Chapter 25

44 11 12
                                    

Bukan menyerah, cuma mengalah, demi kau yang dicintai.
Bukan, melepasmu, hanya ingin melindungimu.

...---...---...
-----------------

¤¤Jangan lupa untuk ngasih vote setelah baca ya guys. karena vote tandanya sebagai bentuk penghargaan pada kerja keras penulis. Apalagi vote gratis. makasih. Happy reading ¤¤

----------------------------------------------

Masa seolah terhenti, menapaki jalan di masa depan terasa samar. Tak ada lagi harap bahagia yang tersemai dan digaungkan dengan bangga. Bahkan kini, Adnan pun tak tahu, ia hidup untuk apa.

Tiap hari, tampak menjemukan, daya seakan terenggut sempurna dari tubuhnya. Warna jingga langit senja pun tampak abu-abu. Kehilangan, kesepian, keputus-asaan, seakan enggan lenyap darinya, justru makin tumbuh subur dan bertahta.

Adnan selalu mabuk-mabukan sehabis pulang kerja. Ia tak pernah betah berlama-lama dengan bisingnya diskotik, sekarang bisa hampir tengah malam ia masih menghabiskan berpuluh-puluh botol bir. Alhasil sekretarisnya susah payah membawa pulang ke apartemen.

Lalu, di seperempat malam, ia menangis tersedu-sedu. Bagai, ada yang hilang dalam jiwanya. Terasa kosong dan hampa.

Esoknya, ia bertingkah seakan tak terjadi apapun, berpura-pura bahagia.

Adnan makin pandai bermain peran, di depan Nyonya Madina, ia seolah anak yang patuh, melakukan segala perintah tanpa mengeluh dan menolak. Bahkan, ketika ia harus melanjutkan perjodohan ini.

Hari pertunangan dirinya dan Adelia akan berlangsung 2 minggu lagi. Sehingga, mereka sudah sibuk mempersiapkan segala macam, salah satunya fitting baju. Adnan menemani Adelia disela kesibukkannya. Meski rasanya ia muak, mau enyah saja dari ruangan ini, dimana ia harus melihat Adelia memakai berbagai baju yang dipilih mamanya, lantas berakhir pada pilihan awalnya yang sudah sejak awal dipakai. Lalu untuk apa harus berlama-lama jika sudah tertarik pada gaun dengan sedikit untaian di tangannya dan bagian atas dada terbuka.

Selanjutnya, mereka mencari cincin tunangan, makan siang bersama, dan pergi memeriksa catering. Padahal masalah terakhir itu bisa dilakukannya sendiri, kenapa harus Adnan ikut juga.

Hembusan napas tertahan, berulang kali dilakukan Adnan. Hingga pukul 3 sore, Adnan pamit untuk meeting.

"maaf pak, tapi sepertinya saya harus mengatakan soal ini," ucap sekretaris Adnan, saat diperjalan menuju kantor.

"apa itu?"

"soal Zhafir, anda pernah meminta saya mencari tahu hubungannya dengan Areta. Lalu saya menemukan hal tak terduga, ternyata Pak Keenan punya hubungan dengan mereka."

Kontan mata Adnan yang sebelumnya terpejam, terbelalak. "maksud kamu?"

Sekretaris Adnan langsung memberinya sebuah berkas, dengan cepat diraih.

"itu berkas yang saya dapat dari panti asuhan, tempat Areta dulu. Dan ternyata.... Pak Keenan..."

"saudara Areta?!" potong Adnan, matanya masih tertuju pada lembaran berkas keterangan ikatan keluarga.

"putar arah, balik ke kantor, tunda waktu meeting."

...---...---...

Akhir Sebuah Kisah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang