💐 Part 51 : Membantu teman 💐

400 21 3
                                    

Azzam saat ini tengah menunggu jemputan ibunya, ia bermain dan duduk di ayunan. Azzam pun mengabaikan ucapan anak kecil disampingnya. Ia membiarkan anak itu terus berbicara sendiri.

Anak kemarin yang di dorong nya ternyata tidak menyerah. Dan ia terus menerus menempeli Azzam, hal itu membuat Azzam merasa jengah.

"Ih Azzam kok ga dengerin Reza sih!" ucap Reza. Namun Azzam memilih mengabaikan nya. Hingga salah satu guru pun langsung memanggil Reza karena kedua orang tuanya sudah menjemput.

Kini tersisa Azzam dan juga beberapa anak yang belum di jemput. Azzam di temani oleh salah satu guru. Tiba-tiba ada satu anak perempuan yang terjatuh. Akhirnya guru itu pun menolong nya. Ia membawa anak itu menuju uks.

Tatapan Azzam langsung tertuju ke arah jalan raya. Ia melihat ada anak perempuan yang sepertinya terjatuh. Bahkan ada tisu berserakan di sekelilingnya.

Azzam yang merasa kasihan pun berniat membantu nya. Bahkan ia sampai keluar dari dalam area sekolah. Ia membantu anak itu memasukkan tisu ke dalam kantong kresek.

Anak perempuan itu pun langsung mendongakkan kepalanya. Ia melihat anak lelaki yang membantu nya. "Telima kacih" ucap anak perempuan itu dengan cadel.

"Iya sama-sama" jawab Azzam sambil tersenyum. Azzam yang tidak pernah mengeluarkan suaranya saat ini berbicara dengan anak kecil itu. "Kenapa kamu jualan, dan tidak sekolah?" ucap Azzam.

Anak perempuan itu pun menundukkan kepalanya dengan sedih. "Mama dan Papa tidak punya uang" jawab nya. Azzam pun merasa kasihan dengan anak itu.

"Aku Azzam " ucap Azzam sambil mengulurkan tangannya. Anak itu pun meraih tangan Azzam. "Namaku Safa" jawab anak itu.

Azzam pun mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ia langsung memberikan nya kepada Safa. "Kamu boleh pinjam buku Azzam, kata Ayah belajar itu harus. Supaya kita pintar " jelas Azzam.

Anak perempuan itu pun menerima buku dari Azzam. "Safa juga mau pintal" serunya antusias. "Telima kasih Azzam, Azzam baik sekali" ucap nya.

Hening sejenak, Safa pun langsung menepuk dahinya. "Safa harus pulang, nanti Mama Papa marah" ucap Safa. "Dadah Azzam, besok kita ketemu lagi" lanjut Safa sambil melambaikan tangannya. Awalnya Azzam ingin mengikuti Safa, namun mendengar orang yang memanggil namanya membuat Azzam mengurungkan niatnya.

"Azzam!" panggil Ola. Ola pun dengan cepat melangkahkan kakinya kearah Azzam. Tiba di hadapan Azzam Ola pun langsung memeluk Azzam dengan erat. "Bunda khawatir, bunda takut kamu diculik" ucap Ola yang langsung menangis terisak.

Ia tidak ingin Azzam mengalami hal yang sama dengan anak perempuan nya. Ola pun langsung memeriksa satu persatu tubuh Azzam, dan memastikan jika Azzam tidak terluka.

"Bunda nangis!" lirih Azzam. Azzam pun langsung memeluk Ola. Ia menangis di pelukan Ola. "Maafin Azzam, Azzam nakal" ucap Azzam.

Ola pun langsung menggendong tubuh Putra nya, ia mengelus punggung kecil itu. "Bunda cuma khawatir sayang, Azzam jangan lakukan itu lagi ya. Kalo Bunda belum datang Azzam tunggu di dalam" jelas Ola. Azzam pun langsung menganggukkan kepalanya.

"Bu maafkan saya ya, saya sudah lalai" ucap guru itu. Ola pun langsung tersenyum. "Tidak apa-apa Bu" jawab Ola. "Kalo begitu saya pulang dulu ya Bu" lanjut Ola. Ola pun langsung pergi ke arah mobilnya dengan membawa Azzam dalam gendongannya.

💐💐💐

Safa pun melangkahkan kakinya dengan riang. Hari ini tisu yang dijualnya laku habis, ia bisa membeli roti untuk nya makan. Safa pun dengan mengendap-endap berjalan menuju ke kamarnya. Namun hal itu terlihat oleh anak kecil lain. Anak kecil itu langsung berlari menuju ke ibunya.

"Ibu Ney tadi lihat Kak Safa bawa uang banyak" ucap Neysa. Wanita yang saat ini tengah duduk di sebuah sofa dengan memangku majalah miliknya pun langsung menggernyitkan dahinya heran.

"Dimana anak pembawa sial itu bisa dapat uang banyak" kerutnya tidak mengerti. Ia pun langsung melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia menuju ke arah gudang yang selama beberapa tahun ini dijadikan kamar gadis kecil itu.

Safa merasa terkejut ketika pintu kamarnya dibuka dengan kasar. Safa dengan segera langsung menyembunyikan uang nya di bawah kasur. Namun sayangnya ibunya sepertinya sudah melihat nya.

"Apa itu!" bentaknya. Safa pun menggelengkan kepalanya dengan takut, tubuhnya sampai gemetaran. Dengan kasar wanita itu menarik tangan Safa. Ia langsung merebut uang itu.

"Kamu mencuri ya!" teriaknya. Safa menggelengkan kepalanya dengan keras. "Safa tidak menculi" ucap Safa. Dengan entengnya wanita itu melayangkan tamparan kearah Safa. Hal itu membuat Safa tersungkur dan kepala membentur ujung meja.

Safa pun langsung menangis, tentu saja tamparan yang diberikan ibunya itu sangat sakit. Apalagi Safa baru berumur 5 tahun. Untung saja pembantu dikediaman itu langsung datang.

"Sudah nyonya, kasihan Non Safa" ucap Bi Ida. Perempuan yang dipanggil nyonya pun langsung mendengus kesal. Ia pun dengan segera meninggalkan keduanya.

"Jika saja pembantu itu tidak mengancam ku untuk melaporkan kepada pihak berwajib, udah aku siksa anak itu" ucap nya dengan kesal.

Bi Ida pun langsung memeluk tubuh Safa. "Bi sakit" ucap Safa. Bi Ida pun langsung terkejut ketika melihat darah yang mengalir dari dahi Safa. "Aduh Non, kita kerumah sakit ya" ucap Bi Ida.

Bi Ida pun langsung menggendong Safa, ia mencoba memanggil sopir. Namun seperti nya sopir itu baru saja pergi. Bi Ida pun langsung pergi ke depan, ia akan menunggu angkutan umum.

Namun sudah sepuluh menit namun ia sama sekali tidak melihat ada salah satu pun kendaraan yang lewat. Dengan nekad Bi Ida pun langsung menghentikan satu mobil. Hal itu membuat mobil itu pun langsung mengerem mendadak.

Untung saja keadaan jalan di sana sedang sepi. Sopir mobil itu pun keluar. "Tolong saya, bawa saya ke rumah sakit"  ucap Bi Ida dengan nada memohon.

Sopir itu pun tampak kebingungan, hingga pintu belakang mobil mewah itu pun terbuka. "Ada apa ini?" tanya pria itu. Bi Ida pun langsung mendekati orang itu.

"Tolong saya, tolong bawa anak ini kerumah sakit" ucap Bi Ida panik, pria itu pun merasa hatinya sakit. Ia mempersilahkan Bi Ida untuk menumpang menuju ke rumah sakit.

'Andai anakku masih hidup' ucap pria itu dengan sedih. Pria itu pun mengeluarkan sapu tangan miliknya. Sapu tangan itu hadiah dari istrinya. "Pakai itu, agar darahnya tidak terus keluar" ucap pria itu.

Bi Ida pun langsung mengambil nya. "Terimakasih banyak tuan" ucap Bi Ida. Pria itu tidak bisa melihat wajah anak itu. Karena ia bersembunyi di dada Bi Ida.

"Bi sakit " ucap anak perempuan itu dengan lirih. Mendengar suara anak itu yang kesakitan membuat pria itu pun mengeluarkan air matanya. Ia langsung mengalihkan tatapannya kearah luar jendela. "Non Safa yang sabar ya, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit" ucap Bi Ida.

💐💐💐
Declairs
Sabtu, 14 Oktober 2023

A Different New Life In The NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang