Hanya Ayra sendiri di asrama, sedangkan semua santri masih khusyu' mengafsahi kitab didalam masjid yang dipimpin oleh Abah Umar.

.....

"Assalamualaikum, lah ni anak udah kelar hukumannya?" ujar Adel mulai memasuki kamar dan melihat Ayra sedang memejamkan matanya.

"Kayaknya Ayra kecapean banget." timpal Maya melihat Ayra tidur dengan kening yang mengkerut.

"Iya jadi gak tega mau bangunin, tapi sekarang udah waktunya madin malam gimana dong?" timpal Farah.

"Biar gue yang bangunin." ujar Adel diangguki Maya dan Farah.

.....

"Kamu mau ngajar Ray?" tanya umma yang melihat putranya bersiap.

"Iya umma." balas Rayyan.

"Ngajar ma'had kelas berapa?"

"Ma'had 3 umma."

Pesantren memiliki beberapa tingkatan, tingkat 1 untuk kelas Mts 1-3, tingkat 2 untuk kelas Aliyah 1-3, dan tingkat 3 adalah tingkat dimana santri yang baru memasuki pesantren setelah mereka lulus Aliyah/SMA.

"Jangan galak-galak kalo ngajar Ray, disana ada istri kamu, jangan bikin dia gak betah sampai dia kabur kayak tadi." titah umma.

Ray yang mendengar itu mendengus pelan mengingat kelakuan Ayra hari ini yang membuat ia mendapat omelan dari cinta pertamanya itu, siapa lagi kalo bukan umma nya sendiri.

"Iya umma, Ray usahain, kalo gitu Ray pamit, Assalamualaikum." pamit Rayyan mencium tangan umma Maryam.

"Wa'alaikumussalam."

.....

"Ra, bangun berangkat madin buru." ujar Adel membangunkan Ayra yang sedang memejamkan matanya.

"Hmm, duluan aja." balas Ayra lirih.

Jujur, dirinya sangat pusing sekali, ditambah badannya yang kini terasa sangat dingin dengan selimut yang sudah menutupi seluruh badannya.

"Hari ini jadwalnya Gus Rayyan Ra, gak boleh telat sedetikpun, jadi buru bangun." lanjut Adel mengguncang tubuh Ayra.

"Hmm duluan aja Del, gue izin gak masuk." ujar Ayra dengan suara seraknya dan mata yang masih tertutup.

"Heh lo kenapa? sakit?" panik Adel melihat Ayra yang terlihat pucat, kemudian mengecek suhu badan Ayra.

"Panas banget." ucap Farah yang ikut mengecek kondisi Ayra.

"Aku ambilin obat dulu bentar." ujar Maya pergi ke kantor pondok, belum sampai tiga menit Maya kembali memberikan obat itu.

"Nah ini obatnya, ayo Ra diminum." Ayra menggeleng pelan kemudian berkata.

"Kalian berangkat aja nanti telat, iya nanti obatnya gue minum."

Adel yang mendengar itu pun melihat ke arah jarum jam.

"Beneran lo gak papa? atau mau ke UKS pesantren aja? disini sepi Ra, anak-anak udah pada berangkat madin." balas Adel yang diangguki Ayra.

"Gak papa, gue disini aja."

"Yaudah kita berangkat dulu, obatnya jangan lupa diminum." ujar Adel.

"Hm makasih."

Ciyee perhatian banget si Adel takodel-kodel, jangan salah gaes, biasanya orang yang suka ngajak ribut emang dia yang paling perhatian wkw.

.....

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." salam Gus Rayyan memasuki kelas.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh."

"Apa malam ini ada yang berhalangan hadir?" ujar Gus Rayyan melihat satu persatu santrinya dan tidak menemukan Ayra.

"Ayra izin Gus." ujar Adel mengangkat tangan.

"Kenapa?" singkat Gus Rayyan.

"Sakit gus, demam." balas Adel membuat Gus Rayyan terdiam. Demam? batinnya khawatir namun masih dengan tatapan datarnya.

"Bohong itu gus, paling juga pura-pura biar gak ngaji." timpal Amel.

"Bener tuh, kan dia juga sering banget telat." timpal teman Amel.

"Diam." ujar Gus Rayyan membuat ruangan seketika hening.

Gus Rayyan membuka ponselnya dan menelepon seseorang.

"Saya ada urusan mendadak, nanti ada Ustadz Yusuf yang akan menggantikan saya malam ini." ujar Gus Rayyan tiba-tiba.

"Baik gus."

"Kalo gitu saya permisi, tolong jangan ribut, fahimtum?!" ujar Gus Rayyan tegas.

"Fahimnaa."

"Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh." Gus Rayyan pun meninggalkan kelas.

.....

Gimana chapter kali ini?

Lanjut?

#ToBeContinued.

KIBLAT CINTAWhere stories live. Discover now