||Part 6|| - revisi

1.5K 119 1
                                    

"Lo udah nelfon Erlan kesini kan Dit?" tanya Lheo yang sudah siap dengan motor sport hitam kebanggaannya. Laki-laki itu tampak keren dengan jaket kulit geng motor mereka.

"Udah, lagi dijalan katanya" jawab Adit sembari melirik jam ditangannya yang sudah menunjukkan jam sembilan malam lebih.

Ketiga cowok tampan itu menunggu Erlan datang didepan rumah mewah tiga lantai milik Lheo. Kenapa Lheo bisa santai keluar malam hari ini? Itu karena orang tua Lheo sedang berkunjung kerumah kakek dan nenek Lheo di luar negri, jadi cowok itu tidak takut kena amukan mamanya jika melihat dirinya masih ingin keluyuran di jam seperti ini.

Tidak lama deru motor menarik perhatian ketiga cowok yang memang sudah menunggu tersebut. Erlan datang mengendarai motor milik Adit. Laki-laki itu juga tampak keren dengan baju kaos putih dan celana jeans hitam ketat miliknya.

"Sekarang kita berangkat ke markas!" perintah Lheo ketika mereka berempat sudah siap dikendaraan masing-masing. Jangan lupakan Rangga dan Adit yang masih setia menenteng plastik belanjaan mereka yang sangat banyak itu. Jika bukan karena Lheo bos mereka, lebih baik kedua orang itu menolak ajakan Lheo untuk mengganti mobil dengan motor. Jadi repot mereka harus memegangi kantong plastik itu. Belum lagi rasa malunya.

Lheo memimpin jalan. Cowok itu entah kenapa tiba-tiba melewati jalan lain dibanding jalan yang biasa dia lewati. Rangga, Adit dan Erlan hanya bisa mengikuti kemana bos mereka pergi. Ketika melewati rumah minimalis dua lantai yang tampak baru itu membuat Lheo memelankan laju motornya. Cowok itu menatap tajam rumah dengan nuansa putih dan hitam itu. Setelahnya, Lheo langsung menarik pedal gas motornya dengan kecepatan tinggi, disusul Erlan yang membonceng Adit dibelakang.

¤•¤

"Ma, Misell langsung kekamar ya!" teriak Misell setelah meletakkan kantong belanjaan mama nya diatas meja dapur. Cewek itu membawa dua kantong belanja miliknya menuju kamarnya dilantai dua.

Saat menaiki anak tangga, gadis itu berpapasan dengan Bagas yang hendak turun mengambil minum. "Papa udah pulang?" tanya Misell basa-basi. Pria yang sudah menginjak usia kepala empat itu tersenyum kepada putrinya yang tampak cantik malam ini.

"Iya, belum lama ini. Mama kamu udah tidur, biar belanjaannya papa yang beresin" ucap Bagas mendapat anggukan dari Misell. Gadis itu melanjutkan langkahnya menuju kamarnya.

Misell meletakkan kantong belanjaan itu diatas meja belajar. Mengeluarkan satu persatu isinya dan menyusunnya didalam laci meja belajar gadis itu. Misell juga mengambil satu susu kotak rasa strawberry dan meminumnya sembari merapikan snack dan jajanan yang dia beli disupermarket tadi. Gadis itu melirik jam ditas meja, sudah pukul sembilan malam. Cepat-cepat Misell merapikan barangnya ingin segera tidur.

Setelah lima menit berlalu, Misell masuk kekamar mandi hendak gosok gigi dan cuci muka sebelum tidur. Mengganti pakaiannya dengan piyama merah tua berlengan pendek kemudian merebahkan tubuhnya keatas benda empuk yang selalu membuat Misell bahagia. Setelah mengatur alarm, gadis itu langsung tertidur karena besok dia harus menghadapi hari barunya lagi di SMA Angkasa.

¤•¤

Misell — yang sudah menyamar menjadi Mikell memarkirkan motor sport nya sedikit keujung dari parkiran yang masih tampak sepi tersebut. Dia tidak ingin mendapat masalah menyebalkan dengan cowok bernama Lheo lagi.

Setelah memarkirkan motor, Mikell hendak menuju ruang kelasnya. Tidak disangka Ia bertemu dengan Abel yang ternyata juga baru sampai disekolah.

"Mikell!" panggil Abel membuat Mikell berbalik. Cowok itu tersenyum saat mengetahui siapa yang memanggilnya.

"Abel. Lo baru sampe juga?" tanya Mikell basa-basi. Gadis yang agak pendek darinya itu mengangguk sembari tersenyum. Abel menawarkan berjalan bersama menuju ruang kelas mereka, Mikell tidak menolak.

"Kemarin lo dipanggil keruang guru ada apa?" tanya Abel kepo. Cewek dengan rambut sebahu itu menatap wajah tampan dan manis Mikell polos. "Disuruh ikut olimpiade Kimia" jawab Mikell jujur.

"Wih, berarti gosip itu bener dong" ucap Abel antusias membuat alis Mikell terangkat. Gosip apa? Begitulah maksud tatapannya kepada Abel.

"Katanya, anak baru SMA Angkasa selain ganteng juga pintar banget. Ini buktinya, baru hari pertama pindah udah langsung disuruh ikut olimpiade" kekeh Abel menjelaskan. Cewek itu tersenyum lagi kearah Mikell, membuatnya ikut tersenyum.

"Kalian emang hobi gosip ya, gatau aja nanti bakal gimana. Apa gosip tentang gue makin wow aja?" ucap Mikell bercanda. Cowok itu memberi kode kepada Abel jika mereka sudah sampai didepan kelas.

Keduanya melangkahkan kaki memasuki ruangan persegi 5×5 meter tersebut. Ruang kelas tampak ramai karena memang Mikell datang agak siangan dari kemarin. Mikell dan Abel terpisah karena jarak tempat duduk mereka yang terbilang jauh. Cowok itu duduk dibangku paling belakang bersama Ray, sementara Abel duduk di bangku pojok dekat pintu masuk.
Mikell meletakkan tasnya diatas meja, sudah ada Ray yang tengah berkutat dengan bukunya disana. "Pagi Ray" sapa Mikell, setelah seharian berinteraksi dengan Ray kemarin membuat pandangan Mikell terhadap cowok itu berubah. Ternyata Ray cukup baik dan pastinya pintar karena dipasangkan untuk olimpiade kimia bersamanya.

Ray mengangkat kepalanya ketika namanya dipanggil. Cowok itu tersenyum ketika mengetahui sosok yang menyapanya barusan. "Pagi juga Mikell" balas Ray. Cowok itu menutup buku yang dia baca dan menatap wajah manis teman barunya.

"Denger-denger, bu Muthia nyuruh lo ikut olimpiade bareng gue kan?" tanya Ray setelah mendapat kabar serupa dari gurunya.

Memang hal lumrah cowok tampan itu sering diikutkan kegiatan lomba-lomba seperti itu. Hanya saja dia cukup terkejut kalau salah satu pasangan olimpiadenya adalah Mikell — anak baru yang baru 2 hari menginjakkan kaki disekolahnya.

"Iya" jawab Mikell singkat. Cowok itu mengeluarkan ponsel dari saku celana sekolahnya. Melihat beberapa notifikasi pesan yang sedari tadi bergetar karena Mikell memasang mode silent di HP nya sebelum berangkat ke sekolah.

"Satu orang lagi siapa?" tanya Mikell menoleh kearah Ray yang masih setia memandangi wajah teman sebangkunya itu. Terkadang Mikell tidak nyaman dengan tatapan cowok tampan itu, seakan-akan cowok itu akan membuka kedok penyamarannya.

"Namanya Clarissa, dia anak kelas XI IPA 3" jawab Ray memberitahu.

Mikell mengangguk sembari membentuk huruf O dibibir tipis berwarna merah mudanya. "Lo mau ikut gue istirahat nanti, nggak?" tanya Ray setelah lawan bicaranya tidak merespon lagi. Mikell menatap mata tajam Ray seraya mengangkat sebelah alisnya, seakan bertanya 'kemana?

"Gue mau ngajak lo main sama teman-teman gue lagi" lanjut Ray mendapat helaan nafas dari Mikell.

Cowok itu kembali teringat ketika pertemuan dirinya dengan teman-teman Ray kemarin. Agak canggung dan paling menjengkelkan adalah cowok bernama Lheo itu.

"Males" tolak Mikell membuat Ray mendengus. Cowok itu kembali membuka buku paket yang dia baca barusan. Dia juga tidak ingin memaksa Mikell untuk dekat dengan teman-temannya yang lain, terutama Lheo. Apalagi kejadian canggung kemarin, pasti Mikell masih kesal dengan kejadian itu. Ray akan membuat Mikell dan temannya yang lain dekat walau perlahan-lahan.

"Kemarin gue ga sengaja ketemu Adit dan Rangga di supermarket. Walau mereka ga ketemu gue versi tanpa penyamaran tetap aja gue khawatir. Kemarin gue ngerasa juga ada yang merhatiin gue pas keluar dari supermarket, gue harus lebih hati-hati dan waspada. Jangan sampai penyamaran gue terbongkar karena terlalu humble sama mereka" Mikell membatin hingga lamunan itu terpotong saat bel masuk berbunyi.

¤•¤

.

.

To Be Countinued

Don't forget to vote and comment
Salam hangat dari Bulan🌙

Terima kasih^^

The Pretty Boy Is My Love (On Going)Where stories live. Discover now