||Part 2|| - revisi

1.8K 134 6
                                    

Misell mengerjapkan matanya ketika suara nyaring alarm memekakkan indra pendengarannya. Dengan malas gadis cantik itu mematikan alarm yang terus-terusan berbunyi seakan melarangnya untuk kembali memejamkan mata.

Tanpa menunda lagi, Misell bangun dari singgasananya pergi meraih handuk yang tergantung dipintu masuk kamar mandi. Pagi ini adalah hari pertama Misell akan masuk ke sekolah barunya.

Setelah bersiap dan memakai penyamarannya dengan sempurna. Misell meraih tas sekolah miliknya kemudian bergegas turun kelantai bawah. Disana sudah ada Bagas dan Aurora yang tengah menghidangkan sarapan.

"Pagi Ma, Pa" sapa Misell saat tiba di meja makan.

Bagas dan Aurora yang melihat kedatangan putri mereka tersenyum cerah. "Pagi juga sayang" jawab keduanya.

Bagas menelisik penampilan Misell dari atas hingga bawah. "Papa seakan melihat Mikell ketika kamu memakai pakaian seperti ini"  Bagas yang sangat terpukau melihat betapa tampannya Misell dengan pakaian pria. Mirip dengan Mikell jika anak itu masih hidup hingga sekarang.

"Benar, andaikan Mikell masih ada pasti kalian sangat serasi. Misell yang cantik dan Mikell yang tampan" sambung Aurora yang mendapat anggukan dari sang suami.

"Mulai sekarang, Papa dan Mama harus manggil Misell dengan sapaan Mikell jika sedang menyamar. Agar tidak ketahuan" kekeh Misell memperhatikan Aurora yang tengah menyendokkan nasi goreng kedalam piringnya.

"Baiklah, Mikell" goda Aurora diiringi kekehan halusnya.

"Papa khawatir, anak gadis Papa malah dikejar anak gadis juga" ucap Bagas frustasi. Melihat betapa tampannya Misell dengan tampilannya yang sekarang membuat pria paru baya itu takut, putrinya malah akan disukai oleh anak gadis pula, bagaimana dia bisa punya menantu nantinya.

"Apapun keadaannya, kamu harus tetap lurus ya sayang" lanjut Bagas dengan kekhawatirannya.

"Tenanglah Pa, walau Misell sekarang menyamar jadi laki-laki. Tapi Misell masih normal dan suka sama cowok" jawab Misell menepis kekhawatiran sang Papa.

"Apa kamu sudah punya cowok yang kamu sukai sayang?" tanya Aurora setelah duduk dikursinya sendiri. Ikut masuk keobrolan kedua sosok yang Ia sayangi sepenuh hati.

"Belum" jawab Misell cuek.

"Astaga. Papa penasaran siapa cowok yang bisa memenangkan hati putri kita ini Ma" canda Bagas diiringi gelak tawa khas nya, sesekali menyendok makanan lezat sang istri untuk sarapan pagi ini.

Aurora terkekeh membayangkan hal yang sama. "Kalaupun ada, bukankah berarti cowok itu gay Pa?" oceh Aurora yang mulai melantur kemana-mana.

"Astaga! Benar juga, jika ada cowok yang suka dengan Misell berarti dia adalah seorang gay" sambung Bagas dengan tawa renyahnya sembari memasang ekspresi kaget dan takut yang dibuat-buat.

Misell berdecak pelan, merasa kesal dengan ucapan kedua orang tuanya. Mau bagaimanapun, untuk mencari pacar Misell pasti akan memberitahu yang sebenarnya kepada cowok itu. Mana mau Misell berpacaran dengan cowok gay? Memikirkannya saja membuat Misell merinding.

"Ayolah Ma... Pa... Itu tidak lucu" potong Misell yang sudah tidak nyaman dengan candaan yang diberikan oleh kedua orang tuanya.

The Pretty Boy Is My Love (On Going)Where stories live. Discover now