💐Part 10 : Semakin dekat 💐

3.6K 284 7
                                    

Ketika terbangun dari tidurnya, ia merasa bingung karena seingatnya  dia tertidur di meja makan. Mungkin ada yang memindahkannya, pikirnya. Ia pun memutuskan untuk membersihkan dirinya.

Setelah selesai ia memutuskan untuk mencari keberadaan Abrar, karena ingin menanyakan dimana ponsel miliknya. Ketika ia akan turun menuju lantai satu, ia bertemu dengan Bunda Dara. "Bunda tahu di mana Kak Abrar?" tanyanya kepada Bunda Dara.

"Abrar tadi pergi ke kampus karena ada kelas, mungkin sebentar lagi ia akan pulang" jawab Bunda Dara. "Memangnya ada apa?" tanyanya kepada Ola. "Ola mau tanya ke Kak Abrar dimana ponsel Ola  Bunda" jawabnya. Bunda Dara pun langsung menganggukkan kepalanya.

"Ya sudah Bunda tinggal dulu ya, Bunda mau masak" ucap Bunda Dara. "Biar Ola bantu ya Bunda" ucap Ola. Bunda Dara pun hanya menganggukkan kepalanya. Setelah itu mereka berdua pun langsung melangkahkan kakinya menuju ke dapur.

"Bunda mau masak apa?" tanya Ola kepada Bunda Dara. "Bunda mau masak makanan kesukaan Abrar, garang asem, perkedel, dan ayam serundeng" jawab Bunda Dara. Ola pun langsung mengangguk mengerti, ia tidak menyangka makanan kesukaan Abrar adalah makanan khas Indonesia.

"Bunda biar Ola saja yang memasaknya, Bunda hanya perlu mengarahkan saja" ucap Ola. Bunda Dara tampak ragu, ia bukan meragukan Ola yang bisa memasak atau tidak. Ia hanya takut jika nanti Ola kelelahan, dan berakibat kepada janinnya. Tapi ia tidak bisa menolaknya, ketika melihat Ola memohon seperti itu.

Ia pun hanya bisa menganggukkan kepalanya. Bunda Dara hanya mengarahkan apa yang harus dilakukan Ola. Ola melarangnya untuk ikut turun tangan membantunya.

Karena Ola tidak pernah memasak, ia cukup kesulitan. Dan beberapa jam kemudian masakannya pun jadi. Ketika melihat Ola yang akan membantu Bi Siti menyusun makanan Bunda Dara pun langsung melarangnya. "Jangan, kamu duduk saja!" perintah Bunda Dara yang tidak ingin di bantah.

Ola pun hanya bisa menurutinya, ia pun langsung duduk di kursi meja makan. Ia pun langsung mengelus perutnya. Meski perutnya belum terlalu menonjol. Tetapi setelah mengetahui ada nyawa yang bersemayam di dalam rahimnya.

Sementara Bunda Dara tersenyum melihatnya, ia bisa melihat kasih sayang yang terpancar dari Ola untuk bayinya. Tidak lama datanglah Ayah Sean, Bunda Dara pun langsung menyalami nya. Setelah itu Ayah Sean pun langsung duduk di meja makan. Tidak lama setelahnya Abrar pun datang, dapat terlihat dari raut wajahnya jika ia terlihat lelah.

Tetapi ketika Ola melihat kearahnya, ia langsung menyunggingkan senyumnya. Sementara Ola, ketika ia melihat Abrar yang mendekat ia pun langsung berdiri. Ola langsung meraih tangan Abrar dan langsung menyalaminya. Abrar pun langsung mematung, ia tidak menyangka Ola akan menyalami nya layaknya suami istri.

Ia pun berpikir ini mimpi, jadi ia memejamkan matanya. Namun ketika ia membuka matanya ia tetap melihat Ola. "Kakak kenapa?" tanya Ola kebingungan. Abrar pun langsung gugup ketika ditanya seperti itu. "Aku tidak apa-apa" jawab Abrar.

Bunda Dara dan Ayah Sean pun langsung terkekeh geli melihat sikap Abrar itu. "Abrar kamu cepat duduk, dan cicipi masakan Ola" ucap Bunda Dara. Abrar pun langsung duduk tepat dihadapan Ola. "Kamu tahu Ola memasak makanan kesukaanmu" lanjut Bunda Dara.

Bunda Dara pun langsung mengambilkan makanan untuk Ayah Sean. Ola pun mengikuti apa yang dilakukan Bunda Dara. "Kakak mau apa?" tanya Ola. "Aku mau mencicipi seluruh masakan kamu" jawab Abrar. Ola pun langsung mengambilkan Abrar makanannya. Awalnya ia ragu, karena porsi makan Abrar banyak sekali.

Ketika Abrar memakan makanan buatannya, Ola pun menunggu komentar dari Abrar. Namun tampaknya Abrar sama sekali tidak ingin memberikan komentar untuk masakannya. "Abrar bagaimana masakan Ola?" tanya Bunda Dara.

Abrar pun langsung mengangkat kepalanya, ia pun tersenyum menatap Ola. "Ini enak sekali, terima kasih Ola" ucap Abrar yang dijawab anggukkan kepala oleh Ola.

"Ya jelas enak, orang buatan mantu Bunda" ucap Bunda Dara. Ola yang mendengarnya langsung tersenyum. "Bunda bisa aja, ini juga karena Bunda yang membantu Ola memasak. Terima kasih Bunda" ucap Ola. Bunda Dara pun langsung menganggukkan kepalanya.

Mereka pun langsung fokus kepada makanan milik mereka. Setelah makan mereka memutuskan untuk berkumpul diruang keluarga. Mereka mengobrol selama beberapa jam. Hingga jam sudah menunjukkan jam sembilan malam. Mereka semua pun langsung masuk kedalam kamarnya masing-masing.

Sementara Abrar langsung masuk keruang kerja dan juga ruang belajar nya. Yang terhubung langsung dengan kamarnya. Abrar pun sibuk berkutat dengan berkas-berkas perusahaan yang mulai besok di pimpin nya.

Sementara Ola saat ini ia tengah merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia pun langsung tertidur. Namun beberapa jam kemudian ia pun terbangun lagi. Perutnya terasa lapar. Dan ia sangat menginginkan siomay saat ini. Tapi ia tidak mungkin bisa membelinya, ia tidak tahu jalan.

"Jangan sekarang ya baby, besok Bunda janji bakalan beliin siomay yang banyak" ucapnya dalam hati sambil mengelus perutnya. Ola pun mencoba memejamkan matanya. Namun ia sama sekali tidak bisa tertidur kembali. Beberapa kali ia membalikkan tubuhnya, dan mencari posisi yang nyaman.

Tapi sepertinya hal itu sama sekali tidak berarti. Ia masih saja tidak bisa tertidur, ia sangat lapar dan sangat menginginkan siomay. Ia pun terisak sendirian, bahunya bergetar. Ia pun menutup mulutnya agar isakannya tidak mengganggu orang lain.

Di sisi lain Abrar saat ini tengah meregangkan otot tubuhnya. Ia baru saja selesai memeriksa berkas perusahaan. Jam pun menunjukkan pukul 23.30. Ia pun memutuskan untuk tidur, namun ketika sampai dikamar ia samar-samar mendengar isakan tangis seseorang.

Ketika ia melihat kearah Ola, ia melihat jika bahu Ola saat ini tengah bergetar. Ketika ia semakin dekat dengan Ola, semakin jelas pula suara isak tangisnya. Tentu saja Abrar pun langsung panik, ia takut Ola sedang sakit.

Ia pun langsung memegang bahu Ola. "Ola kamu kenapa!" tanya Abrar khawatir. Namun Ola sama sekali tidak menjawabnya, ia terus terisak. "Ola jawab, jangan buat aku khawatir. Kamu sakit, kita pergi ke rumah sakit ya" ucap Abrar panik.

Namun Ola pun langsung menggelengkan kepalanya dengan kencang. "Tidak, aku tidak sakit" jawab Ola lirih. "Lalu kamu kenapa, ada masalah apa?" tanya Abrar.

"Aku ga tahu, tapi aku sangat menginginkan makan siomay. Aku udah coba tidur tapi ga bisa" jawabnya sambil terisak. Abrar pun langsung menghela nafasnya, ia pikir ada apa.

"Itu namanya ngidam Ola, kenapa kamu ga bilang ke aku. Aku bisa mencarikan siomay buat kamu" ucap Abrar lembut, hal itu membuat tangis Ola pun berhenti.

"Tapi aku mau ikut" ucap Ola. Abrar sebenarnya ingin menolaknya, karena ini sudah malam. Ia takut Ola kelelahan, namun ia tidak bisa menolak. Ola sangat jarang sekali meminta sesuatu kepada nya.

"Ya sudah, sebentar aku ambilkan jaket untuk kamu" ucap Abrar. Abrar pun langsung memeriksa lemari pakaian miliknya. Ia pun mencari jaket untuk di pakainya, dan juga jaket yang cocok untuk Ola.

Setelah ia menemukan nya, ia langsung memakai jaket berwarna hitam miliknya. Ia pun langsung memakai Ola sweater yang berwarna hitam. Tubuh Ola yang kecil pun tenggelam dalam sweater milik Abrar. Meski begitu, Ola tampak terlihat imut.

Setelah bersiap mereka pun langsung berjalan menuju kearah mobil. Mereka pun langsung menjalankan mobilnya mencari tukang siomay.

Setelah beberapa puluh menit kemudian mereka pun akhirnya menemukan tukang siomay nya. Setelah itu mereka pun langsung memakan siomay itu disana. Setelah menuntaskan rasa ngidam Ola, mereka pun langsung pulang.

💐💐💐
Declairs
Sabtu, 20 Agustus 2022



A Different New Life In The NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang