💐Part 37 : Pillow talk 💐

515 30 0
                                    

Saat ini Ola sedang duduk berhadapan dengan Abrar. Ola pun menghadap ke arah Abrar. Ola meneteskan obat ke kapas, dan mengobati luka Abrar.

Ola terlihat sangat khawatir dengan kondisi Abrar saat ini. "Kenapa kakak tidak menghindar saat Papa memukul kakak" ucap Ola. Ia pun sibuk mengobati luka Abrar. Terkadang terdengar ringisan Abrar ketika Ola menekan lukanya.

"Ga apa-apa" jawab Abrar. Ola yang terlanjur kesal pun langsung menekan luka Abrar. "Auwh!" ringis Abrar. Bagaimana ia tidak kesal, jika sedari tadi di tanya. Abrar terus menerus mengatakan hal yang sama

Sementara Ola pun menatap kesal ke arah Abrar. "Makanya jangan sok jagoan, di tekan dikit sakit kan" ucap Ola kesal. Ola pun kembali fokus mengobati luka Abrar.

"Aku membiarkan Papa memukulku karena memang aku pantas mendapatkan nya. Untuk kedua kalinya aku kembali lalai menjaga kamu" ucap Abrar. Ola yang sedang mengobati luka Abrar pun langsung terhenti.

Ola menghela nafasnya lelah. "Itu bukan salah kamu, ga seharusnya juga Papa pukul kamu sampai seperti ini" sahut Ola.

Namun Abrar menggelengkan kepalanya, ia merasa tidak setuju dengan ucapan Ola. "Kamu salah, Papa berhak pukul aku karena lalai menjaga Putri nya. Kamu tahu bagaimana sayangnya Papa sama kamu kan. Setiap orang tua pasti tidak ingin anaknya terluka" terang Abrar, hening sejenak.

"Jika aku berada di posisi Papa kamu, mungkin aku akan melakukan hal yang sama " lanjutnya lagi. Setelah itu Abrar pun langsung tersenyum lebar. Ola pun hanya bisa pasrah, ia pasti akan kalah jika berdebat dengan Abrar.

Ketika Ola akan bangkit untuk menyimpan kotak obat, Abrar menahan nya. "Mau kemana?" tanya Abrar.

"Aku mau menyimpan ini" jawab Ola sambil mengangkat lebih tinggi kotak obat yang saat ini tengah di pegang nya. Abrar pun langsung mengambil alih kotak obat itu. "Biar aku saja yang simpan " ucap Abrar.

Abrar pun melangkahkan kakinya menuju kesudut lain kamar. Di sana ada sebuah rak, dan Abrar menyimpan kembali kotak obat itu pada tempatnya.

Setelah nya Abrar pun langsung bergabung bersama Ola. Ia tidur disamping Ola yang sedang menatap langit-langit kamar. "Kak" panggil Ola. "Ya" jawab Abrar.

"Apa ada yang mengganggu pikiran kamu?" tanya Abrar. Ola tampak ragu untuk memberitahu Ola. "Tentang kejadian tadi" ucap Ola pelan, namun Abrar masih bisa mendengar nya.

Abrar pun mengerutkan dahinya kebingungan, ia penasaran apa yang akan Ola katakan tentang kejadian tadi. "Aku ga tahu, tapi seperti nya ada yang ingin mengadu domba ku dengan sahabat ku. Kakak tahu kan, sudah sedari tadi aku menggunakan sepatu itu. Tapi kaki ku baik-baik saja" jelas Ola.

Abrar pun terus memperhatikan dan mendengarkan apa yang Ola sampaikan. "Setelah aku mengganti nya dan meninggalkan nya sebentar. Tiba-tiba ada beling di sepatu. Sedangkan yang terus berada di sekitar ku hanya teman-teman ku saja" lanjutnya lagi.

Abrar pun paham apa yang ingin Ola sampaikan kepada nya. Ia pun jadi kepikiran sebenarnya siapa yang berniat mencelakai Ola. "Sudah Ola, kamu tidak perlu memikirkan nya. Kakak yang akan cari tahu siapa dalang kejadian tadi" ucap Abrar.

Ola pun langsung menoleh kearah Abrar. Jantung nya berdetak kencang ketika Abrar menatap nya dengan intens. Karena tidak kuat dengan tatapan Abrar, Ola pun memilih untuk mengalihkan tatapannya kearah lain.

"Sudah lebih baik kamu tidur" ucap Abrar yang langsung memeluk tubuh Ola dari belakang. Tentu saja jantung Ola pun kembali berdetak dengan kencang. Mengapa setelah Ola memaafkan nya Abrar terkesan jadi sangat berani. Bagaimana caranya ia bisa tertidur jika seperti ini.

💐💐💐

Ola pun membuka matanya, ia pun langsung mengalihkan tatapannya ke arah jam yang berada di atas nakas. "Aku telat bangun" ucap Ola. Ola pun dengan segera berdiri dari ranjang, namun ia lupa jika kakinya sedang sakit. Hal itu membuat nya meringis kesakitan. "Auwh, sakit" ringis nya.

Tidak lama setelah nya Abrar pun datang dengan membawa nampan berisi makanan. Ia dengan segera menghampiri Ola, dan menyimpan nampan itu diatas nakas.

"Sudah aku bilang kan jangan dulu banyak bergerak" ucap Abrar. Abrar pun langsung membantu Ola duduk. "Maaf aku telat bangun, jadi aku tidak sempat membuat makanan buat kakak" ucap Ola dengan lesu.

Pasalnya ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri, jika di mulai dari sekarang ia akan terus memasak untuk Abrar. Melihat raut sedih Ola membuat Abrar tidak tega, namun lebih jahat lagi jika ia membiarkan Ola memasak dengan keadaan kaki yang terluka.

Abrar pun bersimpuh dihadapan Ola, ia menggenggam tangan Ola. "Dengar aku Ola!" ucap Abrar lembut. Ola pun mengalihkan tatapannya kearah Abrar yang tengah tersenyum kearahnya.

"Aku paham kondisi kamu sedang sakit, untuk berjalan saja kamu masih meringis kesakitan. Aku tidak mau kamu memasak, setelah kondisi kamu pulih kamu bisa memasak sepuasnya" jelas Abrar.

"Nah untuk sementara, aku yang akan menggantikan kamu masak" lanjut Abrar dengan antusias. Lalu Abrar pun langsung menyerahkan piring berisi nasih goreng. Bahkan bentuknya pun dihias seperti emoticon orang yang sedang tersenyum.

Ya meski terlihat jauh berbeda, karena nasi yang dihias oleh Abrar bentuknya tidak rapi. Ola pun langsung tersenyum melihat nya. Abrar selalu saja mempunyai cara untuk membuat nya tersenyum.

"Ya walaupun rasa masakan nya pasti jauh berbeda sama masakan kamu" ucap Abrar sambil menggaruk-garuk kepalanya. Ola pun langsung tertawa melihat tingkah Abrar.

"Baiklah, mulai saat ini yang akan memasak adalah chef Abrar " seru Ola dengan nada bergurau nya. Setelah nya keduanya pun langsung tertawa bersama. Mereka menertawakan tingkah mereka sendiri yang terlihat aneh.

Abrar pun langsung menghentikan tawa nya. "Aku lupa jika aku ada kelas " ucap Abrar. Abrar pun langsung berlari dan menyambar tas nya dan kunci mobilnya. Ia pun langsung menghamy Ola dan mengecup kening nya.

"Kamu dirumah saja ya, jangan memasak oke. Aku bisa makan di cafe nanti " ucap Abrar. Setelah itu Abrar pun langsung pergi. Pasalnya 30 menit lagi kelas akan di mulai. Dan ia masih berada di rumah.

Ola pun tersenyum mendapatkan perhatian dari Abrar. Ia sangat bersyukur di berikan kehidupan kedua. Yang di isi oleh orang-orang yang sangat menyayangi nya.

'Bolehkah aku egois tuhan, aku tidak ingin kembali. Aku ingin berada di sini' ucap batin Ola.

💐💐💐
Declairs
Sabtu, 5 Agustus 2023

A Different New Life In The NovelOnde as histórias ganham vida. Descobre agora