||Part 29||

1.2K 95 3
                                    

Hai hai hai!
Ada yang kangen update cerita ini nggak ya?
Setelah sibuk karena tugas akhir sekolah, akhirnya Bulan bisa update cerita ini lagi. Semoga masih ada yang nungguin cerita ini sampai habis yaa.

Karena tugas akhir sekolah Bulan tinggal revisian lagi, jadi Bulan bakal kejar update.

Selamat membaca^^

.

.

.

.

.

Terhitung sudah satu minggu Mikell memilih diam dari pertikaiannya dengan Lheo terakhir kali. Mikell memilih menjauh sementara hingga situasi dirasa benar-benar membaik. Hari ini dia akan berangkat olimpiade Kimia bersama Ray dan Clarissa, bersama ibu Muthia yang diantar oleh mobil dinas milik sekolah.

Menurut cerita dari Ray, video vlog Mikell benar-benar memberi dampak besar bagi cafe mereka. Banyak pelanggan baru yang datang bahkan membuat cafe penuh setiap harinya. Apalagi murid-murid SMA Angkasa yang baru tau jika geng Black Prince membuka cafe berbondong-bondong ingin datang, walau sekedar penasaran dan ingin menatap wajah tampan anggota BP terutama ketuanya. Dan bisa dikatakan jika Mikell lulus tantangan kedua.

Tapi hal itu sama sekali tidak membuat Mikell senang. Apalagi sejak pertengkaran itu Mikell tidak melihat Lheo lagi. Ditambah Mikell memilih tidak datang ke markas seminggu ini.

Bukan takut, hanya saja Mikell merasa tidak enak bertemu dengan Lheo. Ada rasa bersalah dihatinya walau hanya sedikit, apalagi Lheo mungkin tidak ingin melihat wajahnya bahkan jika Mikell telah menghapus video vlog yang sudah mencapai 500 ribu viewers dalam waktu tiga hari saja. Beban pikiran Mikell seminggu ini berusaha dia alihkan dengan mengerjakan soal-soal latihan olimpiade Kimia yang diberikan oleh Ibu Muthia terakhir kali.

"Semangat Kell" Ray berujar, menepuk bahu Mikell pelan. Melihat wajah cemberut Mikell seminggu ini cukup membuat Ray frustasi. Apalagi menghadapi mood Lheo yang semakin buruk setiap harinya.

"Kita harus bawa pulang piala hari ini" ujar Ray penuh ambisi. Ingat kembali Ray adalah murid berprestasi disekolah mereka. Peringkat 1 seangkatan diraih olehnya pada setiap ujian semester disekolah. Untuk setiap ajang lomba akademik yang diikuti pemuda itu sudah pasti tidak mengecewakan karena pasti Ray akan membawa pulang piala penghargaan kesekolah mereka.

"Lo aja kali" sindir Mikell merasa jika Ray hanya ingin menyombongkan kepintarannya.

Ray hanya tertawa menanggapi ucapan Mikell. Tidak lama Clarissa datang mendekat memberi tau jika Ibu Muthia sudah menunggu mereka didalam mobil.

.

.

.

.

"Lheo" panggil Adit ragu-ragu. Wajah bos mereka masih dingin seminggu ini, walau biasanya juga gitu-gitu aja sih. Hanya saja sejak kejadian minggu lalu bos mereka semakin susah untuk didekati, seperti hendak makan orang saja pikir Adit.

"Apa?!" sentak Lheo sedikit berteriak. Kesal merasa dirinya diganggu oleh Adit, padahal Adit cuma memanggil namanya saja.

"Sabar bos sabarr..." Adit mengangkat tangannya. Cengar-cengir sambil berusaha meredam emosi Lheo yang siap meluap-luap.

"Jangan marah lagi ya bos. Video vlog nya udah dihapus Mikell kok, jadi lo nggak usah marah lagi yaa" bujuk Adit menunjukkan bukti bahwa video vlog mereka sudah benar-benar hilang di sosial media.

"Cih" decih Lheo acuh terhadap ucapan Adit.

"Masih marah bos?" bodoh memang Adit bertanya begitu, padahal jawabannya sudah ada didepan matanya.

"Maaf bos. Kita semua nggak maksud mau nipu lo buat konten itu" Dion menghela nafas. Menatap Lheo yang masih menampilkan wajah dingin kepada mereka.

"Kita cuma mau bantuin Mikell aja—"

Perkataan Dion terpotong saat Lheo angkat bicara. "Jadi siapa bos kalian disini ha?! Dia atau gue? Berani banget kalian nipu gue bareng anak bangsat itu!" marah Lheo menatap tajam satu persatu teman-temannya.

Dion dan Adit tertunduk merasa bersalah. Rangga menelan ludahnya susah payah, dia semakin merapatkan duduknya disebelah Erlan yang malah risih akibat tingkah Rangga yang ada-ada saja.

Erlan memperhatikan Lheo. Wajar Lheo marah karena merasa tertipu oleh teman-temannya. Tapi masih saja ada perasaan aneh dibenak Erlan saat Lheo bersikap seperti itu. Seakan-akan masalah ini adalah hal yang paling fatal yang pernah mereka lakukan.

"Lo nggak mungkin cuma marah karena masalah video itu kan, Lheo?" Erlan angkat bicara. Balas menatap mata Lheo yang kian tajam.

"Maksud lo?" Lheo bertanya, menahan amarah dibenaknya sendiri.

"Setau gue, meski lo emang nggak sabaran. Masalah kecil kayak gini nggak mungkin bisa buat lo marah sampai hampir lepas kendali kayak kemarin" Erlan berujar panjang lebar.

"Pasti ada hal lain kan, yang bikin lo bisa semarah itu sama Mikell?" tanya Erlan tepat sasaran. Untung saja Lheo punya pengendalian ekspresi yang baik, jadi Erlan tidak menyadari ekspresi terkejutnya.

"Bukan urusan lo!" sinis Lheo sambil melipat tangannya didepan dada.

"Berarti dugaan gue bener" ucap Erlan setelah melihat reaksi Lheo.

"Maksud lo apa sih?!" Lheo mendelik tidak suka dengan sikap Erlan yang satu ini. Erlan itu tipekal orang yang mudah menilai situasi, menebak-nebak apa yang dipikirkan oleh orang lain tidak terkecuali Lheo. Apakah itu salah satu kelebihan anak ustadz ya? Pikir Lheo ngawur.

"Selesain masalah lo baik-baik Lheo. Nyimpan amarah dihati lo sendiri sama aja dengan lo ngelukain hati lo sendiri" ucap Erlan. Pemuda dengan wajah tampan itu memilih berdiri meninggalkan perkumpulan. Lagipula disituasi saat ini, lebih baik meninggalkan Lheo sendiri untuk menenangkan diri.

Rangga ikut berdiri menyusul Erlan yang kian jauh. Begitupun dengan Adit dan Dion yang menyusul terakhir.

Lheo enggan menatap keempat sahabatnya yang benar-benar meninggalkannya sendirian di rooftop sekolah. Apa dia ikuti saja saran dari Erlan?

Tidak.

Lheo menepis pikiran konyolnya itu secepat mungkin. Mana mungkin dia yang harus menemui Mikell dan menyelesaikan masalah mereka? Lheo itu punya harga diri tinggi, tidak mungkin dia melakukan hal memalukan seperti itu. Dan lagipula yang salah disini bukanlah dirinya, harusnya Mikell yang menemui Lheo dan meminta maaf serta membicarakan masalah diantara mereka berdua.

"..."

Lheo termenung sejenak. Menatap murid-murid SMA Angkasa dari tepian rooftop yang berkeliaran dibawah sana.

Sejenak Lheo berpikir kemudian segera beranjak meninggalkan rooftop dan entah pergi kemana.

¤•¤

.

.

To Be Countinued
See You Next Chapter^^

The Pretty Boy Is My Love (On Going)Where stories live. Discover now