Chapter 12

56 26 25
                                    

luka mengurung senyummu, memaksamu membisu,
pada apa yang masa lalu telah tinggalkan padamu.
Dari sorot pijar matamu, kutemukan duka itu,
binar kelabu jelas tertangkap pada bias wajah sendumu.
...---...---...

"berhentilah bekerja disini."

Bolamata berwarna kecoklatan Areta membulat, tubuhnya menegang, Ucapan Zhafir yang terlontar tak terduga itu, mengubah ekspresi mukanya secara drastis.

"Kenapa aku harus berhenti bekerja?" Jemari Areta meremas kuat keranjang berisi makan siang Adnan yang dibawanya.

"aku tidak ingin terus bertemu denganmu disini, itu mengangguku, jadi berhentilah, biar kucari pekerjaan lain untukmu."

"aku tidak bisa," ucap Areta tegas, begitu menyakitkannya ucapan Zhafir membuat Areta tidak memberi jeda pada tutur katanya, "kenapa pula aku harus mengiyakan pinta itu? tidak perlu cemas, aku tidak akan mengusik hidupmu Zha disini. Seperti katamu, kita tidak perlu harus saling mengenal, maka tidak ada juga alasan aku untuk keluar dari pekerjaanku."

Kini giliran bola mata Zhafir membesar mendengar ucapan Areta.

"kamu tidak tahu seberapa besar aku agar bisa bekerja disini, aku tidak akan keluar hanya karena permintaanmu yang tak masuk akalmu itu," Areta melenggang pergi tanpa peduli pada Zhafir, sebelum pendiriannya goyah, kalau berlama-lama adu argumen dengan Zhafir.

"kamu akan menyesalinya nanti Areta!! lihat saja nanti!" jerit Zhafir, ia pikir Areta akan menghentikan langkahnya dan berbalik, tapi ternyata tidak, Areta justru mempercepat pijaknya.

...---...---...

"masuk!!" sambut Adnan. Pintu ruangannya terbuka, Areta masuk dengan hati-hati.

"ma-maaf pak saya telat mengantarkan makan siang anda."

"tidak apa-apa, hanya telat sedikit, tidak perlu meminta maaf."

Areta meletakkan keranjang ditangannya di atas meja, "kalau begitu saya pamit kembali bekerja pak."

"tunggu Areta," tahan Adnan, sebelum Areta mengubah posisi berdirinya untuk beranjak.

"kamu temani saya makan siang hari ini," cetus Adnan, membuat mata Areta membelalak.

"ta-tapi pak saya.."

"kamu ingat kan perkataan saya semalam, kalau kamu harus membayar utang mu dengan mengabulkan permintaan saya," potong Adnan.

ya ampun, aku hampir lupa sama janji itu.

"jadi, permintaan pertama saya adalah kamu temani saya makan."

"tapi bagaimana kalau pegawai lain tahu pak? kemarin saat anda mengantar saya ke kantor, ada begitu banyak gosip. Saya ga mau ada berita miring lain pak."

"jadi kamu tidak mau mengabulkan permintaan saya?" 

Areta mendesah dalam diam, yah bagaimanapun aku tidak punya pilihan lain.

"ba-baik pak," Areta menyerah pada niatnya.Adnan duduk di sofa, meraih makanannya, dan mulai menikmati hidangan makan siangnya hari ini, dengan menu Fillet dada ayam dengan saus mashroom.

"kamu ada kegiatan apa hari minggu besok?" tanya Adnan disela menyantap makan siangnya.

"hanya mengerjakan tugas rumah pak."

"besok bersiaplah, akan saya jemput sekitar pukul 8 pagi."

"hah? jemput? untuk apa ya pak?"

"pokoknya kamu siap-siap saja, kamu tidak bisa menolak, karena kamu harus mengabulkan permintaan saya."

Akhir Sebuah Kisah [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora