Ch. 26

186 40 0
                                    

Suho menatap layar ponselnya dengan cemas. Menimang-nimang apakah dia harus menanyakan bagaimana kabar Oh Sehun atau tidak. Ini sudah hampir dua minggu pria itu tidak menganggu hidup Suho.

Seharusnya Suho senang? Memang benar! Hanya saja Suho merasa aneh, bagaimana jika ternyata sesuatu yang buruk terjadi dan mereka tidak memberi tahu Suho?

"Mereka ini baik-baik saja tidak ya?" Suho sungguh sangat penasaran, tapi rasa gengsinya juga lebih besar. Bagaimana ya?

"Aku telfon atau langsung aku datangi saja ke sana nanti ya?" Suho masih merasa bimbang. Ia yakin dua orang itu sudah dewasa dan mampu menyelesaikan masalah mereka, hanya saja di satu sisi Suho juga khawatir mengingat karakter mereka yang bertolak belakang.

"Sial, kenapa aku harus mengkhawatirkan mereka?" Dengus Suho. Melempar sembarang arah pulpen yang sedari tadi ia genggam karena cemas tak tentu arah.

"Persetan saja!"

**

"Kenapa aku bisa di rumahmu kemarin, Presdir?" Tanya Suzy penasaran. Otaknya masih sedikit miring sehingga beberapa ingatan belum kembali ke dalam kepalanya.

"Kau tidak ingat?" Sehun menatap Suzy tak percaya. Mereka sudah duduk manis di dalam ruangan Sehun yang tertutup rapat. Itu bukan hal yang mencurigakan ya.

Gelengan dengan wajah panik Suzy berikan. Memang apa yang sudah ia lakukan? Dosa besar apa yang sudah ia perbuat kemarin?

"Kau mabuk lalu menyerangku dengan brutal. Aku saja sampai kewalahan." Sehun tersenyum simpul. Menatap Suzy dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Kau sungguh-sungguh di luar bayanganku."

Suzy langsung menganga tak percaya. Apa benar ia seperti itu?! Apa ia benar-benar menjadi gila dan sebinal itu?! Memang apa yang sudah ia konsumsi kemarin?

"Yang benar, Presdir!" Amuk Suzy.

Sehun berjengit kesal saat Suzy dengan tiba-tiba saja melemparinya dengan berkas perusahaan. "Sakit."

"Sial, jika di kamarku ada CCTV sudah aku perlihatkan padamu. Tidak percaya sekali pada manusia." Sinis Sehun. Duduk santai seraya bersandar pada sofa di belakangnya, Sehun masih betah menatap Suzy yang sudah uring-uringan.

"Memang apa yang salah dengan itu? Yang melihat juga hanya aku. Apa yang kau cemaskan?" Sehun tidak habis pikir. Wanita di luar sana bahkan sudah berlomba-lomba menjadi siapa yang lebih agresif, wanita ini malah kenapa terlihat sangat frustasi?

"Seharusnya kau bangga, hanya kau satu-satunya yang berhasil naik ke ranjangku." Sehun melipat tangannya di depan dada. Menatap Suzy yang tengah melolot marah kearahnya.

"Enyah kau, Mesum!" Teriak Suzy. Kembali melempari Sehun dengan kotak pensil berbentuk beruang miliknya. Dasar pedofil gila!

Tertawa renyah, Sehun tersenyum menatap Suzy. Apa perempuan ini tidak pernah melakukan hal yang iya-iya bersama kekasihnya?

"Kau sepertinya terkontaminasi obat perangsang. Wajahmu memerah, nafasmu tidak karuan, dan yang terpenting kau horny." Sehun kali menjelaskan dengan sungguh-sungguh, tidak bermaksud menggoda lagi. Sudah cukup puas Sehun tadi.

"Obat perangsang?" Ulang Suzy.

Sehun mengangguk yakin. Jika bukan obat perangsang apa lagi? Ah, mungkin obat-obat yang lain barangkali ya.

"Apa yang kau masukan ke dalam perutmu itu?" Tanya Sehun. Aneh saja, tidak mungkin dengan sengaja. Pasti ada sesuatu yang sudah terjadi.

"Aku hanya merampas minumanmu setelah aku kembali dari toilet." Suzy setengah berbisik. Apa benar ia harus mengatakan ini pada Sehun? Terdengar lancang memang, tapi sungguh. Suzy juga punya alasan.

Alis Sehun terangkat sebelah. Benar! "Kau lumayan berani merampas minumanku sejujurnya. Aku tidak tahu jika kau sehaus itu." Sehun juga penasaran. Hanya saja Sehun terlalu malas untuk bertanya, belum lagi jika Suzy mengira jika ia terlalu perhitungan hanya karena segelas minum.

Iuh!

"Sebenarnya bukan haus. Restoran itu milik temanku. Saat aku baru kembali dari toilet, dia mencegatku di depan pintu. Mengatakan jika dua wanita rekan kerjamu itu meminta jika staff mereka memasukan sesuatu ke dalam minumanmu." Suzy melirik Sehun yang nampak tertarik dengan penjelasannya, walau masih dengan wajah datarnya.

"Mereka tidak mengatakan apa-apa soal bahan apa yang akan dimasukan, hanya saja temanku juga tidak bisa menolak. Makanya dia memberi tahu aku. Aku juga tidak mungkin mengatakan terang-terangan padamu jika ada sesuatu dalam menumu. Jadi ya sudah, aku minum saja." Jelas Suzy tanpa beban. Terlihat tidak takut mati jika saja yang ia minum kemarin adalah racun tikus.

Memang sudah bosan hidup saja dia itu.

Menghela nafas lelah, Sehun bersidekap dada dengan kaki yang ia bawa mendekat pada Suzy.

Jitakan kencang melayang manis pada dahi selebar samudera milik wanita itu, mengelus pelan kepalanya yang langsung berdengung karena ulah kurang ajar Sehun. "Sakit!"

"Setidaknya kau bisa membisikan padaku. Jangan ada kali kedua untuk hal semacam ini. Aku tidak suka miliki hutang budi pada orang lain." Ujar Sehun. Bukannya tidak bersyukur, hanya saja Sehun juga sangat khawatir dengan Suzy. Bagaimana jika hal berbahaya lainnya yang akan gadis ini lakukan kedepannya.

"Jika aku tidak tahu tidak akan juga aku merampas milikmu!" Suzy yang sudah kepalang emosi berteriak kesal. Apa salahnya pria ini langsung berterima kasih saja padanya. Jika tidak mau ya sudah, diam saja. Jangan malah mengomeli Suzy.

Sehun mengertitkan dahinya, kenapa malah Suzy yang mengamuk? "Kau tahu? Jika aku tidak waras kau sudah pasti akan berakhir di atas ranjangku dalam konteks yang lebih parah. Aku mengatakan hal ini karena tidak ada yang tahu kedepannya apa lagi yang harus aku hadapi. Jika kau bertindak tanpa berpikir panjang untuk dirimu sendiri, kau pikir aku tidak akan merasa bersalah?"

Sehun tahu kemarin adalah kesempatan emas jika dia ingin mengambil Suzy sebagai hak miliknya, tapi Sehun masih cukup waras untuk tidak merampas kekasih orang lain.

Melangkah keluar ruangan, Sehun berlalu seraya berujar dengan suara tak terbantahkan miliknya. "Dua hari kedepan tidak usah masuk."

"Presdir! Kau tidak bisa seperti itu." Suzy tak terima, ini bukan murni masalah pekerjaan. "Ini tidak profesional."

"Jika kau berani masuk, security yang akan menyeretmu keluar perusahaan."

"Presdir!"

**

"Dua hari kedepan kau di perusahaanku dulu, nanti setelah jam makan siang datang ke sini untuk serah terima dengan Bae Suzy." Sehun memijat batang hidungnya. Lelah sekali ia bicara dengan Suzy yang mana mereka berdua sama-sama keras kepala.

"Apa lagi yang kalian lakukan?" Suara Suho terdengar begitu malas, lelah sekali ia menghadapi pasangan atasan dan bawahan satu itu.

"Akan aku ceritakan nanti, jangan sampai kau telat. Aku sudah sangat malas menunggumu." Sinis Sehun. Menutup panggilan telefon tanpa menghiraukan protesan Suho mengenai bagaimana ia harus meminta ijin pada Siwon nanti.

"Pikirkan sendiri. Itu deritamu."

"Sialan!"








Wahaha

Last Hopeजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें