23 - Dream (2)

1.1K 168 23
                                    

Cale merutuki 4th wall dalam diam.

Okay, dia tahu bahwa ia tidak akan bisa kembali. Cale sudah memiliki kecurigaan sejak bajingan kematian selalu menghindari pertayaannya.

Jadi setidaknya, jangan DIPERJELAS DONG.

Dia mendecak kesal. Menatap tajam pada tembok saking kesalnya.

Benda datar itu mengoceh lagi.

[Sejujurnya, aku tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam dunia yang telah diciptakan oleh Mimpi Paling Kuno, namun untuk beberapa alasan. Aku bersimpati]

[Para Sahabat nyatanya tidak setuju dengan kesimpulan yang mereka dapatkan setelah berhasil melalui skenario terakhir]

Iya-iya, Mimpi Paling Kuno, Para Sahabat atau apalah itu, Cale tidak perduli. Masalahnya bagaimana hanya dia yang bisa membantu? Kenapa harus dia? Kenapa itu berhubungan dengannya?

"Kenapa harus aku?"

[Bukankah itu jelas?]

'Jelas matamu.'

[Cale, para dewa itu tidak maha kuasa, mereka juga memiliki batasannya sendiri, dan diantara semua itu, ada satu keberadaan yang hampir tidak memiliki batasan. Itu memungkinkan dia untuk melanggar segalanya di setiap dunia. Mereka memanggilnya Raja Dewa]

[Tidak seperti dewa lain yang memiliki tugasnya masing-masing, Raja dewa tidak memiliki tugas karena dia bisa melakukan apapun semaunya. Dewa dikatakan tidak bisa mati 'kan? Tapi dia, dia bisa melenyapkan keberadaan seorang Dewa. Berkuasa atas segala hal, kematian, kehidupan, harapan, waktu, dan semuanya]

Cale merasa bahwa tembok itu bicara di dalam putaran. Tadi Mimpi Paling Kuno, lalu sekarang Raja Dewa, lantas apa hubungannya dengan dia?

"Jangan berputar-putar, katakan saja apa yang akan kau katakan." Wajah Cale makin muram.

[Dia yang tidak pernah tertarik pada manusia, memintaku agar menuntunmu untuk bertemu dengannya]

"Aku?"

Cale mengerjap tidak percaya. Ucapan Eruhaben yang menyebutnya 'bajingan sial' tiba-tiba terngiang-ngiang di telinganya.

Gara-gara naga tua itu, Cale benar-benar menjadi bajiangan sial.

[Di mengatakan hal ini padaku, jika aku mau menuntunmu padanya, dia akan mengabulkan harapan Para Sahabat. Tapi semuanya masih tergantung pada keputusanmu Cale]

Mengerutkan dahinya dalam, Cale merasa rumit di dalam pikirannya. Dia hanya diam sambil memperhatikan 4th wall yang terus berbicara.

[Aku meninggalkan beberapa jejak di dalam salah satu kemampuanmu. Jika nanti waktunya telah tiba, kamu akan mengerti]

"Ah! ... "

Belum sempat Cale menjawab, sekelilingnya tiba-tiba memudar. Kesadarannya perlahan ditarik ke dunia nyata saat sebuah kalimat terpatri di otaknya.

« epilog yang diinginkan semua orang akan datang »

.

.

.

.

krauk!

krauk!

Saat Cale membuka mata, hal pertama yang Ia lihat remah-remah kue jatuh ke tubuhnya.
Dia mendongak dan mendapati sosok hitam bertaring dengan satu toples kue kering di tangannya, sedang menatap ke depan.

Televisi di kamar Cale saat ini menyala. Dan makhluk bayangan hitam itu terbang diatas Cale sambil menonton filmnya.

Oh! Semakin hari, rasanya hidup Cale menjadi semakin berantakan. Dia membuang napas kasar.

Another Meeting - Solo Leveling x TCF (END)Where stories live. Discover now