💐Part 23 : Disembunyikan Austin 💐

1.3K 106 2
                                    

Setelah kejadian tadi Ola banyak melamun, Ola terlihat sangat sedih. Apalagi setelah dibentak seperti itu oleh Abrar. Mengingat kejadian tadi membuat air mata Ola kembali menetes. Tapi ia paham jika Abrar bersikap seperti itu karena mengkhawatirkan dirinya dan juga bayi dalam kandungannya.

Tapi entah kenapa ketika ia dibentak oleh Abrar ia merasa sangat sedih. Air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi. Austin yang melihatnya pun langsung mengepalkan tangannya. Ia tidak bisa bisa menerima perlakuan Abrar kepada Ola tadi.

 Austin pun langsung mengusap bahu Ola. "Kamu baik-baik saja kan?" tanya Austin. Ola yang tadi memunggungi Austin langsung membalikkan tubuhnya. Ola mencoba tersenyum, namun Austin tahu jika senyum Ola itu palsu. "Aku ga apa-apa" jawab Ola.

Ola pun kembali memunggungi Austin, ia kembali melihat kearah jendela. Melihat beberapa kendaraan dan bangunan yang dilewati saat mobil berjalan. "Apa kamu perlu menenangkan diri, kakak punya tempat tersembunyi yang tidak diketahui oleh Abrar?" ucap Austin.

Mendengar pertanyaan dari Austin Ola merasa bingung. Ia takut jika mereka bertemu dalam keadaan marah maka suasana akan menjadi runyam. Bukankah pilihan yang diberikan oleh Austin merupakan pilihan terbaik untuk saat ini.

Lagi pula ia masih kecewa dan benar kata Kakaknya itu dia mungkin butuh waktu untuk menyendiri. Mungkin beberapa hari pergi tidak masalah bukan?, tanya nya dalam hati.

"Ola!" panggil Austin ketika melihat Ola hanya melamun. Ia khawatir ketika yang dipanggil hanya diam saja, jadi Austin pun di menepuk bahu Ola. Ola pun tersadar dari lamunannya. "Kamu ga apa-apa kan?" tanya Austin untuk kedua kalinya.

Ola pun langsung menggelengkan kepalanya. "Aku ga apa-apa, tadi aku hanya memikirkan usul dari kakak" jawab Ola, Austin pun langsung menghela nafasnya dengan lega.

"Jadi apa keputusan kamu?" tanya Austin. "Ola ingin menenangkan diri selama beberapa hari" jawab Ola. Austin pun langsung tersenyum, Abrar mungkin akan berpikir ulang untuk menyakiti Ola kembali. Ia akan berbohong kepada Abrar jika Ola tidak ingin menemuinya. Berbohong sedikit tidak masalah bukan?, pikirnya.

Setelah hening sejenak, Ola pun membuka suaranya. " Jadi bagaimana pakaian aku selama disana?" tanya Ola. Austin pun menatap teduh wajah Ola. "Kamu tidak perlu khawatir karena Kakak akan mempersiapkan semuanya" jawab Austin mencoba menenangkan Ola.

Ola pun hanya bisa pasrah, tiba-tiba Austin memutar kemudi mobil dan berbalik arah. Tidak terasa sudah tiga puluh menit Austin memutar balik arah. Saat ini Austin mengehentikan mobil nya di sebuah restoran.

"Lebih baik kita makan dulu, pasti kamu juga belum makan kan?" tanya Austin. Ola pun langsung menganggukkan kepalanya, keduanya turun untuk makan. Setelah selesai makan mereka langsung melanjutkan perjalanan nya. Austin membawa nya kesebuah kawasan apartemen yang berada di pinggir kota.

Setelah Austin memarkirkan mobilnya di basemen apartemen, keduanya pun berjalan bersama menuju unit apartemen milik Austin. Apartemen milik Austin berada di lantai lima. Setelah sampai Austin pun langsung mengantarkan Athalia menuju ke kamarnya.

"Ini kamar kamu untuk sementara, di dalam lemarinya juga sudah ada pakaian buat kamu" ucap Austin. Ola menggernyitkan dahinya bingung, sejak kapan Austin mempersiapkan semuanya. Melihat raut wajah Ola yang bingung Austin langsung menjelaskan. "Tadi kakak menyuruh asisten kakak" ucap nya.

Ola pun hanya menganggukkan kepalanya, tubuhnya terasa lelah. Sehingga setelah Austin meninggalkan nya ia langsung menutup pintu kamarnya. Ia langsung merebahkan tubuhnya tanpa membersihkan dirinya terlebih dahulu. Bahkan beberapa menit kemudian Ola sudah tertidur.

💐💐💐

Sementara Abrar saat ini sedang kebingungan mencari Ola. Ketika Ola di bawa pergi oleh Austin Abrar langsung menyusul mereka. Namun Abrar kehilangan jejak nya. Ia berpikir mungkin Austin membawa Ola kerumah.

Namun ketika Abrar tiba dikediaman keluarga Madhava ia sama sekali tidak menemukan keberadaan Ola maupun Abrar. Bahkan ia sempat diinterogasi oleh Ayah Ola. Tentu saja ia mendapatkan bogeman mentah dari Ayah Ola itu.

Abrar pun sudah bertanya kepada teman-teman Ola. Namun ketiga teman Ola sama sekali tidak mengetahui keberadaan Ola. Bahkan dikediaman Gunandra pun ia tidak melihat Ola.

Flashback on.

Setelah ia pergi dari kediaman keluarga Madhava, ia pun langsung pergi kekediaman nya. Abrar memarkirkan mobilnya dengan asal didepan kediaman nya. Baru saja ia masuk, Bunda Dara sudah memberondong nya dengan berbagai pertanyaan.

"Kamu sudah datang, dimana Ola. Kenapa kamu tidak bersamanya, bukankah sekarang jadwal kalian tinggal di sini?" tanya Bunda Dara secara beruntun. Abrar merasa bingung mendengar pertanyaan dari ibunya itu. Tapi satu hal yang ia ketahui jika sang ibu pun sama-sama tidak mengetahui keberadaan Ola saat ini.

Melihat keterdiaman Abrar Bunda Dara merasa ada masalah diantara keduanya. "Ada masalah apa kamu dengan Ola?" tanya Bunda Dara. Abrar menghela nafasnya pasrah, ia tidak mungkin bisa berbohong kepada ibunya itu.

"Abrar tidak sengaja membentak Ola. Abrar terkejut karena Ola yang hampir jatuh karena ia berlari dan memakai sepatu hak" ucap Abrar. Hening sejenak, hingga suara Abrar kembali terdengar. "Abrar tidak tahu keberadaan Ola saat ini, karena Austin membawanya pergi".

Bunda Dara menghela nafasnya. "Bunda tahu kamu tidak bermaksud, tapi kamu juga salah. Mungkin bukan hanya kamu yang terkejut, tapi Ola juga. Apalagi Bunda lihat Ola sangat menyayangi anaknya, ia pasti juga sempat terkejut dan takut karena hampir membuat janinnya celaka" ucap Bunda Dara.

Bunda Dara sebenarnya ingin memarahi Abrar, tapi melihat luka lebam di sudut bibirnya membuat Bunda dari tidak tega. Sementara Abrar ia langsung menundukkan kepalanya mendengar ucapan dari ibunya. Ucapan ibunya itu menyentil hatinya. Ia sibuk dengan rasa khawatirnya dan kurang bisa mengontrol emosi nya . Ia bahkan tidak memikirkan Ola yang terkejut.

"Apa kamu sudah mencoba menelpon nya?" tanya Bunda Dara. Abrar pun langsung teringat, kenapa tidak dari tadi. Ia langsung menghubungi nomor Ola, namun tidak di angkat. Begitu juga dengan Austin yang sama-sama tidak mengangkat ponselnya.

Abrar pun mencoba melacak keberadaan mereka. Ia pergi ke kamarnya untuk mencari komputer miliknya. Bunda Dara bingung melihat Abrar yang terlihat buru-buru. Ia langsung menyusul Abrar kedalam kamarnya. Bunda Dara hanya diam ketika Abrar sibuk dengan komputer dihadapannya itu.

Beberapa puluh menit berkutat, Abrar pun mengetahui keberadaan lokasi Ola dan Austin. Ia pun langsung menyambar kunci motor yang berada diatas nakas. "Kamu mau pergi ke mana Abrar?" tanya Bunda Dara.

"Abrar ingin menjemput Ola, Abrar pamit Bunda" ucap nya yang langsung terburu-buru. "Hati-hati" teriak Bunda Dara ketika Abrar sudah berlari menuruni tangga. Namun ucapan Bunda Dara ia abaikan. Yang saat ini menjadi fokus utamanya adalah bertemu dengan Ola.

💐💐💐
Declairs
Senin, 12 Desember 2022

A Different New Life In The NovelWhere stories live. Discover now