💐Part 42 : Rumah Sakit 💐

433 29 0
                                    

Abrar pun berlari di sepanjang lorong rumah sakit. Peluh yang mengalir, bahkan kemeja yang digunakan nya pun sudah berantakan. Ketika Austin mengabari Ola masuk rumah sakit, ia langsung pergi kesana.

Ia meninggalkan cafe nya ke pegawai. Dari jauh Abrar sudah melihat keberadaan Austin. Austin tengah duduk dengan cemas di depan ruang UGD.

Abrar pun langsung berlari menghampiri Austin. "Bagaimana keadaan Ola" ucap Abrar tanpa basa-basi. Austin pun langsung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu, saat ini Ola sedang diperiksa dokter" jawab Austin lesu.

Raut wajah khawatir terlihat jelas di wajah keduanya. "Bagaimana bisa Ola masuk rumah sakit, sebelum ke kampus Ola terlihat baik-baik saja?" tanya Abrar.

"Ola seperti nya syok karena mendapat teror. Hingga ia terjatuh dan tiba-tiba darah mengalir dari kakinya" jelas Austin. "Teror?" tanya Abrar.

"Iya, ia melihat kotak yang berisi bangkai kucing. Dengan tulisan aku akan membunuh kedua anakmu" jelas Austin. "Sepertinya teror itu ditujukan untuk anggota Rich Boys, karena semuanya pun mendapat teror yang sama" lanjut Austin.

Mendengar penjelasan dari Austin, membuat Abrar marah. Bagaimana bisa ada orang yang ingin mencelakai orang yang ia sayangi. Dalam hati nya ia bertekad untuk menangkap pelakunya dan menghukum nya.

Ia bukanlah orang baik, jika ada orang yang mengusik orang yang disayangi maka Abrar akan menghukum nya. Ia akan membuat orang itu sampai memohon kematian nya sendiri.

Hingga pintu ruang UGD terbuka. Keduanya pun langsung menolehkan kepalanya. Mereka dengan cepat langsung menghampiri Dokter yang memeriksa Ola.

"Bagaimana keadaan istri saya?" tanya Abrar dengan mendesak. "Keadaan istri anda baik, begitu juga dengan janinnya. Hanya saja saya menyarankan untuk istri anda di rawat beberapa hari di rumah sakit" jelas dokter.

Tidak para perawat pun keluar dari ruang UGD dengan mendorong brankar Ola. Ola tampak terkejut melihat keberadaan Abrar. Tadi Abrar mengabari akan pulang telat karena ada masalah di salah satu cafe nya.

"Kak Abrar" ucap Ola dengan suara lemah nya. Abrar pun langsung menghampiri Ola dan menggenggam tangan nya. "Ada yang sakit?" tanya Abrar. Ola pun menggelengkan kepalanya. "Tidak ada" jawabnya.

"Mohon maaf, tapi biarkan pasien di pindahkan ke ruang rawat terlebih dahulu. Ini demi kenyamanan pasien" tegur perawat. Abrar pun melepaskan genggaman tangan nya. Dan membantu mendorong brankar Ola.

Setelah diruang rawat, Austin menghampiri Ola. "Maafkan kakak ya Ola, kakak lalai lagi menjaga kamu" ucap Austin. Ola langsung menggenggam tangan Austin. "Ini bukan salah kakak, lagi pula sekarang Ola baik-baik saja" ucap Ola sambil tersenyum.

Pintu ruang rawat Ola pun terbuka dengan kasar. Ternyata kedua orang tua Abrar dan Ola yang membuka nya. Mereka pun langsung menghampiri Ola. "Ola kamu tidak apa-apa?" tanya Bunda Dara. Ola pun menggelengkan kepalanya, sambil tersenyum.

"Ola tidak apa-apa, hanya saja kata dokter Ola butuh istirahat" jawab Ola. Bunda Dara dan Mama Risa pun langsung menghela nafas nya dengan lega.

"Bagaimana bisa terjadi, kenapa kamu tidak menjaga Ola dengan baik" tegur Sean. Abrar pun hanya diam, karena memang ia juga salah karena lalai menjaga Ola.

"Papa itu bukan salah Kak Abrar" ucap Ola membela Abrar. Alex pun langsung menenangkan Sean, agar tidak marah kepada Putra nya sendiri. "Sudahlah Sean, lagi pula Abrar juga tidak ingin Ola kenapa-kenapa " ucap Alex.

"Bagaimana Ola bisa pendarahan, padahal tadi pagi ia baik-baik saja?" tanya Alex merasa bingung. Risa pun penasaran, karena tadi pagi Ola terlihat masih baik-baik saja.

Austin pun langsung menjelaskan kejadian nya, bahkan ia juga menceritakan teror yang di alami oleh para temannya. Rahang Sean dan Alex mengeras mendengar nya.

Alex begitu marah, bahkan para pengawal di rumah pun terkecoh. Ia tidak akan membiarkan orang itu pergi begitu saja. "Beraninya mereka bermain-y dengan keluarga Madhava" ucap Alex dengan geram.

Sean pun langsung tersenyum miring. "Kamu tidak perlu khawatir, aku yang akan menghukum mereka" ucap Sean dengan nada culasnya. Alex pun tersenyum mendengar ucapan Sean.

Ia sudah tahu bagaimana sifat keluarga Gunandra. Ia yakin pasti Sean akan memberika hukuman yang kejam. "Baiklah aku serahkan semuanya kepadamu" jawab Alex sambil menepuk pundak Sean.

Setelah itu ia langsung menghampiri Putri nya. "Biar Daddy kupas apel nya ya, bukankah ini buah kesukaan mu" ucap Alex.

Ola pun langsung menganggukkan kepalanya. Ia pun langsung melupakan ucapan antara Sean dan Alex. Ya Ola pikir memberikan hukuman yang di maksud adalah memenjarakan pelakunya.

Tapi pemikiran Ola sangat berbeda dengan pemikiran kedua pria paruh baya itu. Tentu saja hukuman nya bukanlah penjara. Bukankah hukuman penjara sangat ringan.

Sean akan membuat sebuah penjara yang mengerikan. Ia sama seperti Abrar yang akan membuat orang itu sampai memohon ampun kepada nya.

Kita lihat saja sampai mana mereka akan bermain-main dengan keluarga Gunandra dan Madhava. Tentu saja mereka akan mencari pelakunya sampai ketemu, bahkan sampai ke ujung dunia pun akan mereka kejar.

Uh, Rasanya Sean sudah tidak sabar untuk bermain-main dengan pelakunya. Ia sudah lama tidak melakukan hal ini semenjak Abrar masuk kuliah.

Bunda Dara dan Mama Risa yang sudah tahu bagaimana kekejaman kedua suaminya pun hanya bisa meringis.

Sementara Abrar dan Austin sama sekali tidak merasa takut. Mereka justru merasa senang jika pelakunya dihukum dengan berat.

Bahkan mereka pun sepertinya akan ikut membantu menangkap pelaku. "Lihat saja kemana pun kamu pergi, aku akan menangkap mu" ucap batin Abrar.

💐💐💐
Declairs
Rabu, 4 Oktober 2023

A Different New Life In The NovelWhere stories live. Discover now