Ch. 4

247 35 2
                                    

"Ada apa dengan wajah tertekuk milik pria ini?" Pria jangkung dengan suara bass itu bertanya santai dengan jemari yang mengarah pada Sehun.

"Tidak rela jika harus berpisah denganku." Suho menjawab seadanya, mulai membagikan berkas yang baru saja ia cetak atas permintaan Siwon sebagai pemilik perusahaan ini.

"Kau mengundurkan diri?" Chanyeol bertanya tak percaya. Entah Chanyeol harus senang atau sedih, karena sungguh jika Suho benar-benar akan mengundurkan diri lebih baik ia bekerja pada Chanyeol saja. Lebih terjamin. Walau perusahaan keluarga milik Oh ini juga tak kalah bagus sebenarnya.

"Bukan, direktur yang satu itu yang akan dipindah tugas untuk bertanggung jawab atas perusahaan baru." Jelas Suho. Sudah tahu saja Suho bahwa pria tanpa raut wajah itu pasti tidak akan mau menjawab pertanyaan apapun saat ini.

"Jika kau berniat mengundurkan diri, bergabung denganku saja. Aku akan menyambutmu dengan penuh suka-cita." Bisik Chanyeol. Jika Sehun tahu sudah pastu kepalanya akan menjadi sasaran empuk untuk Sehun lempar dengan keyboard komputernya.

"Terima kasih untuk tawarannya, silakan diskusikan dengan Presdir Siwon nantinya." Sejujurnya Suho sudah betah di sini walau kelakuan Sehun macam kotoran terkadang.

"Lalu siapa yang akan menjadi sekretarisnya? Kau tahu saja sifat dia dan Yifan tidak beda jauh." Chanyeol menggeleng prihatin. Serba sulit menjadi Suho memang.

"Sedang tahap seleksi. Sudah ada beberapa kandidat, semoga saja ada yang cocok." Suho berharap dari lubuk hati paling dalam miliknya. Jangan sampai nantinya dia yang harus membelah diri untuk menjadi tangan kanan mereka berdua.

"Kenapa tidak Yifan saja yang dipindah ke sana?" Sinis Sehun masih tidak terima. Panas telinganya mendengar mengenai pencarian sekretaris baru ini.

"Jangan membuatku naik darah Oh Sehun. Sudah aku jelaskan bahwa perusahaan itu akan menjadi tanggung jawab Jasper nantinya. Untuk sekarang harus atas namamu dulu, tanggung jawabmu untuk memastikan bahwa anakmu bisa dan mampu untuk memimpin perusahaannya nanti." Suho mendelik kesal, susah sekali mengurus bayi besar ini. Cepat tua ia jika seperti ini lama-lama.

"Sialan." Sinis Sehun.

**

"Aku tidak melihat Bae Suzy? Dia sudah pulang?" Baekhyun menyikut pinggang Jiyeon yang tengah menyeruput kuat ramennya.

"Dia di apartementku. Tidak enak badan, mimpi buruk, kasihan sekali bayiku." Jiyeon mengerucutkan bibirnya mengingat bagaimana kerasnya hidup bayi mungil mereka itu.

"Dia sudah makan?" Baekhyun khawatir tentu saja. Sudah badan kecil, malas makan, memang banyak tingkah wanita satu itu.

"Aku sudah meminta Jongin untuk mengantarkan makanan padanya nanti." Jiyeon menepuk bangga bahu kanannya. Teman yang dapat diandalkan dia ini asal kalian tahu.

"Jika kau sudah selesai, ayo kita segera kembali. Aku ingin bertemu dengan bayi besarku." Menyampirkan tasnya pada bahu kirinya, Baekhyun beranjak berdiri. Meninggalkan Jiyeon yang masih sibuk mengunyah di belakang sana.

"Tunggu aku!"

**

"Baik, terima kasih untuk waktu dan kesempatannya. Semoga kita dapat bekerja sama dengan baik kedepannya. Sampai jumpa."

Suzy tidak tahu yang ia lakukan ini sudah benar atau belum, akan tetapi tidak masalah juga bukan jika ia mencoba peruntungannyan sendiri. Dan lagi ia hanya akan menunggu waktu wisudanya saja, lebih baik ia mengisi waktu luang untuk itu.

"Tahapan awal apa yang harus kita lakukan sekarang?" Suzy mulai mencari referensi untuk hari pertamanya besok.

Ya, benar. Suzy baru saja dihubungi oleh perwakilan perusahaan yang ia lamar kemarin lalu. Perusahaan keluarga yang memang sudah menjadi incarannya semenjak ia pertama memasuki perkuliahan.

Bukan tanpa sebab, Suzy hanya merasa semakin bagus perusahaan semakin bagus juga karir yang akan ia dapatkan nanti. Semua tergantung pada pijakan awal yang Suzy ambil.

Dan kebetulan, Dewi Fortuna tengah memihak padanya.

Sudah seharusnya Suzy bersyukur bukan?

Ceklek.

Blam.

"Bayiii." Baekhyun langsung masuk ke dalam kamar dan melompat bebas menaiki ranjang. Membuyarkan lamunan Suzy yang masih berbaring membelakangi pintu kamar.

Grep.

"Baek, sesak." Menepuk-nepuk pelan lengan Baekhyun yang tengah melingkar di sekitaran lehernya. Suzy bisa mati kehabisan nafas jika seperti ini kawan.

Brak.

"Kau tidak menghabiskan makananmu, Bae Suzy?" Jiyeon membuka pintu kamar dengan kasar seraya tangannya membawa satu mangkok besar berisi sop daging.

"Aku kenyang." Melirik Jiyeon dari sudut matanya, Suzy sulit bergerak teman. Baekhyun masih memeluk erat lehernya ini.

"Bangun, habiskan sekarang." Bergacak pinggang, Jiyeon menunjuk Suzy yang sudah mengerucutkan bibirnya minta dikasihani. Tentu saja itu tidak akan mempan dengan Jiyeon.

"Tenggorokanku sakit, tidak bisa makan lagi." Elak Suzy. Ia benar-benar kenyang, sungguh. Perutnya serasa akan meledak saat ini bahkan.

"Kau tidak akan langsung mati hanya karena menghabiskan ini." Tunjuk Jiyeon pada sisa makanan yang tengah ia pegang.

"Keluar, aku akan menghangatkan ini untukmu." Tak ingin dibantah, Jiyeon segera berlalu pergi meninggalkan Suzy yang masih terjebak dengan pelukan erat dari Baekhyun.

"Kau tidak ingin membantuku, Baek?" Tanya Suzy. Jengah juga ia lama-lama. Baekhyun sialan ini bukannya membantu malah berpura-pura mati.

"Ayo, akan aku bantu kau untuk keluar dari kamar ini. Ingin gendong depan atau belakang?" Tanya Baekhyun. Bangkit dari posisi berbaringnya saat ini, Baekhyun langsung menggeret Suzy untuk ikut duduk bersamanya.

"Haaah, sudahlah."

**

"Besok kau akan bertemu dengan sekretaris barumu. Jangan membuat ketidaknyamanan. Bersikap kooperatif, jangan membuatnya tertekan pada hari pertamanya bekerja." Suho memberikan arahan singkat dari pengalaman-pengalaman yang sudah ia lihat secara langsung.

Bungsu Oh ini selalu mencari perkara jika tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan.

"Berikan saja itu pada Yifan, kau tetap denganku." Masih tak ingin mengalah, Sehun tetap pada pendiriannya tak ingin sekretaris yang baru. Malas sekali dia.

"Tidak bisa, ada banyak hal yang harus aku urus di sini. Siwon belum bisa mempercayakan itu pada orang baru." Bayangkan, sesabar apa Suho menghadapi bayi kecil ini. Ibarat kata sudah lebih lunak gigi dibanding lidah sekarang ini.

"Lalu pindahkan saja Yifan ke sini. Apa susahnya?"

Plak.

"Akh."

Tersenyum lebar, Suho mengepalkan kedua tangannya. Sedikit lega setelah ia bisa menggeplak kepala Oh Sehun dengan nampan kecil yang memang tersedia di atas meja kerja direkturnya ini. "Jangan menguji kesabaranku lagi oh Sehun. Kau tahu aku tidak sesabar itu. Aku akan tetap ikut serta dalam mempersiapkan jadwalmu bersama sekretaris barumu itu hingga dua atau tiga minggu ke depan. Jangan banyak ulah, banyak yang harus aku kerjakan sekarang ini."

Merapikan lagi baju kerjanya, Suho segera berbalik dan meninggalkan Sehun yang masih tidak paham bagaimana bisa ia bersikeras mempertahankan kerja sama dengan pria satu itu. Tekanan bathin ia lama-lama seperti ini.

"Well, kerjanya rapi. Tak salah aku masih bersikeras untuk bersamanya bukan? Sial, sakit sekali."






Otw meet up

Last HopeWhere stories live. Discover now