💐Part 31 : Ola cemburu?💐

1.3K 87 0
                                    

Setelah acara kemarin, Abrar kembali ke aktifitas biasanya. Ia memulai kuliah nya pagi ini. Sama seperti biasa ia selalu dibuat kan sarapan oleh Ola.

Saat ini mereka masih berada di kediaman keluarga Gunandra. Ola sangat semangat membuat makanan untuk Abrar bersama dengan Bunda Dara. Bunda Dara selalu saja mengajarkannya resep baru setiap harinya.

Hal itulah yang membuat Ola sangat bersemangat. Pagi tadi di awali oleh perdebatan antara Bunda dan juga Ayah Sean. Ayah Sean sangat melarang keduanya untuk memasak.

Apalagi ketika ia mengetahui jika yang berada di dalam kandungan ada cucu laki-laki dan perempuan nya. Ia tidak ingin Ola kenapa-kenapa yang juga ikut berbahaya kepada janin yang dikandungnya.

Namun karena Bunda Dara mengancam akan marah. Maka Ayah Sean pun langsung mengijinkan mereka berdua memasak. Bunda Dara memang terlihat ramah, baik dan sangat jarang sekali terlihat marah-marah. Namun ketika ia sudah kesal atau marah kepada satu orang ia akan mendiaminya.

Bunda Dara seakan menganggap orang itu tidak ada. Dan Ayah Sean pernah mengalami hal itu. Dia diabaikan oleh Bunda Dara selama dua Minggu. Dan selama itu Ayah Sean merasa menyesal dan berjanji tidak akan membuat Bunda Dara seperti itu lagi.

Setelah kepergian Abrar, Bunda Dara Dara mengajak Ola kesebuah ruangan. Ola menggernyitkan dahinya bingung ketika melihat ruangan itu. "Ini ruangan apa Bunda?" tanya Ola penasaran.

"Ini ruang kenangan, Bunda sengaja membuat nya untuk mengabadikan beberapa momen. Bunda hanya ingin jika nanti kenangan ini akan dilihat oleh anak-anak kamu dan juga Abrar" jelas Bunda Dara.

Ola pun menganggukkan kepalanya mengerti mendengar penjelasan dari Bunda Dara. Ia memperhatikan semua foto yang terpajang. Ada foto pernikahan Bunda Dara dan Ayah Sean. Foto-foto Abrar dimulai dari masih bayi hingga sekarang. Ada juga foto pernikahan nya dengan Abrar dan juga foto USG kedua bayinya.

Ola tersenyum melihat beberapa foto kenangan itu. Pantas saja di tempat rahasia Abrar banyak memajang foto nya. Ternyata hobi mengoleksi foto dari Abrar menurun dari Bunda Dara.

"Kamu lihat ini, Abrar dulu sangat kecil sekali. Sekarang dia sudah besar dan punya keluarga. Tidak terasa ya waktu sudah berlalu begitu saja. Rasanya baru kemarin Bunda melahirkan Abrar" ucap Bunda Dara sambil menerawang jauh.

Ia mengingat-ingat memori masa lalunya itu. "Dulu Abrar sangat lucu sekali, dia terlihat ceria. Bahkan ketika Ayah akan pergi bekerja, Abrar akan merengek meminta ikut" jelas Bunda Dara.

Ola pun langsung melihat kearah Foto Abrar kecil yang sedang merengek sambil memegangi kaki Ayah Sean. Ola pun langsung terkekeh geli mendengar cerita Abrar.

"Ini foto dia yang lagi nyuri es krim, bisa-bisa nya dia membawa es krim sampai lemari. Bunda dulu khawatir mencari-cari Abrar, Bunda sudah berpikir jika Abrar di culik waktu itu" ucap Bunda Dara sambil terkekeh geli.

Ola pun sama seperti Bunda Dara ia bahkan sampai tertawa. Ola menggelengkan kepalanya tidak percaya, Abrar yang terkenal pendiam dan cuek ternyata nakal saat masih kecil. Ola pun mengelus perutnya dengan lembut. Ia tidak sabar melihat kedua anaknya lahir.

Semoga tingkah nakal Abrar sejak kecil tidak menurun kepada anaknya. Setelah bercerita panjang lebar Ola pun langsung melirik kearah jam. "Bunda Ola pamit pergi masak dulu ya. Ola mau membawakan bekal untuk Kak Abrar" pamit Ola.

"Biar Bunda bantu ya" ucap Bunda Dara menawarkan. Ola pun langsung menggelengkan kepalanya, ia merasa tidak enak jika harus merepotkan Bunda Dara. Lagi pula ia hanya memasak nasi goreng dan membuat beberapa sandwich.

"Tidak perlu Bunda, Ola bisa kok. Lagi pula entah mengapa akhir-akhir ini Ola sangat senang memasak" jawab Ola bercerita. Memang rasanya ia terus menerus ingin memasak. Padahal sebelumnya untuk memasak saja ia merasa enggan.

Bunda Dara pun langsung tersenyum mendengar penjelasan dari Ola. "Baiklah, jika butuh bantuan jangan sungkan ya" ucap Bunda Dara. Ola pun langsung menganggukkan kepalanya antusias.

Ia pun langsung pergi dari sana, dan menuju ke dapur. Ia mempersiapkan seluruh bahan-bahan untuk membuat nasi goreng. Ia juga akan menggoreng beberapa sosis dan juga nugget sebagai pelengkap nya. Untuk sandwich ia juga membuat nya beberapa potong.

Selain membuat makanan ia juga membuat jus alpukat kesukaan Abrar. Ia menambahkan es di jus itu agar lebih segar. Beberapa puluh menit kemudian, masakan Ola pun sudah jadi.

Ola langsung mengemas makanannya kedalam kotak makanan. Ola pun merasa puas dengan hasil karyanya ini. Ia pun memutuskan untuk bersiap. Ia memakai sebuah dress berwarna peach. Dress ini memang dikhususkan untuk ibu hamil. Apalagi saat ini kandungan Ola semakin lama semakin membesar.

Tentu saja kandungan juga lebih besar dari pada mengandung pada umumnya karena ia mengandung anak kembar. Setelah selesai bersiap, ia meminta sopir untuk mengantarkan nya. Ia akan menunggu Abrar di cafe.

Ketika Ola masuk, para pegawai pun langsung menundukkan kepalanya memberikan hormat kepada Ola. Ola pun tersenyum kearah pegawai Abrar. Mungkin nanti ia akan membicarakan kepada Abrar. Jika para pegawai nya itu tidak perlu sampai menundukkan kepalanya ketika ada Ola.

Ola pun langsung duduk di salah satu meja, yang dekat dengan kaca. Dion pun langsung menghampiri Ola. "Ibu bos mau pesan apa?" tanya Dion dengan nada bergurau nya. Ola pun langsung tersenyum, mungkin Dion termasuk pengecualian. Ia tampak santai berbicara kepada Ola.

"Bisa tolong bawakan es teh dan juga cake cokelat" pesan Ola. Dion pun langsung menganggukkan kepalanya. "Siap Bu Bos" jawab Dion. Dion pun langsung pergi ke dapur. Ketika tiba di pintu masuk cafe ia melihat Abrar yang tengah berdebat dengan salah satu wanita.

Ya, Dion sangat hapal dengan wanita itu. Siapa lagi jika bukan, Laura. Si cewek kegatelan yang terus menerus mendekati Abrar. Abrar sudah beberapa kali mengusir Laura, namun tampaknya Laura tidak pernah menggubris nya.

"Duh gawat ini, bisa terjadi perang dunia keempat kalau nyonya bos lihat!" monolog Dion. Dion pun di kagetkan dengan kehadiran Ola yang tiba-tiba muncul. "Ada apa sih kenapa rame-rame?" tanya Ola bingung.

Dion pun tampak gelagapan ketika ditanya oleh Ola. 'Ayo dong otak berpikir, gimana cari jawaban!' batin Dion kesal. Lalu tiba-tiba ide terlintas di kepalanya. "Ah biasa itu ada orang yang jatuh" ucap Dion.

"Bu Bos lebih baik duduk saja" ucap Dion menuntun Ola duduk di sebuah kursi. Ola pun menatap Dion penuh selidik, Dion seperti orang yang tengah menyembunyikan sesuatu. "Kamu kenapa sih, biar saya lihat!" tukas Ola. Ola pun langsung mendorong Dion.

Tentu saja Dion tidak akan berani menahan Ola, karir nya bisa terancam. "Gawat ini!" ucap Dion panik. Ia pun langsung menyusul Ola. Dan sepertinya Ola sudah melihatnya. Ola melihat Abrar menerima bekal makanan dari seorang perempuan.

Hati Ola terasa panas, ia tidak bisa menerima nya. Mengapa Abrar menerima bekal dari cewek itu. Padahal ia sudah membuatkan Abrar bekal. Abrar pun menatap kearah Ola, ia bisa melihat tatapan kecewa yang di layangkan Ola untuk nya.

Ola pun dengan segera langsung berbalik. Ia menyerahkan rantang makanan yang diberikan nya kepada Dion. "Makanan nya buat kamu aja, karena ga ada yang makan" ucap Ola. Setelah itu Ola pun langsung menyambar tas nya dan pergi dari cafe itu dengan sopir.

Abrar pun langsung mengembalikan kotak makan itu kepada Laura. "Saya harap kamu jangan ganggu saya lagi!" ucap Abrar dengan tegas. Hal itu membuat Laura pun takut. Ia menghampiri Dion dan menyambar bekal makanan dari Ola yang seharusnya untuknya itu.

Abrar pun langsung pergi menyusul Ola. Kebetulan saat ini jam kuliah nya sudah habis. Tadinya setelah ia kuliah akan pergi menuju ke kantor Ayah. Namun urusan kantor ia tunda terlebih dahulu karena ada urusan lain yang lebih penting.

"Huh sabar, kenapa selalu gue yang kena" ucap Dion sambil mengelus dadanya. Ia pun langsung menatap tajam Laura. Setelah itu ia meninggalkan Laura sendiri dan kembali bekerja.

💐💐💐
Declairs
Senin, 13 Februari 2023

A Different New Life In The NovelWhere stories live. Discover now