, yang satu lagi liang lahat. Pilih. Masih sangat panas hadiahmu ini."

Melihat ada yang tidak beres, Yoona langsung berdiri diantara anaknya. "Ada apa? Terjadi sesuatu?"

Yifan menggeleng tidak tahu dan Sehun langsung mengangguk yakin. "Naga tongos bau kuda ini menyakiti perasaan bayiku!" Sehun mengadu pada Yoona. Menunjuk Yifan dengan menggebu-gebu karena sungguh, ia kesal sekali.

Yifan menunjuk antara dirinya sendiri dan Haowen secara bergantian. Ia dan Haowen baik-baik saja sedari tadi. Tidak ada masalah.

"Bae Suzy. Apa yang sudah kau katakan padanya?" Walau bisa dikatakan usaha Sehun ini sangat mines untuk mendapatkan Suzy, akan tetapi ia bersungguh-sungguh ya.

"Aku dan anak-anakku sudah cukup senang dengan adanya dia di rumah kami. Aku tahu niatmu memang baik, tapi lain kali tolong koordinasikan dulu denganku." Sehun sudah cukup dewasa dan Sehun mengerti mana yang terbaik untuknya dan mana yang tidak.

"Masalahnya sudah cukup banyak dan tidak ada tempat baginya untuk bercerita lagi. Tolong ini yang terakhir."

**

"Apa kalian bertengkar?" Suzy yang sedari tadi duduk resah menunggu Sehun akhirnya bisa bernafas lega.

Gelengan Sehun membuat Suzy menghela nafas lega. Syukurlah.

"Tidak, kami baik-baik saja. Yifan hanya khawatir sesuatu terjadi kepada keponakan kesayangannya. Jangan terlalu dipikirkan." Duduk di atas ranjang, Sehun menangkup kedua pipi Suzy. Menekan pipi berisi itu dengan jemari panjangnya.

"Kau tidak boleh melakukan hal seperti itu lagi." Peringat Sehun. Tidak tahu saja Suzy, jantung Sehun sudah seperti akan turun ke perut rasanya.

Mengangguk tanpa rasa bersalah, Suzy tidak terlalu peduli sejujurnya. Jika dia lupa dan butuh pelampiasan ya siapa yang tahu. Sekarang cukup katakan iya saja sudah.

"Jangan hanya iya-iya. Kau tidak bisa dipercaya." Sinis Sehun. Menggoyangkan kepala Suzy kanan-kiri tanpa rasa bersalah.

"Bisa. Aku tidak pernah berbohong." Suzy jujur bukan? Hanya menunggu waktu saja agar ia bisa leluasa untuk bercerita.

Memilih untuk mengangguk mengiyakan, Sehun mengalah saja pada akhirnya. Merebahkan kepalanya pada pangkuan Suzy dan langsung memeluk erat pinggangnya. "Nyaman sekali."

Menepuk pelan bahu Sehun. Suzy tidak mengucapkan apa-apa. Diam memperhatikan Sehun yang nampaknya belum selesai bicara.

"Jadi kau akan tinggal di sini saja? Mau sekamar denganku? Aku tidak akan melakukan apa-apa. Sungguh. Atau kita langsung menikah saja minggu depan?" Makin menelusupkan kepalanya pada perut berlemak milik suzy, Sehun mau saja sejujurnya. Sekarang pun juga Sehun ayo saja.

"Memang tidak ada kamar lain?" Tanya Suzy. Rumah sebesar ini sangat mustahil tidak ada ruangan lain. Dan lagi Suzy juga tidak akan selamanya tinggal di sini.

"Ada, tapi kecil. Jarang digunakan, pasti debunya sudah menumpuk. Kau tidak akan nyaman." Menggeleng, Sehun pribadi tidak menyarankan Suzy untuk tidur di sana.

"Biar aku bersihkan nanti."

"Tidak. Di sini saja. Aku tidak mau kau merasa tidak nyaman."

Sama-sama keras kepala, Suzy tahu ini tidak akan berakhir baik jika mereka masih sama-sama tidak mau mengalah.

"Ya sudah, iya."

Tersenyum samar, Sehun memeluk Suzy makin erat. Kapan terakhir kali ia bisa seperti ini ya? Sehun lupa.

"Apa bekerja dengan daddy melelahkan? Ingin aku bicara lagi dengannya?" Sehun khawatir tentu saja, walau ia tahu Siwon juga tidak akan seburuk itu.

Menggeleng, Suzy tidak ingin masalah ini menjadi besar. "Tidak, aku baik-baik saja." Tolak Suzy.

"Aku akan sangat susah menemuimu nanti." Keluh Sehun.

"Kita bisa bertemu di rumah?"

"Itu masalahnya, saat kau bekerja denganku kita beda rumah. Saat kau bekerja dengan daddy kita satu rumah. Seharusnya aku bisa melihatmu selama seharian penuh sekarang." Sedikit menyesal Sehun. Kenapa ia tidak menggeret Suzy bersamanya dari dulu?

"Kita menikah minggu depan saja bagaimana?"







'Ssup man?

Last HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang