💐 Part 45 : Kebahagiaan sesaat 💐

622 22 0
                                    

Ruang rawat Ola saat ini tengah dipenuhi oleh para temannya. Semua merasa sangat senang mendengar kabar jika Ola sudah melahirkan. Saat ini teman Ola sedang mengerumuni dua bayi kembar itu.

Mereka merasa gemas dengan kedua bayi itu. "Lucunya" ucap Rara. Ola pun hanya tersenyum melihat tingkah para temannya. Ia merasa bahagia, kehidupan nya saat ini sangat baik.

Ia bersyukur karena berada di dunia ini, ia ingin meminta agar bisa terus selamanya di sini. Mungkin terdengar egois, namun memang benar. Kehidupan di dunia ini ia merasa sangat bahagia.

Ia dikelilingi oleh orang-orang yang sangat mencintai nya. "Namanya siapa Ola?" tanya Rara.

"Yang cowok, Azzam Adicandra Gunandra dan perempuan Azzura Adikirana Gunandra" jawab Ola. Teman Ola pun menganggukkan kepalanya mengerti. Setelah itu mereka terus-menerus mengajak kedua bayi itu berbicara.

Temannya itu terus saja berbicaralah, seakan-akan bayinya akan mengerti. Ola pun merasa lelah sebenarnya. Namun ia merasa sungkan karena ada temannya.

"Aku lapar nih, Gita antar aku cari makan yuk!" ajak Aulia. Anggita yang mendengar ucapan Aulia pun langsung mendelik kesal.

"Ga ah males, udh sendiri aja" ucap Anggita dengan ketus. Hal itu membuat Aulia kesal. "Gita, ayolah" ucap Aulia membujuk. Bahkan ia bergelayut manja di lengan Anggita.

Namun Anggita langsung menepis nya dengan kasar. "Udah jangan manja" sarkas Anggita. Rara yang melihatnya pun merasa jengah. Karena Aulia akan terus seperti ini hingga keinginan nya terpenuhi.

"Ayo aku antar kamu!" ajak Rara. Aulia pun langsung berseru senang, dan langsung menatap tajam kearah Anggita. Anggita yang ditatap tajam hanya acuh. Ia pun kembali fokus kepada kedua bayi kembar sahabat nya.

Ketika keluar dari ruang rawat Ola, Rara merasa ada yang aneh. Namun ia bingung apa?. Aulia yang melihat sahabatnya hanya diam saja pun langsung menepuk bahunya. "Ada apa Rara?" tanya Aulia.

"Ah tidak apa-apa" jawab Rara. Lalu keduanya pun kembali melanjutkan langkah mereka. Disepanjang jalan pun di isi dengan suara keduanya.

Sementara di ruang rawat Ola, Anggita pun tiba-tiba merasa ingin buang air kecil. "Aduh Ola aku ke kamar mandi dulu ya" ijin Anggita. Sementara Ola ia hanya menganggukkan kepalanya saja.

Ola pun memilih memejamkan matanya sebentar. Namun ia baru beberapa menit ia memejamkan matanya. Ia mendengar salah satu anaknya menangis. Hal itu membuat nya membuka matanya.

Namun ia sangat terkejut ketika melihat anak perempuan nya sedang berada digendongan perempuan yang tampak asing di matanya.

Melihat orang yang terbangun, perempuan itu pun membawa kabur bayi Ola. Ola pun langsung berteriak yang membuat, Anggita panik. "Jangan bawa anakku!" teriaknya.

Ola pun langsung melepaskan jarum infusnya secara paksa, dan ia langsung berlari mengejar perempuan itu. Anggita yang baru keluar dari kamar mandi pun merasa bingung. Ia tadinya ingin mengejar Ola.

Anggita harus mengurungkan niatnya, karena ia mendengar bayi laki-laki Ola menangis. Ola pun terus mengejar perempuan itu. Hingga tiba di perempatan lorong rumah sakit ia tanpa sengaja menabrak orang.

Hal itu membuat nya kehilangan jejak sang penculik. "Ada apa Ola?" tanya Rara. Ternya orang yang ditabrak olehnya adalah Rara. "Ra anakku di culik, kita harus kejar perempuan itu!" ucap Ola dengan panik.

Lalu ke-tiga nya pun langsung mencoba mencari perempuan itu. Sekelebat Ola melihat perempuan itu. Ia langsung mengejarnya. Sementara Rara dan Aulia mengikuti Ola dari belakang.

"Jangan pergi, kembalikan anakku!" teriak Ola. Namun perempuan itu sama sekali tidak mendengar Ola. Ola pun terus mengejar orang itu. Hingga mereka saling kejar-kejaran di pinggir jalan. Tiba-tiba perempuan itu pun berlari ke tengah jalan.

Karena tidak melihat kanan kiri, perempuan itu dan bayi Ola pun harus tertabrak oleh sebuah truk. "Tidak!" teriak Ola. Ola pun langsung jatuh terduduk.

Rara dan Aulia yang juga melihat kejadian itu pun langsung menutup mulutnya. Mereka pun merasa syok. Sementara Ola saat ini tengah menangis tersedu-sedu.

Kendaraan yang ada disana pun langsung berhenti melaju. Sementara orang-orang langsung berkerumun. Ola dengan langkah yang lunglai pun langsung menghampiri anak nya.

Tubuhnya pun langsung jatuh ketika melihat jasad anaknya yang penuh dengan darah. "Tidak anakku!" ucap nya lirih. Setelah itu pandangan pun langsung menjadi gelap.

Saat itu seluruh dunia Ola pun kembali hancur. Baru saja ia merasa bahagia, namun seperti nya kebahagiaan itu hanyalah kebahagiaan sesaat.

Kejadian disana pun menjadi panik, Rara dan Aulia pun meminta bantuan warga disana untuk menolong wanita itu, Ola dan juga bayinya.

Petugas medis pun langsung berdatangan, sementara supir truk pun langsung diamankan oleh warga. Karena saat itu polisi belum tiba di tempat kejadian.

Kondisi Rara dan Aulia pun tidak baik-baik. Mereka pun sibuk melamun di depan pintu ruang UGD Ola. Meskipun begitu ia sudah menelepon Austin dan juga Abrar.

Keduanya pun merasa panik, bahkan Abrar pun sudah tidak mengendalikan kondisi nya. Mendengar kabar itu rasanya ia seperti kehilangan separuh jiwanya.

Beberapa menit kemudian, Abrar pun datang kerumah sakit. Ia datang bersama dengan Austin. "Ada apa, jelaskan semuanya!" ucap Abrar dengan nada menuntut.

Rara dan Aulia pun merasa kelu untuk menceritakan semuanya. Mereka tidak sanggup harus menjelaskan nya. "Cepat jelaskan!" bentak Abrar ketika melihat kedua nya hanya diam saja.

Rara pun langsung menjelaskan kronologi kejadian nya. Ia pun menjelaskan dengan suara yang bergetar, bahkan setelah ia bercerita ia pun langsung menangis tersedu-sedu.

"Ga mungkin, kalian bohong" ucap Abrar. Namun pertanyaan Abrar pun tidak di jawab keduanya. Melihat kondisi Rara dan Aulia sudah menjelaskan kepada nya jika seluruh kejadian ini bukanlah sebuah candaan.

"Ah sial!" seru Abrar. Ia pun langsung menonjok dinding yang berada di rumah sakit. Bahkan tangannya yang berdarah pun ia hiraukan.

Ia pun langsung jatuh terduduk dan menangis. Bahkan ia memukul kepalanya sendiri. Tidak lama terdengar suara langkah kaki yang bersahutan.

Austin sudah menjelaskan semaunya, Bunda Dara pun langsung memeluk Putra nya. "Bunda anakku!" ucap Abrar lirih.

"Iya sayang, kamu sabar" ucap Bunda Dara. Bunda Dara sendiri yang berkata untuk sabar, namun ia malah ikut menangis. Tiba-tiba Abrar pun langsung bangkit. "Aku harus menangkap pelakunya" ucap Abrar penuh emosi.

Ayah Sean pun langsung menghampiri Abrar dan mengangkat kerah bajunya. "Sadar Abrar saat ini bukan waktunya untuk balas dendam. Kamu harus memikirkan Ola, dia ada didalam sana!" bentak Ayah Sean.

Mendengar ucapan Ayah Sean membuat Abrar pun langsung tersadar. Ia pun langsung merasa lemas, Ola melihat nya. Ia menyaksikan kejadian itu dengan mata kepalanya sendiri. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Ola yang menyaksikan anaknya terbunuh tepat dihadapan nya.

💐💐💐
Declairs
Sabtu, 7 Oktober 2023

A Different New Life In The NovelWhere stories live. Discover now