Ch. 19

177 43 3
                                    

Drrt... drrt... drrt...

"Ya?" Sehun sebenarnya bertanya-tanya, apa yang membuat Bae Suzy menelfonnya pagi-pagi seperti ini? Apa gadis itu terlalu malas untuk mengetuk pintu ruangannya dan beranjak dari kursinya itu?

"Presdir." Suara Suzy terdengar bergetar dan itu hal yang sangat baru bagi Sehun. Biasanya gadis itu akan berbicara tenang atau tidak ya sedikit mengamuk kesal.

"Ada apa?" Tanya Sehun. Melepaskan matanya dari laporan mingguan yang setiap pagi akan ia terima.

"Aku tersesat. Tolong aku."

Untuk beberapa detik, Sehun terdiam seperti orang bodoh. Tersesat? Apa maksud dari kata tersesat itu? "Bagaimana bisa kau tersesat dipagi hari ini?" Sehun tak habis pikir.

Mengangkat bokongnya dari kursi dan berjalan pelan menuju pintu. "Dimana kau?" Tanya Sehun.

"Aku tersesat, Presdir. Jika aku tahu dimana aku sekarang, tidak akan aku menelfonmu." Suara Suzy terdengar makin bergetar, antara kesal, takut, dan menahan tawa. Atasannya ini terkadang lucu juga. Ampun.

"Benar, pertanyaan bodoh, Sialan!" Dengus Sehun. Menggeleng prihatin dengan respon spontan yang membuatnya terlihat begitu bodoh. "Terakhir kau dimana?"

"Pantry, ini semua karena kopi pagimu!" Tuding Suzy. Ia jujur saja sangat takut, akan tetapi mendengar suara Sehun membuatnya sedikit tenang jujur saja.

"Kau saja yang bodoh tersesat di rumah sendiri." Balas Sehun. Memasuki lift dengan tujuan pantry untuk mancari anak bawang satu ini.

"Jahatnya." Dengus Suzy.

"Jangan kemana-mana, tunggu aku di sana."

..

"Bae Suzy! Kau di sini?"

Suzy langsung mengangkat kepalanya dari lipatan tangan yang dia tumpukan pada kedua lututnya yang sudah tertekuk meringkuk takut.

"Presdir!" Berteriak nyaring, Suzy berharap Sehun dapat mendengar suaranya. Ia takut jujur saja.

"Bae Suzy?!"

"Presdir! Tolong!"

Brak.

Pintu di depan Suzy terbuka kencang. Menampilkan Oh Sehun yang sudah datang dengan seorang security di sisinya.

"Haaah."

Menunduk penuh rasa bersalah, Suzy tidak berani mengangkat kepalanya. Ia tahu Sehun pasti sudah menggondok setengah mati karenanya.

"Kemari." Sehun mengisyaratkan Suzy untuk mendekat padanya setelah berterima kasih dan mengusir secara halus security yang ia seret bersamanya tadi.

Mendekat dengan langkah pelan, Suzy bahkan masih dapat merasakan bahwa lututnya bergetar walau hanya berjalan beberapa langkah. Suzy setakut itu, sungguh.

Grep.

"Bagaimana bisa kau terkunci di sini?" Tanya Sehun tak habis pikir. Memeluk erat tubuh kecil yang sudah bergetar ketakutan dalam pelukannya ini.

Isakan kecil mulai Sehun dengar, bersamaan dengan bahu kecil Suzy yang sudah bergetar kencang. "Takut."

"Tak apa, kau aman sekarang." Bisik Sehun. Mengusap sayang surai hitam legam Suzy yang masih menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Sehun.

"Jika diingat-ingat lagi, kenapa aku bisa memeluknya ya waktu itu?" Sehun bergumam penasaran.

"Apa itu naluriku sebagai seorang ayah? Atau bagaimana? Atau karena tingginya yang tidak beda jauh dengan Yeji?" Memutar bosan pulpennya di atas meja, Sehun penasaran jujur saja. Bagaimana bisa ia selancang itu?

Last HopeWhere stories live. Discover now