Chapter 17

47 21 22
                                    

Rupanya, menjadi kuat, tak selamanya jalan terbaik. Nyatanya, aku justru memeluk luka lebih sering. Merintih disamai pada tangis nyeri tak berujung. Aku sekali lagi terperosok, pada lembah derita yang kau buat.
...---...--...
-------------

1 Minggu kemudian.

Perayaan ulang tahun Tuan Narendra Adyatma yang telah menginjaki usaia senja, 60 tahun, dan akan diadakan di sebuah Ballroom hotel bintang lima. Pesta perayaan ini, juga akan sekaligus merayakan calon cucu pertamanya yang sudah menginjaki usia kandungan 12 minggu.

Kemeriahan pesta ini dihadiri oleh para rekan sesama pengusaha, artis-artis dari Giant Entertainment, seluruh keryawan dari Giant Enterprise, dan kolega Tuan Narendra dan Nyonya Madina.

Urusan sajian makanan dipercaya kepada Chef David, sehingga Sous Chef, Chef de partie, Demi Chef de Partie, Commie, dan Cook Helper sibuk untuk menyiapkan hidangan untuk pesta kali ini. Karena kekurangan anggota, Chef David juga meminta Chef kenalannya yang lain untuk membantiu. Areta, Rani, dan Merry disuruh untuk menjaga prasmanan, sedangkan para Chef akan bertugas di dapur. Selain itu, ada pelayan bayaran yang diminta untuk membantu mengantarkan makanan kepada tamu VIP.

Areta mengedarkan pandang ke tiap tamu yang hadir, lalu netranya tertangkap pada kehadiran Keenan bersama istrinya. Mecca merangkul lengan suaminya itu dengan manja, mereka kompak menarik senyum dan menyapa tamu dengan ramah.

Melihat Keenan dengan balutan jas mewah, entah mengapa, ada rasa iri mengganjal di dadanya. Ia pun merasakan sebuah ironi besar diantara dirinya dan Kakaknya itu. Dunia mereka benar-benar telah berbeda, dimana Areta bediri di balik prasmanan menjaga makanan, harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan, Keenan hidup bergelimang harta, menjadi bagian dari salah satu keluarga terkaya di tanah air.

Areta memalingkan tatapnya pada Keenan, melempar ke sisi lain, lalu ia melihat Adnan tengah berbincang dengan para tamu.

dunia ini, terasa begitu sempit, malah Pak Adnan jadi adiknya Bang Keenan. Terkadang dunia penuh dengan lelucon.

Mendadak, suasana Ballroom riuh, saat Zhafir masuk ke ruangan acara dengan penampilan yang sangat berbeda, ia lebih tampan dengan gaya rambut Slanted Sweep membuatnya tampak lebih maskulin dan gagah, rambut bagian atas lebih tebal dan poni dibelah ke samping kanan-kiri secara acak.

Zhafir berjalan menghampiri Tuan Narendra, Nyonya Madina, Keenan dan Mecca, seraya memberikan salam. Mereka saling melempar senyum lebar. Melihat itu, rasa ngilu menjalar di dadanya.

Akhirnya, cuma aku yang masih meraba bentuk bahagia yang sudah mereka cicipi lebih dulu.

Acara pun dimulai, Tuan Narendra selaku ketua pimpinan Giant Enterprise memberikan kata sambutan, ia naik ke atas podium. Untuk pertama kalinya pula Areta melihat ketua pimpinan, selama bekerja di Giant Entertainment. Setelah menuntaskan kata sambutan, dilanjut potongan kue yan ditemani seluruh anggota keluarga.

Areta menyaksikan pemandangan kebahagiaan yang dipertonton Keenan di depannya, membuat rasa irinya semakin berakar dan tumbuh besar. Sorot matanya nanar menatap Keenan yang tampak berbeda dari Keenan yang ia kenal. Senyum itu pernah dan nyaris hilang setelah meninggalnya kedua orang tua mereka, ia bahkan jadi pendiam dan irit senyum. Tapi kini, wajahnya tak sekelam dulu, tak ada bayang kesedihan disana, cuma senyum cerah yang membingkai wajahnya.

Areta makin merasa kecil, nyalinya pun ciut. Jika disandingkan dengan Keenan, ia ibarat butiran debu tak berarti.

"Areta, tolong antar makanan ini ke meja VIP disana, aku ke toilet bentar," ucap seorang pemuda, yang bertugas sebagai pelayan.

Akhir Sebuah Kisah [END]Where stories live. Discover now