||Part 7|| - revisi

1.5K 115 0
                                    

Mikell hendak mengeluarkan motornya dari parkiran. Namun siapa sangka dia malah berpapasan dengan satu-satunya orang yang tidak ingin dia temui — Lheo.

Cowok itu berdecak malas ketika bersitatap dengan Lheo. Sedangkan Lheo hanya acuh tak acuh seakan tidak peduli dengan kehadiran Mikell disana. Cowok itu juga ingin mengeluarkan motor sport miliknya yang terpakir agak jauh dari tempat Mikell berdiri.

Dengan segala macam sumpah serapah yang dia lontarkan dari mulut manisnya, Misell langsung menaiki motornya hendak meninggalkan parkiran. Dia tidak ingin berlama-lama menghirup udara ditempat yang sama dengan sosok cowok bernama Lheo itu.

Dengan berat hati, Mikell melajukan motornya hendak melewati Lheo yang masih berdiri disebelah motornya, karena memang itu satu-satunya jalan yang bisa Mikell lewati untuk keluar dari parkiran.

Dari balik kaca helm fullface nya, Mikell menatap tajam cowok yang selalu menampilkan muka datar seperti tembok itu. Setelah bersitatap beberapa detik dengan Lheo, Mikell langsung memutar bola matanya keatas, kemudian menancap gas menjauh dari sana.

Sedangkan Lheo, dengan sorot mata tajam dan ekspresi wajah yang tidak berubah hanya menatap kepergian Mikell dengan tatapan sulit diartikan. "Cowok aneh" gumam Lheo pelan dan menaiki motornya — meninggalkan parkiran hendak pulang kerumahnya.

¤•¤

Diperjalanan pulang, Mikell mampir dulu disupermarket dekat kompleksnya. Supermarket yang terakhir kali dia kunjungi saat hampir saja bertemu dengan Adit dan Rangga tanpa penyamaran.

Mikell melihat buah-buahan yang terpajang rapi di etalase. Siang ini tiba-tiba dia ingin memakan buah. Rasanya sudah lama dia tidak memakan buah-buahan yang segar itu. Mikell juga ingat kalau kulkas dirumahnya belum sepenuhnya terisi bahan makanan yang lengkap. Buah saja tidak ada, wajar sih kan Mikell dan keluarganya belum genap seminggu pindah ke Jakarta.

Setelah mengambil berbagai macam buah, Mikell langsung membayarnya kekasir. Entah hari apa ini, Mikell kembali dibuat kesal dengan sosok tidak asing didepannya yang juga tengah membayar belanjaannya. Siapa lagi kalau bukan Lheo.

"Gue ketempelan apa sih? Ketemu sama cowok tembok itu mulu?" gerutu Mikell berjalan malas menuju kasir. Tepat ketika cowok itu sampai, Lheo berbalik dan bersitatap dengan Mikell yang menampilkan wajah tidak enak dipandang. Cowok berwajah datar itu tidak menampilkan ekspresi apapun barang sedikit saja. Tanpa sapa menyapa, Lheo langsung membuang wajahnya dan keluar dari supermarket meninggalkan Mikell yang sudah mencak-mencak didalam hati.

Mikell memutar bola mata malas, bertemu dengan Lheo adalah hal yang sangat tidak menyenangkan dihidupnya, siapapun yang menjadi jodoh Lheo nanti pasti akan sangar tersiksa dengan wajah datar, sedatar aspal diluar negri milik Lheo.

"Mbak, saya mau bayar" ucap Mikell meletakkan keranjang berisi buah-buahan yang dia ambil tadi. Setelah melakukan transaksi, Mikell lansung keluar menuju motornya yang terpakir rapi di halaman supermarket. Sembari menenteng plastik putih berukuran sedang berisi berbagai macam buah. Langkah Mikell terhenti kala melihat Lheo tengah berdiri tepat didekat motor sport biru miliknya.

Cowok itu mengerutkan kening, kenapa sih Lheo masih disitu saja? Bukankah dia sudah keluar dari tadi, kenapa dia belum pergi juga?

Dengan wajah masam, Mikell melangkahkan kakinya lagi menuju motornya. Berusaha mengacuhkan Lheo yang terus saja memandangi pergerakannya.

"Apaan sih? Lo suka sama gue? Mandangin gue terus dari tadi" ucap ketus Mikell meraih helm fullface miliknya dan hendak memasang benda tersebut dikepalanya. Namun ucapan pedas Lheo membuat pergerakan Mikell berhenti seketika.

"Sebagai cowok mulut lo lemes banget kayak cewek" ucap Lheo panjang lebar, membuat Mikell ternganga tidak percaya.

Gue emang cewek asal lo tau! Tapi gue tetap nggak terima dibilang mulut lemes sama jelmaan iblis kayak lo! - Batin Mikell menatap tajam Lheo.

"Ga ngaca kah friend? Mulut lo juga lemes btw" balas Mikell tidak kalah pedas.

Dia tidak mau kalah dengan sosok cowok tampan didepannya. Mikell akui laki-laki bernama Lheo itu sangat menawan dan tampan paripurna.

Bukannya marah, Lheo malah terkekeh pelan sembari menunjukkan senyum miringnya menatap wajah Mikell yang tampak terkejut. Mungkin karena kaget melihat reaksi Lheo yang diluar prediksi.

"18 tahun gue hidup, baru lo yang berani ngelawan ucapan gue. Lo bosan hidup apa gimana?" ucap Lheo dengan nada datar, tetapi tatapan matanya yang tajam bak pedang yang siap memenggal kepala itu membuat Mikell sedikit gugup. Namun bukan Mikell namanya kalau mengalah begitu saja.

"Emangnyo lo siapa? Presiden? Nggak kan? Jadi apa hak lo ngelarang gue ngejawab ucapan pedas lo?" Mikell menarik napas dalam sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Lo nanya gue bosan hidup atau gimana tadi kan? Jawaban gue, nggak! Kalau gue bosan hidup udah dari dulu gue tinggal nama doang. Jadi lain kali, tolong mikir-mikir lagi ya tuan muda Lheo, kalau ngomong sama gue" lanjut Mikell panjang lebar.

Cowok itu melanjutkan kegiatan memasang helmnya. Dengan wajah garang Mikell menyuruh Lheo menyingkir dari posisinya berdiri menggunakan gerakan tangannya. Dengan sedikit gaya sok keren, Mikell menaiki motornya lalu menyalakannya. Setelah siap berkendara, Mikell kembali menatap tajam Lheo dari balik helmnya.

"Denger ya! Gue nggak tau lo tu siapa. Tapi dalam kamus hidup gue nggak ada namanya tunduk sama orang lain. Jadi, jangan main-main sama gue ya! Dasar muka tembok!" hina Mikell buru-buru melajukan motornya meninggalkan Lheo yang tampak sedikit tersinggung dengan hinaan yang dilontarkan olehnya.

"Dia bilang apa? Muka tembok? Lo orang pertama yang berani hina gue. Okay, let's play a game sweet" gumam Lheo dengan ekspresi yang sulit diartikan. Setelahnya cowok itu langsung berjalan kearah motornya terpakir dan pergi dari supermarket besar itu.

¤•¤

Mikell meletakkan kantong plastik berisi buah-buahan yang tadi dia beli kemeja dapur dengan sedikit kasar. Wajahnya yang memerah menahan kesal itu kentara sekali bahkan pundaknya naik turun menahan emosi.

Brak!

Mikell memukul meja kayu itu dengan kepalan tangannya, rasa kesalnya karena ulah Lheo hari ini masih menumpuk dihatinya.

"Lheo sialan! Gue pasti bakal buat lo nyesel karena bikin gue darah tinggi terus" gumam Mikell kesal, bahkan dia tidak menyadari jika mamanya sudah berdiri dibelakang tubuhnya.

"Kamu kenapa kesal begitu sayang?" tanya Aurora melihat raut wajah kesal anaknya.

Sedikit terkejut dengan kehadiran sang mama, membuat Mikell buru-buru menetralkan ekspresi kesal diwajahnya.

"Nggak apa ma, tadi kesal aja karena Misell diganggu orang gila waktu belanja buah di supermarket" adu Misell dengan wajah cemberut lucu kepada mamanya.

Masih dengan penyamarannya sebagai laki-laki membuat wajah cemberutnya jauh lebih lucu dan menggemaskan dimata Aurora. Wanita paruh baya itu tertawa pelan.

"Mama kenapa ketawa?" tanya Misell bingung. Apakah ada yang lucu dengan ucapannya hingga membuat mamanya itu tertawa?

"Kamu" jawab Aurora ambigu membuat Misell makin bingung, tidak mau ambil pusing, gadis itu lantas berpamitan kepada mamanya untuk langsung pergi kekamarnya dilantai dua.

"Terus buah ini siapa yang beresin?" tanya Aurora setelah tawanya berhenti, menoleh kebelakang melihat anak semata wayangnya yang tampak kembali berbalik menatapnya dibawah undakan tangga.

"Ehm... Biarin aja dulu ma, habis ganti seragam Misell rapihin" jawab Misell lantas melanjutkan langkah setelah melihat anggukan dari sang mama. Aurora juga berbalik pergi kekamarnya setelah anaknya itu berjalan menaiki tangga.

¤•¤

.

.

To Be Countinued

Don't forget to vote and comment
Salam hangat dari Bulan🌙

Terima kasih ^^

The Pretty Boy Is My Love (On Going)Where stories live. Discover now