Ch. 24

179 44 0
                                    

Formasi sudah tersusun dengan baik. Haowen di tengah Suzy dan Sehun. Yeji di sebelah kiri Suzy, Jasper berada di sisi kiri Yeji sebagai penjaga, dan Hyunjin yang berada di sisi kanan Sehun.

Lampu ruangan sudah sepenuhnya mati, hanya ada cahaya dari layar proyektor yang sudah menayangkan film layar lebar di sana. Tubuh mereka sudah sepenuhnya tertutupi oleh selimut tebal yang membentang lebar.

Hyunjin sudah dalam posisi favoritnya, satu kaki naik ke kaki Sehun dan satu tangan yang memeluk lengan Sehun. Yeji yang berbaring santai di atas lengan Jasper dengan satu tangan yang menepuk-nepuk paha bongsor kakaknya itu.

Haowen dan Suzy? Sudah fokus mereka, Sehun juga sudah fokus dengan pikirannya sendiri. Ini gambaran keluarga kecil yang dulu selalu ia idam-idamkan. Terima kasih kepada si kembar yang sudah berusaha sekuat tenaga.

"Bagiku, semua hewan purba adalah dinosaurus." Bisik Yeji.

"Ya, kau salah satu spesies mereka." Balas Jasper seraya mengusap pelan kepala Yeji.

"Dino?" Yeji memastikan.

"Bukan, sama-sama spesies hewan."

"Sialan!" Menyikut kuat perut Jasper hingga pria itu meringis pelan walau tangannya masih tetap mengusap sayang kepala Yeji.

Suzy tertawa pelan, menoleh pada Jasper yang masih merengut dengan tangan yang menarik pelan helai hitam Yeji.

"Sakit sekali?" Tanya Suzy memastikan.

"Dia saja yang berlebihan, Mom." Sinis Yeji.

**

Sehun terbangun dengan layar proyektor yang masih menyala tanpa menampilkan tayangan apapun. Semua orang sudah terlelap dengan posisi mereka masing-masing.

Haowen yang sudah masuk ke dalam pelukan Suzy, Suzy yang tidur dengan beralaskan lengan kirinya. Hyunjin yang kakinya sudah membentang dari ujung timur hingga ujung barat. Belum lagi dengan Jasper yang menindih Yeji dengan kaki sebesar kaki babi miliknya.

Sehun menggeser pelan kepala Suzy agar mendarat tepat pada bantal di bawah lengannya. Sehun harus memperbaiki selimut para anak monyet ini. Mereka tidur seperti atraksi sirkus, Sialan!

"Dadd." Haowen mencengkram erat baju tidur pada bagian dada Sehun. Mencegah pria itu untuk beranjak karena takut jika Sehun tiba-tiba saja menghilang dari hidupnya.

"Daddy tidak kemana-mana." Bisik Sehun. Mengusak pelan kepala Haowen agar si kecil kembali lelap dalam mimpi indahnya.

Menatap bergantian antara Hyunjin, Yeji, dan juga Jasper yang masih tertelap pulas dalam tidur mereka.

"Untuk sekarang aku benar-benar bersyukur dengan kondisiku saat ini."

Pikiran Sehun kembali berputar pada satu tahun belakangan ini. Pada musim dingin sesudah natal, dimana ia benar-benar merasa gagal sebagai seorang ayah.

Getaran pada ponsel genggamnya membuat Sehun langsung mengalihkan perhatiannya. Nama Jasper tertera di sana.

"Halo? Ada apa, Jas?" Tanya Sehun. Beberapa menit lagi ia akan segera sampai ke istana kecil mereka.

Suara Jasper terdengar bergetar menahan tangis. Sayup-sayup Sehun juga dapat mendengar suara Hyunjin yang terisak pelan. Jantung Sehun berdegub kencang tentu saja.

"Jas?"

"Dad, bisa langsung ke rumah sakit?" Pinta Jasper. Tangan terkepal erat dengan mata yang sudah memerah karena menahan tangis.

"Kirimkan lokasinya, daddy langsung ke sana." Sehun bersumpah bahwa ia dapat merasakan jantungnya sudah lari hingga ke perut karena rasa tidak tenang ini.

Menginjak pedal gasnya dengan kencang, Sehun memarkirkan mobilnya dengan perasaan setengah gila. Sehun masih tidak tahu siapa yang ada di sana dan kenapa bisa.

"Kenapa? Apa yang terjadi?" Sehun berdiri gusar di depan Jasper. Hanya ada Hyunjin dan Jasper di sini. Tidak ada Haowen dan tidak ada istrinya, Irene.

"Yeji sedang ditanangi oleh dokter. Kepalanya berdarah, mungkin akan mendapat jahitan." Jasper menjelaskan sebisa yang ia mampu. Ia khawatir tentu saja, dan lebih lagi ia merasa gagal menjadi seorang kakak.

"Yeji?" Ulang Sehun. Sehun masih menerka hal apa yang Yeji lakukan hingga anak gadisnya harus mendapat jahitan seperti informasi Jasper tadi.

Hyunjin terisak keras, menatap Sehun dengan hidung yang sudah memerah dan mata yang sama merahnya. "Mommy mendorong Yeji dari anak tangga karena Haowen tidak sengaja terjatuh saat bermain di ruang bermainnya. Haowen baik-baik saja, ia hanya terjatuh karena memanjat ke atas meja plastiknya." Ucapan Hyunjin terhenti karena sesenggukan dan juga rasa sesak yang mendera dadanya.

"Aku tidak bermaksud meremehkan kejadian Haowen, hanya saja Haowen tidak ada luka sedikit pun. Hanya menangis sebentar karena terkejut, tapi kenapa kembaranku harus sampai membayarnya hingga berdarah seperti itu." Hyunjin kembali terisak kuat dengan mata yang menatap pada sepatu mengkilat Sehun.

"Aku dan Yeji memang bukan anak kandung kalian, tapi kalian sudah sepakat untuk memasukan kami ke dalam keluarga kalian. Jika sekiranya sekarang kalian merasa sedikit terbebani, aku dan Yeji akan kembali ke rumah kami sebelumnya." Air mata Hyunjin berderai ramai menjatuhi pipinya. Ia sudah menahan ini sejak lama, akan tetapi sekarang sudah tidak dapat lagi Hyunjin pendam.

Jasper hanya menduduk dengan tangan terkepal erat. Ia merasa benar-benar gagal menjadi seorang kakak. "Aku minta maaf karena tidak bisa menjaga adik-adikku." Bisik Jasper. Menahan isakan karena Hyunjin lebih butuh sejujurnya.

"Apa yang kalian bicarakan, tidak ada satu pun yang salah diantara kalian. Aku tidak terbebani sedikit pun. Kenapa mommy kalian bisa seperti itu?" Sehun tidak habis pikir. Setahunya, Irene dan anak-anaknya selama ini baik-baik saja.

"Dari awal mommy tidak pernah menyukai kami. Dia takut jika..." suara Jasper tercekat di tenggorokannya. Ragu antara melanjutkan ucapannya atau tidak. "Jika seandainya kami juga mendapatkan warisan darimu, padahal kami hanya anak adopsi." Suara Jasper makin mengecil di ujung kalimat.

Semua duri yang selama ini ia tahan bersama adik-adiknya akhirnya keluar juga.

Sehun terdiam untuk beberapa waktu. Ia baru tahu jika ternyata istrinya begitu serakah seperti itu. "Aku akan bicara dengan mommy kalian nanti." Sehun memeluk singkat Jasper dan Hyunjin. Menenangkan perasaan campur aduk yang saat ini tengah anaknya rasakan.

"Kami ingin ke rumah grandpa saja boleh tidak, Dad?" Hyunjin tahu jika mereka juga berada di rumah, Irene akan semakin membenci mereka nantinya. Bukan hanya itu, bisa saja kegilaan wanita itu yang selama ini ia simpan keluar begitu saja karena sudah terlanjur terbuka.

Mengangguk, Sehun mengusap pelan kepala Hyunjin dan juga Jasper. "Silakan, nanti Haowen akan daddy minta uncle kalian untuk menjemputnya. Tak apa?"

"Tak apa."

Lamunan Sehun buyar saat suara Suzy mengalun lembut di telinganya.

"Presdir?"

"Ada apa? Masih terlalu pagi untuk bangun sekarang." Sehun memperbaiki letak selimut Suzy yang sudah merosot jauh karena Haowen sepak barusan.

Alis Suzy bertaut heran. Menatap jam digital yang tak jauh dari mereka. "Presdir bangun lebih dulu. Ada sesuatu?" Tanya Suzy. Memperbaiki kepala Haowen yang sudah merosot turun dari lengannya.

Diam beberapa saat, Sehun menggeleng pelan. Mengacak-acak surai legam Suzy hingga terlihat begitu berantakan. "Masih ada tiga jam lagi sebelum waktu bangun. Lanjutkan tidurmu."

"Presdir juga."

"Iyaa."




Rawr...

Last Hopeजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें