||Part 17||

1.3K 102 1
                                    

Mikell dan laki-laki yang tidak Ia kenal itu sampai di koridor kelas XI. Keduanya segera berteduh menghindari air hujan yang semakin lebat. Laki-laki yang menawarkan payung kepada Mikell tadi menutup payungnya, kemudian menaruh asal ke tempat payung yang memang tersedia disana.

"Makasih" Mikell merasa tertolong oleh laki-laki yang baru Ia lihat itu. Kalau bukan karenanya, pasti Mikell harus basah-basahan dari gerbang sampai ke koridor.

"You're welcome" jawabnya senang. Laki-laki itu tersenyum lebar hingga menampilkan gigi-gigi putihnya yang nampak rapi.

Mikell dan laki-laki itu berdiri canggung. Saling tatap beberapa saat hingga laki-laki itu kembali angkat suara.

"Lo anak baru itu, kan?"

Mikell mengangkat wajahnya. Perhatian yang sempat tertuju pada murid-murid lain yang berlarian menghindari tempias hujan pagi ini beralih kembali kepada laki-laki dengan almamater khusus yang menutupi seragam sekolah miliknya.

"Iya, gue Mikell. Lo siapa?" Mikell balik bertanya. Tidak etis rasanya jika Ia mengacuhkan orang yang telah menolong dirinya.

"Gue Kenzo, Abizair Kenzo. Kita baru pertama kali ketemu, tapi gue udah dengar desas-desus tentang lo dari anak-anak Osis lain" laki-laki bernama Kenzo itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mungkin gugup karena baru berkenalan dengan sosok didepannya.

"Hoo, lo anak Osis?" Mikell tertarik. Disekolah lamanya Mikell juga ikut organisasi siswa intra sekolah atau disingkat OSIS itu juga.

"Iya, btw gue ketosnya" laki-laki itu tampak malu setelah mengucapkan kalimat itu.

"Oh, keren berarti. Dulu waktu gue di Padang juga ikut Osis. Tapi cuma jadi anggota doang" Mikell terkekeh, melihat reaksi laki-laki didepannya.

"Oh ya? Lo nggak tertarik ikut Osis di sini juga? Apalagi lo udah ada pengalaman organisasi sebelumnya" Mikell mengerti, ternyata laki-laki yang mengaku ketos didepannya ini ingin menggiring dia masuk ke organisasinya. Mikell tertarik sih, tapi dia masih ingin menyesuaikan diri dulu di SMA Angkasa.

"Belum kepikiran sih. Ehm, gue duluan ke kelas, ya" Mikell pamit. Karena sebentar lagi bel masuk berbunyi. Laki-laki bernama Kenzo itu balas tersenyum tidak menahan Mikell pergi.

Mikell beranjak, melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Kenzo di koridor lantai 1. Tidak peduli kemana laki-laki itu akan pergi, Mikell terus berjalan menaiki tangga lantai 2, kelas Mikell memang ada di lantai 2 bangunan kelas XI.

"Jauhi Kenzo" suara dingin itu membuat langkah Mikell terhenti. Ia terkejut dengan kehadiran Lheo yang entah sejak kapan berdiri di sana.

"Lheo?" Mikell bingung melihat cowok itu menatap tajam dirinya. Dan, apa maksudnya untuk menjauhi Kenzo?

"Gue peringatin lo sekali lagi. Kalau lo bener-bener mau masuk geng gue, lo harus jauhi cowok bernama Kenzo itu!" Lheo memperingati, jelas sekali nada tidak suka keluar dari mulut cowok itu ketika menyebut nama ketua osis SMA Angkasa.

"Hm? Kenapa?" Mikell bertanya bingung. Memangnya ada apa dengan Kenzo hingga Mikell harus menjauhinya. Menurut Mikell, cowok itu cukup baik dan agak pemalu. Mengapa Lheo menyuruh Mikell untuk menghindari Kenzo bahkan diancam dengan membawa-bawa nama BP?

"Turutin aja perintah gue, Mikell" Lheo berujar lagi penuh penekanan. Jujur saja, ini pertama kalinya Mikell mendengar cowok tembok didepannya ini memanggil namanya. Agak ngeri dan deg deg gan juga dihati Mikell saat mendengar Lheo menyebut namanya.

"Gue butuh alasan, Lheo" Mikell menghela nafas. Dia tidak bisa menghindari orang lain begitu saja tanpa alasan yang cukup kuat bukan? Apalagi itu orang yang pernah baik kepadanya.

Bukannya menjawab, Lheo malah diam berpangku tangan sambil menunjukkan ekspresi tidak suka. Membuat Mikell semakin heran saja dengan tingkah manusia didepannya ini.

"Kalau lo nggak mau ngasih alasannya ke gue, gue bakal pergi. Lo buang waktu gue Lheo" ujar Mikell hendak meninggalkan Lheo kembali menuju kelasnya. Guru pasti dalam perjalanan menuju ruang kelas sekarang, bel masuk sudah terdengar beberapa menit yang lalu.

Langkah Mikell terhenti ketika Lheo menarik paksa dirinya hinga membuat Mikell hampir terjatuh kebelakang. Dengan cepat Lheo mendorong tubuh kecil Mikell ke tembok dibelakangnya. Mengurung Mikell diantara kedua tangannya.

"Lheo!" pekik Mikell terkejut dengan tindakan Lheo yang tiba-tiba. Jantungnya berdebar, bukan karena hal lain tapi karena syok hampir dibuat jatuh kebawah tangga oleh Lheo.

"Gue tau lo pembangkang. Tapi gue tetap nggak suka dengan sikap lo ini" Lheo berujar dingin menatap tajam iris hitam didepannya. Wajah mereka cukup dekat membuat Lheo bisa mencium aroma peach dari tubuh Mikell.

"Lepas Lheo!" Mikell mendorong tubuh Lheo menjauh darinya. Bisa terjadi salah paham jika ada yang tidak sengaja melihat mereka berdua.

"Gue bukan pembangkang Lheo, hanya saja gue nggak suka diperintah sembarangan sama orang lain. Termasuk lo!" Mikell berucap tegas menunjukkan ekspresi sangat serius di wajahnya. Matanya ikut menajam membalas tatapan tajam Lheo.

"Karena gue bilang mau masuk geng lo, bukan berarti lo bisa memerintah gue seenak hati lo. Di dunia ini, nggak ada yang bisa memerintah ataupun ngendaliin hidup gue" Mikell melangkahkan kakinya menjauhi Lheo. Menghela nafas ketika jarak mereka kian menjauh.

"Gue harap lo paham, Lheo. Nggak semua hal harus sesuai dengan kehendak hati lo gitu aja" Mikell berbalik kembali menatap wajah datar Lheo. Mengucapkan kalimat terakhir sebelum benar-benar meninggalkan Lheo yang terdiam di tangga.

Laki-laki tampan itu terlihat tidak fokus setelah Mikell meninggalkannya. Bukan karena ucapan pemuda itu, tapi karena hal lain.

"Dia pakai parfum apa sampai sewangi itu?" monolog Lheo. Wangi parfum Mikell yang manis masih tercium di penciuman Lheo. Jujur saja, baru kali ini dia benar-benar tertarik dengan wangi parfum yang dipakai orang lain. Padahal sahabat-sahabatnya yang lain juga memakai parfum wangi dan pastinya bermerek. Tapi Lheo tidak pernah peduli.

Tiba-tiba wajah Lheo memerah. Kenapa pula dia memikirkan parfum apa yang dipakai cowok itu. Lagipula tujuannya adalah menyuruh Mikell menjauhi Kenzo yang merupakan musuh bebuyutan Lheo sejak dulu.

Mikell sampai dikelasnya tepat waktu, bersamaan dengan Pak Takbir yang berpapasan di pintu masuk kelas.

"Tumben lo datang telat, Kell. Ketahan hujan?" Ray langsung bertanya ketika Mikell duduk dikursinya. Cowok itu tampil berbeda pagi ini dengan hoodie tebal berwarna hitam serta kaca mata bening yang bertengger dihidung mancung cowok itu. Mikell sempat dibuat pangling dengan penampilan Ray yang benar-benar menunjukkan identitasnya sebagai murid berprestasi SMA Angkasa.

"Sedikit" jawab Mikell sedikit terkekeh diakhir katanya. Sebagai perempuan, melihat cowok tampan memang sangat mendebarkan bukan? Apalagi tepat didepan mata pula, mana ngajak ngobrol lagi. Mikell hampir dibuat salting, untung saja Mikell punya keahlian pengendalian diri yang baik.

Percakapan keduanya berhenti ketika Pak Takbir mulai membuka pelajarannya di pagi yang dingin ini. Memulai pagi dengan menceritakan sejarah para pahlawan kemerdekaan Indonesia.

¤•¤

.

.

To Be Countinued

Don't forget to vote and comment
Salam hangat dari Bulan🌙

Jangan lupa spam bulan sabit untuk update chapter berikutnya^^
🌙🌙🌙

Terima kasih^^
See you next chapter

The Pretty Boy Is My Love (On Going)Место, где живут истории. Откройте их для себя