"Aku haus." ujarnya agar tak dimarahi.

"Minum besok. Cepat tidur."

"Baik."

Mau tak mau dia kembali menaiki kasur dan tidur membelakangi Hyunjin smbil meruntuki perbuatannya barusan. Felix gagal keluar kamar. Untungnya dalam keadaan mendesak dia sudah terlatih mencari alasan lain. Semua berkat hidup bersama Hwang Hyunjin.

Satu bulan kemarin membuat pria manis itu belajar banyak hal tentang pernikahan. Sayangnya tak ada satu pun yang terlaksana. Tiga hari sudah dia ditinggal di rumah besar yang akan dibersihkan oleh pembantu di dua kali seminggu.

Untungnya Hyunjin adalah orang yang rapi dan teratur. Rumah yang suasananya selalu dingin itu perlahan di dua hari ketika pembantu datang ke rumah. Saat itu juga suasana rumah menjadi hangat. Felix akan bercakap dan mengajak pembantu mencoba berbagai masakan yang belum pernah dibuatnya.

Felix sedang berkebun di temani pembantu ketika selesai mengerjakan bebersih rumah. Belakangan Felix hobi menanam banyak sayur dan tomat untuk dikonsumsi sendiri. Soal makan untuk Hyunjin, dia tak lagi memasakkan apapun untuk suaminya itu. Setiap pagi, Hyunjin akan makan di kantor yang sudah di siapkan oleh koki begitu juga untuk siang dan malam.

Di rumah pun Hyunjin akan dimasakkan oleh pembantu juga, jadi Felix memilih untuk masak untuk dirinya sendiri.

"Nona Hwang.. cobalah masak untuk tuan Hwang."

"Aku tidak bisa."

"Apa maksud nona berkata seperti itu? Aku sudah mencicipi masakan nona dan itu enak."

"Hyunjin harus mengukur makanan yang di makan dan yang paling tahu kan bu Kim."

"Aku akan mengajari nona."

"Iya. Tolong ajari aku besok ketika bu Kim kesini lagi." balasnya dengan tersenyum.

Walaupun sejatinya Felix tak akan melakukannya alias sebatas perkataan saja. Sudah beberapa kali dia mencoba memasakkan makanan untuk Hyunjin dan berakhir hanya dimakan sendiri.

"Dulu.. tuan Hyunjin selalu makan bersama tuan Sam. Dan.. ada satu teman yang sering datang kemari juga masak untuk tuan Hyunjin."

"Benarkah?"

"Iya. Dulu suasana di rumah ini sedikit hangat. Lalu menjadi suram karena tuan Hyunjin lebih sering di luar dibanding di rumah. Umn.. kalau tidak salah nama temannya dulu itu.. nona Wonyoung."

"Wonyoung?"

"Iya. Kata tuan Sam, mereka sudah berteman sejak kecil."

"Ooh begitu."

"Tapi.. semenjak nona Hwang ada disini. Suasananya menjadi cerah."

Felix tersenyum lembut. "Syukurlah."

Seiring berjalannya waktu, Felix merasa amat iri. Iri dengan kedekatan suaminya pada orang lain. Padahal posisinya saat ini adalah seorang istri. Berselang beberapa saat bu Kim izin pulang dan Felix memilih memasak roti.

Harum ruangan yang dipenuhi oleh aroma roti yang baru masak itu membuat Felix lupa akan hal-hal yang terpintas tentang masa lalu. Tak disangka Hyunjin telah kembali dengan menarik koper ke dalam ruangan. Seperti biasa, ketika Felix lebih dulu berada di rumah, dia akan menyambut kedatangan Hyunjin.

Tersenyum cerah karena akhirnya dia bisa melihat suaminya pulang dalam keadaan selamat.

"Kau membuat apa?" tanya Hyunjin yang baru saja menghirup aroma coklat.

"Roti.. coklat." jawab istrinya dengan semangat setelah Hyunjin menyadari jika dia memasak sesuatu.

"Jangan sampai menyia-nyiakan makanan."

"Baik. Hyunjin mau sepotong? Kata Sam, Hyunjin juga suka roti coklat." tawar si manis itu sambil berharap.

"Tidak"

Senyuman yang awalnya cerah itu perlahan memudar.

"Baiklah." Felix mengakhiri pertanyaannya karena Hyunjin terlihat amat lelah. "Aku akan membereskan dapur." katanya langsung berbalik ke dapur untuk mencuci piring.

Dia terlanjur membuat dua loyang roti dan besok sepertinya dia harus bagi-bagi ke teman-temannya. Lewat room chat Felix menawarkan roti yang untungnya semua temannya ingin mencoba.

Semenjak Hyunjin yang tiba-tiba sudah berada di kamarnya, Felix jadi sering menulis diari di walk in closet dengan mengunci pintu. Seperti sekarang, dia berjongkok sambil menghembuskan napas. Felix memulai goresan ceritanya di buku.

Hari-hari berjalan seperti biasa dan tak ada yang spesial. Tak terasa Felix sudah berada di penghujung semester 3. Dia tak lagi menyibukkan diri dan bahkan sangat sibuk sampai-sampai meminta izin pada Hyunjin untuk menginap di apartemen Chenle yang dekat dengan Universitas.

"Lix?"

"Iya?"

"Aku sebenarnya penasaran."

"Huh?"

"Kamu.. sudah nikah?"

Felix mematung, dia tak bisa memberi jawaban tentang hal itu.

"Lix?"

"Aku.."

"Aku pernah lihat kamu sama Hwang Hyunjin di acara awal musim panas kemarin. Terus baru minggu kemarin aku tanya tentang Hwang yang ternyata sudah menikah dan nama istrinya itu Hwang Felix."

Felix mengangguk. "Tolong jangan kasih tau yang lain." pintanya dengan menunduk.

"Kamu harus cerita tentang ini Lix."

"Kalau aku sudah siap ya."

"Iya.. tenang aja aku tidak akan berisik seperti Haechan."

Besoknya, ketika sore menyapa dengan warna jingga, Felix kembali ke rumah dengan tubuh super lelah dan mata panda. Ketika masuk ke dalam, dia melihat ada sepatu wanita dan langkahnya maju menuju dapur sembari mendengar suara wanita sedang bercakap bercampur dengan suara sang suami.

Sampai di dapur, betapa terkejutnya dia melihat kakak tingkatnya dulu sedang memasak di dapur ditemani Hyunjin. Wanita cantik itu tertawa dengan bahagianya. Sedetik kemudian pandangan mereka mengarah pada Felix yang baru datang.

"Ah.. apa dia istrimu?" tanyanya lalu berjalan mendekati Felix.

Hyunjin mengangguk dengan tersenyum.

'Apa itu?'
'Apakah suamiku baru saja tersenyum lembut padanya?'
'Aku bahkan belum pernah melihatnya'

"Halo Felix. Perkenalkan aku Wonyoung, teman kecil Hyunjin." Sapanya dengan amat ramah.

"Felix?" panggilnya lagi karena sedari tadi Felix tak bersuara.

"Selamat malam." sapanya balik dengan membungkuk.

"Aku baru saja memasak nasi goreng kimchi. Ayo ikut makan." Wonyoung menawarkam masakannya sambil memegangi tangan kiri Felix. Felix rasa, Wonyoung adalah tipe orang yang amat ramah.

"Ah terima kasih. Mohon maaf menolak, tapi tadi saya baru saja makan." tolak Felix dengan berbohong.

"Iya tidak apa. Kamu nampak lelah. Istirahatlah." saran Wonyoung dengan wajah perhatian.

"Baik. Permisi."

Felix berjalan menaiki tangga dengan bergumam.

'Dia baru saja memakai peralatan masakku'

Sampai di kamarnya, Felix mengunci pintu. Tubuhnya lelah dan dia menaruh tasnya di lantai dan menaiki kasur. Tak berniat membersihkan badan ataupun mengisi perut yang terus berbunyi karena lapar. Felix terlalu lelah untuk menangis. Lagi-lagi harus meredakan pedih dengan tidur lelap.

'Ada banyak hal yang tak kutahui tentangmu. Tapi semakin jauh aku berjalan, aku semakin ingin menutup keinginanku untuk mengenalmu'

Dalam keheningan malam, untuk pertama kalinya Felix tidur di kamarnya sendiri. Mengabaikan suara ganggang pintu yang berusaha ditarik tanpa terbuka karena Felix memilih kesendirian.


🍁 20/10/2023
🍁 JUNE_GN 

See you next chapter.

Kisah Kita | HyunLixWhere stories live. Discover now