💐Part 50 : Hadiah untuk Azzura?💐

429 22 0
                                    

Mereka bertiga keluar dari dalam supermarket. Untuk belanjaan mereka sudah menyuruh supir dan juga pegawai toko untuk membawakan nya menuju ke mobilnya.

Tiba-tiba langkah Azzam pun langsung terhenti disebuah toko boneka. Ola dan Abrar menggernyitkan dahinya bingung. "Ada apa Azzam?" tanya Ola.

"Azzam mau beli boneka" jawab Azzam. Mendengar jawaban Azzam membuat Abrar pun tertawa. "Kamu cowok, masa main boneka" ucap nya sambil terkekeh geli. Azzam pun langsung menatap tajam Ayah nya. Pasalnya Abrar terkesan sedang mengejek dirinya.

"Itu bukan buat Azzam ya" ucap Azzam sambil menatap kesal kearah Abrar. Melihat anaknya yang sudah kesal, Ola pun langsung menyikut Abrar. Ia memerintahkan Abrar untuk berhenti tertawa.

Abrar pun langsung terdiam setelah di tegur oleh Ola. Ola pun langsung membungkukkan badannya. "Memangnya Azzam ingin membeli boneka untuk siapa?" tanya Ola.

"Azzam mau beli untuk adik Azzura. Azzam kan sudah dapat hadiah komputer, jadi Azzam juga harus membelikan adik mainan" ucap Azzam. Hal itu membuat kedua orang tua nya mematung. Bahkan Ola pun sampai meneteskan air matanya.

Melihat sang Bunda yang menangis membuat Azzam panik. "Bunda kenapa, Azzam nakal ya!" ucap nya merasa bersalah. Ola pun langsung menggelengkan kepalanya. "Engga Azzam ga nakal, Azzam kan anak baik" jawab Ola yang masih terisak.

Abrar pun mengelus bahu Ola. "Terus Bunda kenapa nangis?" tanya Azzam. Ola pun langsung menghapus air matanya. "Bunda tidak nangis, bunda terharu karena Azzam sayang dengan adik Azzura" ucap Ola.

Abrar pun dengan segera langsung mencairkan suasana. "Baiklah Azzam, kita cari hadiah untuk adik Azzura!" seru Abrar. Keduanya pun langsung masuk kedalam toko itu. Sementara Ola hanya mengekor dari belakang.

Azzam pun terlihat bingung memilih mainan untuk adik nya. "Ayah, adik Azzura suka boneka apa ya?" tanya Abrar bingung. "Em, adik pasti suka semua hadiah yang dipilih Azzam" jawab Abrar.

Azzam pun langsung tersenyum, ia langsung memilih boneka yang menurut nya menarik. "Ia pun membawa salah satu boneka Teddy bear berwarna pink. Dan juga membawa mainan Barbie.

Setelah selesai mereka pun memutuskan untuk pulang. "Bunda bolehkah kita pergi ke rumah adik Azzura. Azzam ingin memperlihatkan mainan Barbie ini " ucap Azzam.

Ola pun hanya bisa menganggukkan kepalanya. Mobil pun langsung melaju, sejam kemudian mobil pun tiba disebuah pemakaman umum. Tempat peristirahatan terakhir sang Putri. Yang lebih tragis adalah hari kelahiran dan kematian hanya berjarak satu hari saja.

Setelah sampai, Azzam pun langsung menuju ke makam Azzura. "Adik lihat, Azzam membawakan mainan. Tadi Azzam juga membawa boneka Teddy bear yang besar. Tapi bonekanya tidak bisa di bawa ke sini" seru Azzam.

Azzam terus saja berceloteh ria, meski tidak ada yang menanggapi nya. Bahkan Ola pun langsung terisak menangis. "Sudah ya, ikhlaskan saja Azzura. Dia sudah tenang disana" ucap Abrar.

"Jika dia masih ada pasti Azzam akan senang" ucap Ola sambil sesenggukkan. Abrar pun langsung memeluk tubuh rapuh istrinya.

Setelah selesai dari makam, Ola pun lebih banyak diam. Azzam sendiri ia malah tertidur di dalam mobil. Mungkin Azzam merasa lelah setelah seharian beraktivitas.

Setelah sampai Abrar pun langsung menuju ke kamar sang anak. Sementara Ola ia langsung pergi menuju ke kamar mereka. Azzam pun sempat terusik dan terbangun dari tidur nya.

"Ayah" panggilnya dengan suara seraknya. "Iya nak, ada apa?" tanya Abrar. Azzam terlihat sedang mencari sesuatu. Bahkan ia langsung bangkit dari tidurnya. Ia pun menghampiri tas nya berada.

Azzam menggeledah isi tas nya. Hal itu membuat Abrar bertanya-tanya. "Kamu sebenarnya cari apa?" tanya Abrar kebingungan. "Ayah rubik Azzam hilang" keluh nya.

Sudah terlihat jika Azzam akan hampir menangis, Abrar pun langsung terkekeh. "Rubik nya tidak hilang Azzam, mungkin saja tertinggal di dalam mobil" ucap Abrar. Mendengar itu Azzam pun langsung berlari menuju ke tempat di mana mobil itu terparkir.

"Azzam jangan lari!" tegur Abrar ketika melihat sang anak hendak berlari menuju ke arah tangga. Abrar hanya takut anaknya itu terjatuh dan terluka. Mendapatkan teguran dari Ayah nya, Azzam pun memelankan langkah kakinya.

Pak supir yang kebetulan masih ada di sana pun bertanya. "Ada apa tuan?" tanya supir itu. "Bisa tolong bukakan pintu mobilnya, ada barang yang teringgal" ucap Abrar. Supir itu pun langsung menganggukkan kepalanya.

Azzam pun langsung mencari keberadaan rubik nya. Abrar pun ikut membantu nya. Tidak lama rubik itu pun ditemukan dan berada di bawah kursi. "Ini rubik Azzam" ucap Abrar sambil memberikan rubik itu.

Azzam pun langsung memeluk sang Ayah. "Terimakasih Ayah" ucap Azzam. Abrar pun tersenyum. "Sama-sama" jawabnya. Setelah itu Abrar pun langsung menggendong tubuh Azzam. Ia membawa Azzam menuju ke kamarnya.

Karena Azzam yang sudah bangun, Abrar pun memutuskan untuk memandikan Azzam. Setelah selesai ia pun langsung memakaikan piyama untuk San Putra. "Jagoan Ayah udah wangi", ucap Abrar.

"Saatnya tidur!" Lanjutnya lagi. Abrar membawa anaknya untuk tidur diatas kasur. "Ayah bacakan cerita ya" pinta Azzam. Abrar pun menganggukkan kepalanya.

Abrar pun membacakan cerita untuk sang anak. Tidak lama kemudian terdengar deru nafas teratur dari sang Putra. Abrar kembali menyimpan buku cerita sang anak diatas nakas.

Ia langsung menyelimuti tubuhnya, sebelum pergi Abrar pun mengecup kening sang anak. "Selamat malam boy" ucap nya.

Setelah itu ia langsung menuju ke kamarnya sendiri. Ketika ia membuka pintu kamar, keadaan kamarnya sudah gelap gulita. Ia berpikir jika saat ini Ola sudah tertidur.

Abrar pun memutuskan membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya. Setelah selesai mandi Abrar pun hendak naik keatas kasur. Ia dapat mendengar suara Ola yang tengah terisak. Bahkan bahu sang istri tampak bergetar.

Abrar merutuki dirinya yang malah acuh. Abrar pun langsung tertidur menghadap Ola. Ia langsung merengkuh pinggang ramping sang istri dan memeluknya dengan erat. "Kamu kenapa?, pasti teringat Azzura ya" ucap Abrar.

"Kamu tahu, memang Azzura sudah meninggal. Tapi dia tetap berada di hati kita" ucap Abrar. "Jangan kamu tangisi dia, dia pasti akan merasa sangat sedih melihat Bunda nya sedih" lanjut Abrar lagi.

Ola pun langsung membalikkan badannya. "Tapi kak, andai saja dulu aku berhasil menangkap penculik itu. Azzura pasti masih ada disini" keluh Ola merasa bersalah.

Rasa bersalah itu yang terus menghantuinya selama lima tahun. Ia selalu menyalahkan dirinya. Andai saat itu ia tidak tertidur. Andai ia bisa membawa anaknya, dan andai saja ia tidak mengejar penculik nya hingga membuat penculik itu berlari kejalan raya. Dan kecelakaan itu pun terjadi.

Namun semuanya hanya andai, ia tidak bisa mengubah waktu. "Itu bukan salah kamu, jangan terus menyalahkan diri sendiri oke" ucap Abrar.

"Sudah lebih baik kita istirahat" ucap Abrar. Abrar pun langsung menyelimuti tubuh mereka. Ia pun langsung mengecup kening Ola. "Good night my wife" ucap Abrar.

💐💐💐
Declairs
Selasa, 10 Oktober 2023
Publish, 11 Oktober 2023

Happy reading semuanya, saya akan usahakan cerita ini update tiap hari. Jadi tungguin ya kelanjutan ceritanya. Jangan bosen juga kasih vote dan baca cerita aku🤩🥰

A Different New Life In The NovelWhere stories live. Discover now